DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Dalam setiap kegiatan atau pekerjaan konstruksi (proyek) yang terlelang, tentu sangat diharapkan dapat dikerjakan berdasarkan Rencana Anggaran Belanja (RAB). Sehingga kualitas pekerjaan yang diinginkan, terutama dari aspek ketahanan, dapat benar-benar terlaksana atau terwujud sebagaimana yang diharapkan.
Namun tak dapat pula disangkali, bahwa terkadang dalam tahap pekerjaannya, ada-ada saja “kelakuan” dari pihak kontraktor yang coba “bermain api”, yakni dengan mengurangi atau mencuri volume kegiatannya. Sehingga, tak sedikit kasus yang muncul dengan menjerat para kontraktor hingga ke ranah hukum dan berujung pada jeruji besi.
Menanggapi “kelakuan” sejumlah kontraktor yang tak jarang “bermain api”, Jun Rachmat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Perhubungan, mengajak kepada seluruh kontraktor agar hendaknya mampu memegang teguh prinsip, bahwa pekerjaan kontruksi yang dikerjakannya itu juga merupakan ibadah, yakni ladang untuk beramal jariah.
“Kolaka Timur ini saya menganalogikan baru menuju tujuh tahun menjalankan rumah tangga sendiri. Terkadang, dalam perjalanan itu kita baru mengerti apa yang menjadi kekurangan di dalam rumah tangga kita. Misalnya, kita kekurangan garam mungkin, gula mungkin, atau sendok atau bahkan piring mungkin seperti itu. Saya kira teman-teman pelaksanaan kegiatan konstruksi harus memiliki mindset demikian (bekerja untuk ibadah),” kata Jun Rahmat, saat dihubungi via WhatsApp, Ahad (7/11/2021).
“Kalau pekerjaan kita bagus dan dapat dirasakan oleh orang banyak atau masyarakat luas, maka kita pula yang dapat amalnya. Kami dari Dinas PU hanya memberikan dan mengawasi pekerjaan itu sesuai dengan hasil perencanaan (bestek) sehingga hasilnya bisa maksimal. Makanya dari awal saya bertugas, saya sampaikan kepada teman-teman kontraktor bahwa saya tidak mau melihat siapa dia apakah di luar Koltim atau dari anak Koltim sendiri. Tetapi inilah saatnya kita merubah agar bagaimana Koltim ini bisa maju dan mandiri,” tambahnya.
Bagi Jun, kegiatan konstruksi yang berjalan saat ini sepatutnya tidak perlu saling menyalahkan. Apalagi dengan kondisi daerah yang “ekstrim”. Memang untuk kegiatan konstruksi diperlukan ekstra pemikiran yang cukup detail.
Jun melihat, bahwa rekannya terutama dari konsultan perencanaan kurang maksimal dalam merencanakan kegiatan di tahun 2021. Beberapa item kegiatan yang dilaksanakan memang tidak sempat dimasukan dalam RAB. Padahal itu sangat krusial dibutuhkan pada pelaksanaan kegiatan di lapangan.
“Paling banyak kami temukan di pekerjaan pengaspalan. Ada beberapa item kegiatan krusial yang memang tidak melalui perencanaan yang detail. Harusnya ada satu jalan yang harus dilalui untuk kegiatan pengaspalan itu, sehingga tidak menyebabkan terjadinya genangan air, seharusnya mungkin harus dibuatkan box-culver atau deker, tetapi dalam RAB tidak ada. Makanya kami mengambil kesimpulan, bahwa perencanaan untuk tahun ini memang tidak maksimal. Perencanaan tidak menghitung secara langsung ternyata tingkat pendistribusian material memiliki tingkat kesulitan jika dibandingkan dengan wilayah daerah lain di Koltim. Di sinilah berimbas pada kualitas pekerjaan di lapangan tidak maksimal,” jelasnya.
Di akhir tahun ini, Jun menyampaikan akan melakukan evaluasi seluruh rangkaian kegiatan kontruksi, bukan hanya terhadap pelaksana konstruksi, tetapi juga pada kinerja konsultan perencanaan.
“Secara internal pula kami akan mengevaluasi direksi-direksi kami yang ada di lapangan. Bagaimana tingkat kepekaan, kepedulian dan kemampuan teman-teman direksi atas kondisi di lapangan,” tuturnya.
Jun menambahkan, buat kegiatan konstruksi tahun ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan asesor utama, untuk melaksanakan opname terhadap seluruh kegiatan kontruksi di Koltim.
“Kami berharap teman-teman pelaksana konstruksi harus bekerja sesuai dengan kesepakatan yang ada di dalam kontrak, bekerja sesuai waktu yang ditentukan, bekerja sesuai RAB, serta bekerja sesuai dengan standar operasional PU,” pintanya. (rul/dm1)