DM1.CO.ID, GORONTALO: Para petinggi dan pemegang saham Bank SulutGo (BSG), Senin tadi (7/3/2022), dikabarkan berbondong-bondong dan seems so happy terbang ke Bali untuk melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kabar pelaksanaan RUPS bank “plat merah” milik dua provinsi (Sulawesi Utara dan Gorontalo) inipun mendapat tanggapan dan penilaian yang kurang sedap dari berbagai kalangan masyarakat di dua provinsi tersebut.
Di Sulawesi Utara (Sulut), dari penelusuran redaksi DM1 menemukan adanya kritikan “pedas” dari beberapa elemen masyarakat terkait RUPS BSG yang dilaksanakan di Bali tersebut.
Sejumlah kalangan di Sulut mengaku geleng-geleng kepala ketika mengetahui dan membayangkan para pemegang saham yang terdiri dari seluruh pemerintah daerah di dua provinsi ini, dengan entengnya melenggak-lenggok melangkahkan kakinya ke Bali.
Padahal kemarin, kata mereka, Olly Dondokambey selaku Gubernur Sulut telah mengeluarkan surat edaran kepada semua ASN/PNS agar sementara waktu tidak melakukan perjalanan atau keberangkatan ke luar daerah.
Kritikan senada terhadap RUPS BSG yang digelar di Bali juga datang dari seorang tokoh masyarakat di Kota Gorontalo, yakni Adhan Dambea. Terkait RUPS-BSG di Bali tersebut, Adhan Dambea memberikan dan menyampaikan pandangannya kepada wartawan DM1 melalui sambungan telepon seluler, pada Senin malam (7/3/2022).
Wali Kota Gorontalo periode 2008-2013 ini mengaku sangat menyayangkan sekaligus prihatin dengan sikap yang dipertontonkan oleh pihak BSG yang lebih memilih melaksanakan RUPS di luar Sulut dan Gorontalo, yakni di Bali.
Adhan Dambea menilai, pihak BSG yang menggelar RUPS di luar daerah Sulut dan Gorontalo itu, adalah sama halnya telah memamerkan secara sengaja contoh yang tidak baik kepada publik di kala Covid19 masih sedang berpandemik.
Menurut Adhan Dambea, para petinggi dan seluruh pemegang saham yang berangkat untuk RUPS di Bali saat ini, itu boleh dikata tidak punya rasa empati terhadap kondisi kesusahan dan kesulitan yang dirasakan oleh sebagian besar rakyat di Sulut dan di Gorontalo, khususnya di masa pandemi Covid19 ini.
“Mereka yang pergi RUPS-BSG ke Bali itu tanpa disadarinya telah mencederai dan menyakiti hati rakyat. Mereka ke Bali dengan alasan RUPS itu sama halnya menghambur-hamburkan uang. Katanya mau menerapkan efisiensi? Tapi kenapa harus ke Bali yang sudah pasti menghabiskan uang yang tidak sedikit?” kritik Adhan Dambea.
Adhan Dambea yang kini juga duduk sebagai seorang anggota DPRD Provinsi Gorontalo ini menilai, pihak BSG amat keliru memilih lokasi RUPS di Bali. “Mengapa harus di Bali? Apakah tidak ada destinasi wisata di Sulut dan di Gorontalo?” tutur Adhan Dambea bertanya-tanya.
Motto BSG yang menegaskan BSG adalah “Torang pe Bank”, menurut Adhan Dambea, adalah ibarat sebagai motto atau slogan “di mulut” saja dan seolah-olah tak mampu dihidupkan.
Ia pun mengingatkan, bahwa jika memang BSG adalah “Torang pe Bank” maka seharusnya RUPS jangan dilaksanakan di Bali, tetapi betapa sangat mulianya apabila digelar di salah satu tempat wisata di Sulut atau di Gorontalo.
“Seharusnya pihak BSG itu melaksanakan RUPS di Sulut atau di Gorontalo. Karena kedua provinsi ini kan juga banyak tempat wisatanya yang masih harus lebih mendapat perhatian dan sentuhan, paling tidak dipromosikan melalui pelaksanaan RUPS tersebut,” imbau Adhan Dambea.
Sementara itu, Sjahron Botutihe selaku Pimpinan BSG Cabang Gorontalo, tampak bersikap acuh tak acuh seolah belum bisa menyediakan waktu khusus kepada DM1 yang coba mengonfirmasi beberapa hal, salah satunya terkait RUPS di Bali tersebut.
Meski begitu, Sjahron didampingi istrinya di kantor BSG cabang Gorontalo membenarkan, bahwa RUPS BSG memang saat ini diadakan di Bali di Pulau Dewata tersebut. Namun Sjahron tampaknya melontarkan keluhan, bahwa dirinya sebagai pimpinan cabang “tidak diperkenankan” hadir pada RUPS kali ini dengan alasan efisiensi anggaran.
Parahnya, bukan hanya Sjahron Botutihe yang tampak mengeluh, beberapa staf “level bawah” BSG Cabang Gorontalo juga mengungkapkan keluhannya. Bahwa biasanya pada RUPS di tahun-tahun sebelumnya mereka mendapat semacam “bonus”, tetapi pada RUPS kali ini terinformasi tidak ada lagi karena alasan efisiensi anggaran.
Mengetahui hal tersebut, Adhan Dambea hanya tertawa dengan istilah efisiensi anggaran yang ingin diterapkan oleh pihak BSG. Sebab, hal itu tidak berbanding lurus atau sangat bertolak-belakang antara efisiensi yang dimaksud dengan keberangkatan para petinggi bersama pemegang saham untuk RUPS ke Bali. “Itu (efisiensi yang) tidak betul,” pungkas Adhan Dambea dengan tertawa khasnya. (ams/dm1)