DM1.CO.ID, BOALEMO: Pada Senin (28/5/2018) silam, Bupati Boalemo (Darwis Moridu) melalui Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boalemo dalam sebuah jumpa Pers sepakat melaporkan ke polisi seorang putra asli daerah Boalemo, Moh. Nurmawan Pakaya alias Ti Kama.
Ti Kama dilaporkan ke polisi lantaran menulis sebuah status bernuansa kritikan yang ditujukan kepada Darwis Moridu selaku Bupati Boalemo di akun Facebook (FB) miliknya, pada Ahad (27/5/2018).
Ti Kama menulis status berbau kritikan tersebut dipicu lantaran ulah Darwis Moridu yang memerintahkan Satpol PP untuk menurunkan baliho yang terpajang di sebuah billboard di Jalan Trans Sulawesi, Kecamatan Tilamuta (Ibukota Kabupaten Boalemo).
Baliho yang diturunkan oleh Satpol PP tersebut bergambar Ketua Umum Partai Gerindra (Prabowo Subianto); beserta seorang anggota DPR-RI (Elnino Mohi) dan seorang anggota DPRD Provinsi Gorontalo (Adriana Machmoed).
Baliho tersebut kemudian diganti menjadi baliho yang bergambar Bupati Darwis Moridu bersama istri (berpakaian “merah”) dengan ucapan: “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1439 H”.
Menurut Hendra Saidi selaku Staf Khusus Bupati Boalemo bidang Hukum dan Politik, diturunkannya baliho bergambar Prabowo Subianto itu sudah sesuai dengan aturan, karena baliho tersebut tidak mengantongi izin.
Hendra juga menilai, status FB yang ditulis oleh Ti Kama itu adalah mengandung ujaran kebencian dan melanggar Undang-undang ITE.
Dalam sejumlah persidangan yang telah dilalui, aktivis yang cukup vokal dan merupakan Kader Partai Gerindra itupun akhirnya divonis bersalah dan harus menjadi penghuni Lembaga Permasyarakatan (Lapas) kelas II B Boalemo, Senin (17/6/2019).
Anggota DPR-RI dari Partai Gerindra Dapil Provinsi Gorontalo, Elnino Mohi, saat mengetahui Ti Kama resmi mendekam di Lapas tersebut, angkat suara.
Secara umum, Elnino Mohi pun menyatakan sejumlah pandangannya, seperti yang dialami oleh Ti Kama.
Ia menyebutkan, keadilan di lima tahun terakhir ini tergantung kekuasaan dan uang.
“Saya hanya mengingatkan kepada siapapun yang berkuasa, bahwa dimaki-maki rakyat itu adalah konsekuensi dari kepercayaan berupa jabatan yang telah rakyat berikan kepada kita,” tulis Elnino via WhatsApp ke Wartawan DM1, Rabu (19/6/2019).
Elnino menegaskan, bahwa pemimpin besar sangat tidak elok jika hanya sukses memenjarakan rakyatnya. “Pemimpin-pemimpin besar tidak pernah memenjarakan rakyat yang memaki-makinya,” tulis Elnino.
Ia menyatakan, pemimpin yang kerdil selalu menggunakan kekuasaan dan uangnya agar ditakuti rakyat, tapi tidak akan pernah beroleh cinta dan kasih sayang rakyat.
Elnino pun mengingatkan, biasanya, pemimpin yang sok kuasa berakhir tragis. Sudah terbukti berulang kali dalam sejarah Gorontalo sejak tahun 1300-an hingga sekarang ini.
“Semoga semua pemimpin di Gorontalo adalah pemimpin besar, dan bukan pemimpin kerdil (konjopo),” harap Elnino. (kab/dm1)