Republik Hoax

Bagikan dengan:

Oleh: Ustadz Felix Siaw

ALKISAH di suatu masa, dan suatu tempat, dimana manusianya bukan manusia dan ceritanya bukan cerita, dimana orang menerima saja berita tanpa diperiksa.

Jangan protes, jangan kritik, jangan bertanya, sebab engkau akan dikira merencana makar, terima saja semuanya, sebab bila tidak maka engkau dianggap berbahaya.

Di sana penguasa serba benar dan rakyatnya pasti salah, cabai naik salahnya rakyat kenapa tak menanam sendiri, bahan bakar naik maka jangan dipakai itu solusinya.

Di republik itu, yang menista agama melenggang saja, sementara yang tak melakukan apa-apa tiba-tiba menyandang gelar tersangka, di republik itu hukum sudah tiada.

Mereka yang teriak cinta negara adalah yang paling banyak menjual badan usaha milik negara, mereka yang teriak paling nasionalis justru getol menjual negara.

Komunisme dibiarkan subur, memaki agama disilakan, asal jangan mengganggu dan mengkritik penguasa. Tapi lafadz tauhid langsung diperiksa, alasannya dia berbahaya.

Atas nama demokrasi dan stabilitas negara, ulama dikriminalisasi, para asatidz dijadikan bahan olok-olokan, sekali bertentangan dengan penguasa, siap-siap saja.

Ulama dikekang ingin disertifikasi, padahal yang mensertifikasi juga tidak bersertifikat, bahkan mungkin awam agama. Di sini negara bermimpi ingin diatas agama.

Republik hoax, tidak lagi bertanya berita yang datang benar atau salah, asal laku dipajang lantas disebar dan diluaskan, isinya fitnah tdak peduli, asal suka-suka.

Cukup sewa buzzer di internet, maka yang benar bisa jadi salah, yang salah jadi dewa, ulama dihina dan difitnah, semuanya semu, maya dan hanya fana saja.

Jangan tanya republik hoax itu dimana, karena saya juga tak ambil pusing dengannya, ini hanya cerita saja, supaya kita mau berpikir dan tetap punya asa

Anggap saja cerita ini gurauan dan senda gurau. Hanya ingin menyampaikan saja, belumkah cukup bagi kita semua untuk kembali pada aturan Allah semata?

Lagipula, Allah sudah janjikan pada kita yang nyata bukan hoax, apa itu? Kebaikan dan kejayaan dunia, serta ampunan dan rahmat saat berjumpa dengan-Nya.

(dbs/DM1)
Bagikan dengan:

Muis Syam

1,581 views

Next Post

Kini Ahok yang “Ngeri-ngeri SADAP”

Kam Feb 2 , 2017
Oleh: Abdul Muis Syam (AMS) INI bukan “Ngeri-ngeri Sedap” yang pernah dipopulerkan oleh Sutan Bhatoegana semasa hidup. Istilah Ngeri-ngeri Sedap ini umumnya dilontarkan oleh orang-orang Medan secara khas, yang artinya kurang lebih ditujukan kepada situasi ketakutan dan kecemasan tingkat tinggi yang dialami oleh seseorang karena nyaris ketahuan melakukan sesuatu hal […]