Ibu Walikota Gorontalo: “Kalau Putus Cinta, tak Usah Galau” (Edisi Ultah 1 Januari)

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, GORONTALO: Ada kebahagiaan dan kegembiraan tersendiri bagi mereka yang lahir pada 1 Januari. Sebab, boleh dikata semua penduduk dunia pada tanggal 31 Desember malam, menantikan detik-detik menuju pukul 00.00 sebagai pergantian tahun, dengan berbagai kegiatan perayaan dalam suasana meriah dan suka-cita.

“Dan saya lahir tepat masuk tanggal 1 Januari 1960, yakni pukul 00.01 WITA dini-hari di Makassar,” ujar Jusmiaty Kiai Demak, di kediaman pribadinya, pada Selasa petang (31/12/2019).

Kepada Wartawan DM1, istri Walikota Gorontalo Marten Taha ini mengisahkan sekelumit perjalanan dan pengalaman hidup yang telah ia lalui.

“Bapak saya adalah Brimob, beliau pernah ditugaskan di Sungguminasa, Kabupaten Gowa (perbatasan Kota Makassar). Di sanalah saya dilahirkan. Tapi saya tumbuh dan besar di Manado,” tutur Jusmiaty.

Jusmiaty mengungkapkan, saat kuliah di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), ia bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di organisasi “Hijau-Hitam” itulah Jusmiaty ketemu dengan sosok pemuda Gorontalo yang ganteng bernama Marten Taha, yang kemudian menjadi suaminya.

“Waktu itu ketemu chemistry-nya pada saat dia (Marten Taha) jadi ketua bidang basic-training di HMI,” kata Jusmiaty tersipu, didampingi Yudin Laliyo selaku Juru Bicara (Jubir) Walikota Gorontalo.

Intensitas pertemuan dengan Marten Taha semakin tinggi ketika Jusmiaty menjabat sebagai Bendahara Kohati (Korps HMI Wati). Meski begitu, Jusmiaty mengaku belum punya perasaan apa dengan Marten Taha, sebab ia baru saja putus hubungan pacaran dengan seorang pria.

“Saya pacaran sejak masih SMA dengan seorang dokter. Pacarannya lama, sekitar tujuh tahun, tapi putus lantaran hubungan jarak jauh. Ia kembali melanjutkan studi untuk mengambil gelar dokter ahli,” kenang Jusmiaty.

Sebagai manusia, apalagi sebagai seorang wanita, Jusmiaty mengaku sempat juga “tergoncang” akibat putus hubungan yang telah dibangun selama 7 tahun dengan sang dokter itu.

“Dulu itu mau berhubungan jarak jauh susah sekali, pakai surat lewat kantor pos. Kalau sekarang sudah bagus dan sangat gampang berhubungan meski jarak jauh karena sudah ada hand-phone bisa lewat media sosial Facebook, WhatsApp, dan lainnya,” ujar Jusmiaty.

“Justru pacar saya yang lama (dokter itu) tidak jadi. Makanya saya bilang sama anak-anak, kalau kalian punya pacar kemudian putus, yaa.. jangan disesali, karena Allah sudah tentukan jodoh kita. Kalau mama ketemu (berjodoh) dengan pacar lalu yang dokter itu, maka kalian tidak ada,” sambung Jusmiaty tersenyum seraya menambahkan, bahwa kalau urusan jodoh itu serahkan kepada Tuhan.

Sehingga itu, Jusmiaty mengingatkan, sebaiknya tidak usah galau ketika diputus cinta. “Justru boleh jadi putus cinta terhadap seseorang itu adalah Allah memberikan jalan terbaik buat kita untuk di hari kemudian. Jadi tidak usah galau dan stress berat, apalagi sampai harus bunuh diri,” imbau Jusmiaty.

Jusmiaty mengaku jadian pacaran dengan Marten Taha atas upaya seorang teman wanita di HMI Unsrat. “Saya akhirnya pacaran dengan dia (Marten Taha) karena dicomblangin oleh teman saya, namanya Sumarni Tubagis (almarhumah),” ujar Jusmiaty.

