DM1.CO.ID, GORONTALO: Meski jenazah almarhum Indra Bayu Virgana Suleman telah dikebumikan di pekuburan keluarga, di Jalan Ir. H. Joesoef Dalie (di kawasan Jalan Dua Susun/JDS) Kota Gorontalo, pada Senin (7/11/2022), namun suasana duka masih terasa menyelimuti hati seluruh keluarga dan kerabat yang kembali berkumpul di rumah duka, di Jalan Pangeran Hidayat, Kelurahan Heledulaa, Kota Gorontalo.
Kedatangan keluarga dan kerabat tersebut disusul dengan kunjungan warga yang juga kembali memadati kediaman pasangan Nadjib Suleman dan Heny Hidayat (kedua orang-tua almahum Bayu), untuk mengikuti takziah hari ke-5, pada Jumat malam (11 November 2022).
Ada ratusan warga yang membanjiri acara takziah hari ke-5 almarhum Bayu. Semua kursi yang ada di halaman rumah duka berlantai dua itu terisi penuh. Begitu pun dengan kursi-kursi yang disediakan di ruas jalan Pangeran Hidayat (depan rumah duka) juga semuanya terisi penuh di bawa tenda, sehingga sejumlah warga ada yang rela berdiri hanya untuk mengikuti takziah hari ke-5 almarhum Bayu tersebut.
Karena rumah duka terletak di dalam jalan yang menyerupai lorong, membuat ruas Jalan Ir.H. Joesoef Dalie (JDS) menjadi macet akibat deretan mobil-mobil warga jamaah takziah yang terparkir di sepanjang bibir jalan poros tersebut.
Di sekitar rumah duka juga masih tampak terpajang sejumlah karangan bunga ucapan belasungkawa dari beberapa tokoh terkemuka di daerah ini, di antaranya dari Prof.Dr.Ir. H. Fadel Muhammad (mantan Gubernur Gorontalo yang kini sebagai Senator atau anggota DPD-RI), Dr.H. Marten Taha, SE, M.Ec.Dev (Wali Kota Gorontalo), Ryan F. Kono (Wakil Wali Kota Gorontalo), dan dari tokoh-tokoh lainnya.
Tak heran, para warga yang berdatangan di takziah hari ke-5 itu adalah masyarakat kalangan bawah hingga lapisan atas yang berasal dari berbagai penjuru Kota Gorontalo, dan bahkan juga tampak sejumlah warga dari daerah (kabupaten) lain di Provinsi Gorontalo. Di antaranya, ada Anas Jusuf (mantan Bupati Boalemo), Mansir Mudeng (tokoh masyarakat Kabupaten Gorontalo), Irwan Hunawa (Ketua Komisi C DPRD Kota Gorontalo).
Selain itu juga hadir Haji Afandi Laya atau Haji Pepeng (Kontraktor papan atas Gorontalo), Haji Ramli Yahya (Seniman dan mantan politisi Gorontalo), Titin Mobiliu (Aleg Kota Gorontalo), dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya seperti Haji Ritno Dunggio, Iskandar Lihawa, Ramdan Datau, Ismail Alulu.
Tampak pula beberapa tokoh komunitas warkop lainnya seperti Suhadi Tilolango, Haji Ano, Haji Dino, Steven Nurdin, Iwan Lamato, Aroman Bobihoe, beserta sejumlah jurnalis dan aktivis.
Takziah hari ke-5 yang digelar oleh Komunitas Sagela bekerja sama dengan PT. Multy Global Konstrindo beserta Majelis Taklim Darul Jannah ini menghadirkan penceramah kondang Gorontalo, H. Suwarno Ibrahim (yang dikenal dengan nama sapaan Ustaz Korek Api).
Meski diwarnai dengan sajian ungkapan canda tawa sebagai upaya menghibur suasana duka, namun Ustaz Korek Api dalam ceramahnya tak lupa mengajak untuk senantiasa mengingat kematian.
Sebab, menurut Ustaz Korek Api, kematian adalah ketetapan dari Allah SWT yang pasti akan dialami oleh semua makhluk hidup tanpa diketahui kapan waktunya, khususnya manusia, baik kaya ataupun miskin, pejabat maupun rakyat biasa, yang tua ataupun muda.
