Oleh: Abdul Muis Syam*
DM1.CO.ID, ARTIKEL: Suara bising kendaraan yang melintas lalu-lalang di depan Warung Kopi (Warkop) “Ano” yang terletak di kawasan pusat pertokoan Murni, juga di Warkop “Dinox” di Pasar Tua Kota Gorontalo, tidak membuat sejumlah pengunjung merasa terganggu untuk berhenti membahas seputar kunjungan Rachmat Gobel (RG) ke Turki.
Bahkan saking asyiknya “mengupas” kunjungan RG ke Turki tersebut, membuat kopi yang tadinya terseduh panas di meja mereka itupun jadi dingin seolah tak perlu dicicipi, sejumlah kue seperti Lalampa (lemper) pun dibiarkan tergeletak di atas piring masing-masing seolah lebih nikmat “menggali dan melahap” serta mencari tahu gerangan apa sebetulnya yang terselip di balik kunjungan RG tersebut.
Singkatnya, keberangkatan RG ke Turki yang bertolak dari Jakarta pada Sabtu (23 Oktober 2021) itu, tampaknya sangat menarik untuk dikupas tuntas oleh sejumlah pihak dari berbagai kalangan.
Lalu apa sebetulnya yang menjadi daya tarik dari kunjungan RG kali ini hingga harus menyedot perhatian untuk dibicarakan dan dibahas di mana-mana? Bukan hanya di sejumlah warkop di Kota Gorontalo, tetapi diyakini juga menjadi perbincangan di seluruh daerah di Provinsi Gorontalo ini.
Begini, sebelum mengarah fokus tentang kunjungan ke Turki terkait sosok RG yang kini duduk menjabat sebagai Wakil Ketua DPR-RI (Dapil Provinsi Gorontalo dari Partai Nasdem), sejumlah kalangan mengaku telah membaca pergerakan beberapa politikus nasional yang mulai bermanuver ke arah kepentingan Pemilu 2024 mendatang.
Salah satunya adalah dengan munculnya baliho raksasa (Billboard) yang bertebaran di seluruh daerah di tanah air, termasuk di Provinsi Gorontalo. Ada baliho Puan Maharani (PDI-P), Airlangga Hartato (Partai Golkar), dan baliho Muhaimin Iskandar (PKB), serta sejumlah politisi lainnya. Sampai di sini kiranya sudah bisa sedikit dipahami maksud dari “penampakan” baliho-baliho tersebut?
Nah, meski sebetulnya juga dikabarkan telah memasang beberapa baliho di sejumlah kota besar, namun RG yang lahir di Jakarta namun memiliki orangtua yang berasal dari Gorontalo itu, sepertinya lebih memilih untuk “bermanuver” sesuai dengan basic-nya sebagai sosok entrepreneur sukses.
Dan tampaknya, langkah-langkah manuver sesuai basic-nya itulah yang kini mulai “digencarkan” oleh RG yang kini juga beratribut sebagai Koordinator Pemenangan Pemilu Partai Nasdem Pulau Sulawesi. Yakni, diawali dengan melempar slogan person sebagai “Cahaya dari Timur” (yang mungkin terinspirasi dari julukan Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur).
Slogan person RG: “Cahaya dari Timur” itupun kemudian dimanifestasikan dalam bentuk konkret (Orang Golkar di Gorontalo menyebut hal ini sebagai “Berkarya Nyata bukan Berkarya Kata). Di antaranya adalah dengan memberikan berbagai bentuk bantuan langsung ke masyarakat di momen-momen tertentu, ada berupa sembako, peralatan maupun modal usaha untuk pemberdayaan UMKM, hingga kini mengajak “tour” sejumlah tokoh masyarakat Gorontalo ke Turki.
Di mata banyak pihak, segala tindakan yang diperlihatkan ataupun yang “dipamerkan” oleh orang yang berpijak dalam ruang lingkup partai meski dibalut dengan label sosial, maka itu hampir bisa dipastikan merupakan manuver untuk meraih kepentingan politik. Dan RG saat ini sepertinya sedang melakukan “investasi politik”.
Wujud investasi politik itu, ya seperti itu tadi, bisa dalam bentuk bagi-bagi sembako, memberikan bantuan peralatan maupun modal usaha kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan lain sebagainya, termasuk dengan memboyong tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kalangan di daerah ini untuk “berkeliling” ke Turki.
Langkah-langkah manuver yang diperlihatkan RG sejauh ini, menurut banyak pihak, tentunya tidak hanya menjadi “modal” untuk dapat maju sebagai calon Gubernur Gorontalo, tetapi juga berpotensi menembus bursa pertarungan Capres-Cawapres pada Pemilu 2024 mendatang.
Masih dalam pembahasan di warkop seputar kunjungan RG yang “berjemaah” ke Turki, terungkap asumsi yang menyebutkan, bahwa seorang politikus yang berencana maju bertarung dalam Pilkada Gubernur Gorontalo ataupun Capres-Cawapres 2024, tentunya harus jauh-jauh hari memperlihatkan kekokohan maupun kehebatan “ketebalan isi kantongnya”.
