DM1.CO.ID, GORONTALO: Berbagai event telah dilaksanakan oleh Universitas Negeri Gorontalo (UNG), baik dari segi pendidikan, penelitian, pembangunan sosial budaya dan berbagai macam lainnya. Hal tersebut bertujuan agar tercapainya visi “UNG Unggul dan Berdaya Saing”, serta terwujudnya Tri Dharma perguruan tinggi dengan baik.
Demikian yang disampaikan salah seorang mahasiswa UNG, Ikram, dalam rilisnya yang dikirim ke redaksi, pada Senin (14/6/2021).
Sayangnya, menurut Ikram, visi dan juga Tri Dharma perguruan tinggi tampaknya saat ini sangat sulit dicapai dan diwujudkan oleh UNG.
Pasalnya, ungkap Ikram, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNG periode 2021 sebagai organisasi sah dan tertinggi dalam struktural ormawa kampus, saat ini hanya kelihatannya lebih cenderung dan sibuk dengan kegiatan yang tidak relevan dengan visi UNG, serta jauh dari harapan Tri Dharma perguruan tinggi.
Ikram menunjuk, bahwa akun Instagram @bemung2021 “memamerkan” kegiatan lomba Mobile Legend, PUBG, dan PES 2021, yang Juni 2021 ini telah dibuka pendaftarannya.
Spontan, menurut Ikram, kegiatan lomba seperti itu tentu saja mengundang tanya dari berbagai pihak, tak hanya dari masyarakat umum, tetapi juga dari kalangan mahasiswa atau akademisi di lingkungan UNG maupun dari kampus perguruan tinggi lainnya.
Bagaimana tidak? Organisasi sekelas BEM yang merupakan level elit tertinggi di kampus kerakyatan itu, justru membuat event atau kegiatan lomba yang boleh dikata sangat tidak layak dijalankan dalam lingkungan akademik, terlebih tujuannya tidak mengarah ke Tri Dharma perguruan tinggi.
Even atau kegiatan lomba tersebut, menurut Ikram, sama sekali tidak memenuhi unsur pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengembangan, dan bahkan tidak memberikan dampak pengabdian terhadap masyarakat. Dan parahnya lagi, tentu tidak akan mampu mencapai visi “UNG yang Unggul dan Berdaya Saing”.
Ikram mengungkapkan, berdasarkan penelitian yang dikutip dari Jurnal Faktor Exacta, dampak dari pada game menurut WHO (World Health Organization) yakni; menarik diri dari lingkungan, mudah kehilangan kendali, dan tidak peduli dengan kegiatan lain di sekitarnya (apatis).
“Penjelasan (dampak game menurut WHO) tersebut dapat mendeskripsikan bagaimana dampak dari event dimaksud, terlebih lagi apabila dilombakan, maka para peserta akan disibukan dengan latihan-latihan game tersebut,” ujat Ikram.
Kenyataan yang dibangun oleh BEM-UNG periode ini, menurut Ikram, benar-benar miris dan sangat memprihatinkan. Sebab organisasi kemahasiswaan (BEM) itu yang harusnya peka pada isu-isu kontemporer dalam berpartisipasi untuk kepentingan khalayak banyak, ini malah duduk asyik tertawa di depan layar sambil memainkan jari jemari bak seorang dukun santet, seolah tak punya beban.
Bisa dibayangkan isu KPK, RKUHP, pertambangan emas Pulau Sangihe, dan masalah-masalah lokal di dearah ini, terlupakan oleh organisasi tertinggi di kampus kerakyatan.
“Harapan saya sebagai masyarakat kampus, BEM UNG 2021 harus hadir dengan gagasan dan konsep yang matang, serta bermanfaat bagi seluruh masyarakat akademisi. Presiden BEM diharapkan punya konsep dan gagasan layaknya seorang pemimpin, bukan seperti “Bocah Epep” (Fanbase Freefire). Ingat! BEM UNG 2021 menggunakan dana kampus yang berasal dari SPP mahasiswa. Maka buatlah kegiatan yang bermanfaat untuk nusa dan bangsa,” tutup Ikram. (kab/dm1)