Hidup ini, menurut Ustaz Korek Api, hanya 3S. Yakni Singkat, Sesaat, dan Sementara. Olehnya itu, dua hal yang harus dipelihara. Yaitu Hablumminallah wa hablumminannas, atau hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik terhadap sesama manusia.
Secara khusus, Ustaz Korek Api juga tak lupa memimpin pembacaan doa kepada almarhum Bayu Indra. “Semoga Allah melapangkan dan menerangi kubur almarhum,” demikian penggalan doa Ustaz Korek Api disambut untai ucapan “Aamiin” dari para jamaah takziah.
Sesaat usai takziah, Nadjib Suleman (sang ayah almarhum Bayu) menyempatkan diri bincang-bincang dengan wartawan DM1 di depan rumah duka bersama sejumlah keluarga.
Didampingi Heny Hidayat (ibu almarhum Bayu), Nadjib pun mulai bercerita tentang sosok almarhum Bayu Indra semasa hidup. “Anak saya (Bayu) lahir pada tanggal 3 Desember 1988. Almarhum adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dan kami punya satu anak angkat, jadi seluruhnya lima bersaudara,” tutur Nadjib.
Nadjib menceritakan sekitar seminggu sebelum kematian Bayu, terdapat tanda-tanda dan beberapa perilaku aneh yang tak biasa dilakukan oleh anaknya itu.
Perilaku aneh itu, kata Nadjib, di antaranya mengenai makanan kesukaannya. “Biasanya, Bayu itu kalau lihat masakan suntung (cumi-cumi) pasti langsung dia seka (dihabiskan). Tapi beberapa hari sebelum kematiannya saat ditawarkan makan suntung, Bayu hanya berkata bahwa kasih saja Rido (adiknya),” ungkap Nadjib.
Begitu pun dengan sayur daun singkong, menurut Nadjib, adalah termasuk makanan kesukaannya. Dan beberapa hari sebelum kematiannya, Bayu sempat merengek-rengek kepada ibunya untuk disediakan sayur daun singkong. Setelah ibunya memenuhi keinginannya itu, Bayu malah hanya mencicipi sedikit sayur itu.
“Saat ditanya kenapa hanya makan sedikit sayur, Bayu menjawab bahwa itu sayur kasih saja sama papa, mama. Padahal biasanya dia habiskan makanan kesukaannya itu,” cerita Nadjib.
Kebiasan lain dari Bayu semasa hidup, kata Nadjib, yaitu membiarkan televisi yang ada di dalam kamarnya menyala non-stop 1×24 jam dengan siaran-siaran pengajian dari Saudi, dan mempersilakan siapa saja bisa masuk ke dalam kamarnya tersebut. Tetapi beberapa hari menjelang kematiannya, Bayu sempat melarang ibunya masuk ke dalam kamar itu, karena ia seolah sedang fokus mengikuti pengajian sambil bertasbih.
Saat itu Heny Hidayat selaku ibu mengaku merasa penasaran. Sehingga ketika Bayu tidak berada di dalam kamar, Heny pun memeriksa kamar dan mendapati isi alQuran Majmu Syarif yang bertuliskan “Allah” seluruhnya diberi garis bawah dengan pulpen oleh Bayu.
Keanehan lainnya, yakni ketika Bayu minta uang yang kala itu Nadjib tak sengaja menarik dua lembar uang kertas pecahan Rp.5.000 dan Rp.10.000 dari kantongnya. “Saya kasih Rp.5 Ribu, dan dia (Bayu) terima tanpa ngomel-ngomel. Padahal biasanya, kalau dikasih Rp.5 Ribu pasti ngomel minta Rp.10 Ribu. Tetapi beberapa hari jelang kematiannya, Bayu terima Rp.5 Ribu kendati dia terlanjur lihat uang Rp.10 Ribu,” ujar Nadjib.
