Wartawan : Safril || Editor : Vp
DM1.CO.ID, GORONTALO: Sekolah dan rumah mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dalam rangka mengembangkan kemampuan literasi anak.
Meskipun berbeda tempat, namun kegiatan pratik literasi sangat berhubungan erat. Apa yang dilakukan oleh siswa di sekolah tentu akan dibawa pulang ke rumah, begitu juga sebaliknya.
Kepada awak DM 1 beberapa waktu lalu, Salim Umar, selaku Kepala Sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa) Kabupaten Gorontalo, mengatakan bahwa, pihak sekolah perlu menjalin hubungan baik dengan pihak orang tua siswa.
‘‘Dalam hal kegiatan pembiasaan membaca, pihak sekolah perlu menjalin hubungan yang baik dengan pihak orang tua siswa. Dengan melakukan sosialisasi kepada orang tua siswa maka mereka juga akan memahami apa yang sedang dilakukan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu pihak sekolah pun saling berkolaborasi dengan para orang tua untuk turut berperan dalam kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini,’’ jelas Salim.
Orang tua yang sadar akan pentingnya keterlibatan siswa dalam GLS tersebut, tentu sudah memulainya dengan berbagai kegiatan sesuai dengan panduan. Namun tidak boleh dilupakan pula peran pihak lain dalam pengembangan GLS ini.
“Kegiatan ini tidak boleh hanya berkutat di sekolah saja namun harus berlanjut ke rumah,” tutur Salim.
GLS adalah sebuah bingkai besar kegiatan dalam dunia pendidikan yang tidak akan bisa terlepas dari peran keluarga di rumah masing-masing siswa.
Orang tua diharapkan berperan aktif dalam mengatur pembiasaan tersebut dengan membuat jadwal bagi putra-putrinya di rumah. Tidak hanya itu orang tua siswa juga bisa menjadi teladan yang baik dalam hal pelaksanaan kegiatan literasi.
Salim menyebutkan, teladan bisa diberikan dengan membiasakan diri membaca di rumah baik itu membaca koran, majalah, maupun dari sumber-sumber lain.
“Untuk itu, diharapkan siswa akan terbiasa dengan lingkungan yang literat. Keluarga yang terbiasa dengan kegiatan literasi akan memberikan pengaruh yang positif terhadap anak, orang tua/wali murid pun membantu siswa berpartisipasi dalam festival literasi dan kegiatan GLS lainya,” tukasnya.
Salim juga mengatakan, “tentunya tidak semua keluarga bisa membangun iklim literasi yang baik di rumah. Disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak merata bagi semua keluarga. Hal itu tentu berpengaruh pada ketersediaan bahan bacaan di rumah”.
Namun itu bukanlah menjadi halangan bagi pembiasaan literasi. Kegiatan literasi bisa dilakukan secara bersama antar semua anggota keluarga.
“Sebagai contoh, orang tua bisa menjadi pendengar yang baik bagi anaknya yang diminta untuk membacakan cerita dengan nyaring, wali murid pun membantu pengelolaan serta pemanfaatan perpustakaan atau sudut baca kelas,” tukas Salim.
Lanjutnya, “kegiatan ini bisa melatih kepercayaan diri anak sebagai bekal yang sangat diperlukan di sekolah. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam berperan aktif untuk mengawal GLS ini”.
(saf/dm1)