Marten Taha di mata Jusmiaty adalah sosok pria yang sangat berani dan cerdas. “Dia (Marten Taha) berani datang ke rumah saya berkali-kali, ketemu dan ngobrol dengan orangtua saya. Bapak saya orangnya kalem, cuma yang galak itu adalah ibu saya,” tutur Jusmiaty tersenyum.

Jusmiaty pun mengungkapkan hal-hal yang membuat dirinya simpatik, salut dan akhirnya jatuh cinta dengan Marten Taha. “Dia (Marten Taha) sosok pria pekerja keras. Bayangan keyakinan saya, bahwa pasti dia (Marten Taha) kelak akan jadi orang sukses. Dia pintar, dari sudut pandang saya melihat cara dia berbicara di forum sangat meyakinkan ditambah dengan senyum khasnya, itu yang membuat saya simpatik,” kenang Jusmiaty.

Meski ketika itu Jusmiaty tahu, bahwa sosok pemuda Marten Taha ketika kuliah adalah juga seorang “Play-Boy” yang banyak pacar, namun Jusmiaty tetap percaya diri dan sabar membangun hubungan (berpacaran) dengan Marten Taha.

“Ooo… banyak cewek dia, pak, hum..humhum..humm. Makanya sekarang dia sudah puas. Dan saya selalu sabar, karena yakin bahwa dia adalah sosok pria aktivis yang punya prinsip dan sikap yang tegas namun bijaksana,” tutur Jusmiaty.

“Dengan dokter itu saya pacaran kan tujuh tahun, tapi dengan dia (Marten Taha) pacarannya hanya sekitar dua tahun. Dia sendiri yang datang menemui orangtua saya untuk melamar dan menyatakan ingin menikahi saya,” kenang Jusmiaty.

“Orangtua saya tidak menerapkan pilih-pilih orang untuk urusan jodoh, yang penting yang datang (melamar) itu adalah orang yang benar-benar punya niat baik, siapapun itu,” kata Jusmiaty.

Ketika datang melamar, lanjut Jusmiaty, Marten Taha sudah lulus kuliah sebagai Sarjana Muda. “Baru saja selesai sebagai sarjana muda, dia (Marten Taha) datang melamar saya. Dan usai menikah, saya dorong dia untuk lanjutkan kuliah S1,” ucap Jusmiaty.

Ketika telah menempuh hidup rumah tangga, kata Jusmiaty, di situlah dirasakan ditemukan perjuangan yang diwarnai dengan air mata dan suka-cita. “Kalau sekarang hidup seperti ini, ya disyukuri. Kalau seandainya akan hidup susah, ya itu sudah pernah juga dilalui hidup susah. Jadi semua sudah dilewati susah dan senang,” kata Jusmiaty.

Ketika telah menikah, kata Jusmiaty, belum terbayang masa depan seperti apa. “Saya tidak sombong, orangtua saya adalah termasuk orangtua yang mampu. Orang lain belum punya motor dan mobil, orangtua saya sudah punya. Akan tetapi ketika saya sudah menikah dengan Pak Marten, saya ingin membuktikan keseriusan untuk membina rumah tangga sendiri, dan saya pisah dengan orangtua untuk tidak bergantung kepada orangtua, yakni dengan memulai hidup di rumah indekos,” cerita Jusmiaty.

Jusmiaty pun membagikan resep untuk bagaimana membina dan mempertahankan rumah tangga. “Semua apa yang dia lakukan, selama saya anggap itu positif, maka saya support. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan diri sebagai istri, kemudian membangun komunikasi dengan baik setiap saat, dan tetap menghormati serta menjaga nama baik dan kewibawaan suami kita,” pungkas Jusmiaty.

Selamat Ulang Tahun yang ke-60 Ibu Jusmiaty Kiai Demak, semoga senantiasa dilimpahkan kesehatan lahir-batin beserta seluruh keluarga. Aamiin. (ams/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

35,391 views

Next Post

Diduga Berkelahi dalam Kondisi Mabuk, Ari Ditemukan tak Bernyawa di Kebun Jagung

Jum Jan 3 , 2020
DM1.CO.ID, GORONTALO: Warga Desa Padengo Kecamatan Limboto Barat, digegerkan dengan penemuan mayat laki laki tergeletak di tengah kebun jagung, Kamis (02/01/2020).