Tapi anehnya, kata Nadjib, setelah menerima uang Rp.5 Ribu itu, Bayu memperlihatkan perilaku aneh. Yakni, Bayu melangkah mundur ke luar halaman hingga menjauh sekitar 15 meter dengan terus menatap rumahnya tanpa berkedip, seolah ingin pamit dan pergi meninggalkan rumah.
Tanda-tanda berikutnya, lanjut Nadjib, sekitar tiga hari sebelum kematiannya, piring makan Bayu terjatuh dan pecah berhamburan ke lantai seusai makan siang. “Pecahan piring di lantai itu ia pungut hingga bersih di lantai,” ungkap Nadjib.
Anehnya, kata Nadjib, pecahan piring yang sudah diisi ke dalam tas plastik keresek itu, ia antar ke luar di tempat sampah yang ada di Jalan Dua Susun (JDS). “Padahal ada tempat sampat di halaman rumah,” ucap Nadjib.
Almarhum Bayu semasa hidup, dikenal sebagai anak yang sering membangunkan ibunya untuk salat tahajud, dan juga selalu membangunkan ayahnya untuk salat subuh.
Bayu juga sangat senang bertasbih. Dan jelang kematiannya, menurut Heny, Bayu semakin terlihat intens bertasbih siang dan malam. Pada 10 November kemarin melalui keluarganya, Bayu diberi sertifikat Badal Umrah.
Pada kesempatan bincang-bincang dengan Wartawan DM1 tersebut, Nadjib memberi klarifikasi, bahwa anaknya (Bayu) sesungguhnya bukanlah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Meski begitu, Nadjib mengaku tidak tersinggung, dan tidak mempermasalahkan pihak-pihak yang menganggap Bayu sebagai ODGJ, karena memang kelihatannya seperti itu.
Nadjib menjelaskan, meski memiliki keterbatasan, namun Bayu lahir secara normal seperti layaknya bayi lainnya. Dia bukan ODGJ dan juga tidak mengidap sindrom.
Nadjib menceritakan, bahwa saat masih umur 4 bulan, Bayu tiba-tiba mengalami step (kejang demam) mata tinggi, tapi bukan karena panas. Setelah diperiksa dari dokter satu ke dokter lainnya, alhasil Bayu akhirnya memuntahkan lendir yang kata orang ketelan ketuban, dan itulah yang menyumbat di lehernya.
Menurut Nadjib, sakit step mata tinggi itu berlangsung dan dialami Bayu hingga berumur sekitar 2 tahun. Setiap kali kambuh step mata tinggi itu bisa berlangsung 3-5 menit, yang membuat badan Bayu yang masih Balita itu kelihatan membiru.
Sehingga menurut Nadjib, kondisi itulah yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mental Bayu, hingga pada akhirnya terus terlihat sebagai sosok yang memiliki keterbatasan, dan bahkan dianggap sebagai ODGJ. “Nanti umur 5 tahun Bayu baru bisa jalan. Jadi bukan karena sindrom dan sebagainya,” tutur Nadjib.
Terakhir, Nadjib mengucapkan terima-kasih buat semua hadirin, khususnya kepada pihak penyelenggara takziah hari ke-5 atas berpulangnya ke Rahmatullah Bayu Indra Suleman.
Tak lupa, Nadjib selaku orang tua juga memohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak tanpa terkecuali jika semasa hidup Bayu melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
“Saya sering melarang dan memarahi dia, karena saya khawatir dengan kedatangan dia di tempat-tempat acara orang akan mengganggu, ternyata tidak. Karena kita tahu persis anak ini (Bayu) memang ada keterbatasan dan kekurangan, namun keterbatasan itu ternyata menjadi kelebihan bagi orang lain,” pungkas Nadjib dengan suara yang agak serak seolah mencoba menyembunyikan kesedihannya.
Sebelumnya, pada Senin (7/11/2022) jenazah Bayu ditemukan mengapung di lokasi proyek Kanal Tanggidaa, yakni proyek lingkup Provinsi Gorontalo yang dikerjakan sebagai upaya untuk mengatasi banjir dan genangan air di Kota Gorontalo, senilai sekitar Rp.33 Miliar. (ams-dm1)