Sehingga di mata sejumlah kalangan, memboyong banyak orang ke Turki dalam sebuah perjalanan itu, tentunya dapat diterjemahkan sebagai “pamer” kehebatan ketebalan isi kantong dari seorang RG. Dan tindakan “pamer” kehebatan seperti itu, menurut kalangan tersebut, sah-sah saja dan tidaklah keliru.
Hanya, menurut sejumlah kalangan itu lagi, “penghambur-hamburan” uang dengan pamer seperti itu cukup disayangkan. Sebab dampak positifnya sangat kecil dibanding dengan jika besaran uang yang digelontorkan itu dapat secara langsung disalurkan untuk kepentingan pemberdayaan kalangan UMKM, apalagi di masa pandemi Covid19 seperti saat ini. Juga terlebih diketahui yang ikut dalam rombongan kunjungan ke Turki itu bisa dipastikan adalah bukan dari kalangan terdampak Covid19.
Seberapa besar budget yang harus dikeluarkan seorang RG untuk mengongkosi 39 orang (dari total 44 orang yang sedianya diberangkatkan) dalam kunjungan ke Turki selama 5 hari tersebut?
Entahlah! Yang jelas dari laman website tourturki.my.id terdapat penawaran “Promo Wonders of Turkey Musim Gugur & Musim Dingin 10 Hari” seharga Rp.12.950.000 per-orang. Sehingga jika harga ini dijadikan patokan, maka RG harus mengeluarkan sedikitnya Rp12.950.000 x 39 orang = Rp.505.050.000,-.
Dan menurut informasi, anggaran untuk ongkos perjalanan rombongan 39 orang tersebut berasal dari kantong pribadi RG. Sementara ongkos RG dan sejumlah staf ahlinya yang juga ikut dalam perjalanan tersebut ditanggung oleh lembaga (DPR-RI). Sebab, perjalanan ke Turki itu adalah kunjung kerja resmi RG sebagai Wakil Ketua DPR yang juga selaku Korinbang (Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan). Korinbang sendiri adalah jabatan Wakil Ketua DPR yang membidangi ruang lingkup tugas Komisi IV, Komisi V, Komisi VI dan Komsi VII. Berikut di bawah ini adalah rundown atau jadwal kunjungannya:
Menurut sejumlah pihak, perjalanan dengan membawa rombongan beberapa tokoh masyarakat seperti ini ke luar negeri, seharusnya bisa diperlihatkan dan dilakukan oleh Gubernur Gorontalo. Sehingga apa yang “dipamerkan” oleh RG ini sebetulnya secara tidak langsung merupakan “tamparan keras” ke wajah Gubernur Gorontalo. Sebab tujuan RG membawa rombongan ke Turki itu di antaranya adalah guna membuka mata dan pikiran dengan menyaksikan langsung kemajuan Turki sebagai negara trans-benua, yang selanjutnya diharapkan dapat diadopsi sebagai benih kemakmuran (untuk diterapkan) di Gorontalo demi memperbaiki peringkat ke 5 sebagai daerah berpenduduk termiskin di Indonesia.
Namun menurut seorang staf ahli RG, Mikson Yamanto via percakapan WhatsApp kepada Redaksi DM1, pada Selasa dini-hari tadi (26/10/2021) sekitar pukul 2.00 WITA, menampik jika kunjungan ke Turki itu disebut-sebut hanya sebagai perjalanan berwisata. ”Masing-masing orang tentu punya persepsi (terkait perjalanan ke Turki ini), tetapi tujuan RG adalah semata-mata untuk tujuan ekonomi Gorontalo, baik lewat sektor pengembangan industri pertanian, perikanan, pariwisata, budaya dan lain-lain,” demikian Mikson menjawab pertanyaan DM1.
Mikson juga menolak jika ongkos pribadi yang dikeluarkan oleh RG untuk membiayai perjalanan rombongan itu disebut sebagai pamer kehebatan isi kantong. “Kalau menunjukan banyak duit tidak perlu dengan cara begitu (berkunjung ke Turki), Kk RG ini kan semua orang tahu pengusaha sukses termasuk konglomerat 100 terkaya (versi) majalah Forbes, bahkan di DPR-RI menjadi anggota terkaya, (jadi) ngapain lagi pakai pamer?” tandas Mikson.
Sayangnya, bantahan Mikson ini dipandang sebagai alasan klasik di dunia politik. Sebab, tidak sedikit politikus yang ambisius kelihatan tulus mengeluarkan fulus tetapi sesungguhnya secara “halus” berharap “surplus” suara pada setiap momen pertarungan di kancah politik. Bukankah Jusuf Kalla juga adalah sosok pengusaha sukses? Ya, boleh jadi RG yang juga seorang pengusaha itu akan mengikuti jejak Jusuf Kalla dengan manuver-manuver yang lebih “memukau dan memikat” rakyat dan sekaligus dapat membuat “lawan jadi gemetar” hingga kaku tak berdaya. Maybe no… maybe yes…, kita tunggu!
—–
*(Penulis adalah pengamat independen sosial dan politik, serta penulis Novel)