DM1.CO.ID, BONE-BOLANGO: Jelang berakhirnya Bulan Suci Ramadan 1444H, warga Desa Molamahu, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango, menyibukkan diri dengan bergotong-royong untuk menyelenggarakan gebyar malam Tumbilotohe.
Tumbilotohe adalah perayaan pemasangan lampu-lampu di halaman-halaman rumah atau di tanah lapang dengan beraneka bentuk. Ini merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Gorontalo, yang dilaksanakan pada tiga malam terakhir Ramadan.
Tradisi Tumbilotohe yang diperkirakan telah dimunculkan sejak abad ke-15 itu, mulanya memasang lampu sebagai penerangan masih berupa wango-wango.
Wango-wango adalah alat penerangan yang terbuat dari wamuta atau seludang yang dihaluskan dan juga diruncingkan, lalu dibakar.
Namun pada tahun-tahun selanjutnya, tradisi Tumbilotohe ini kemudian menggunakan tohe tutu atau damar, yakni semacam getah padat yang dapat dibakar hingga menyala cukup lama.
Dan seiring dengan waktu, masyarakat Gorontalo kemudian menggelar tradisi Tumbilotohe dengan lebih memilih memakai lampu yang menggunakan sumbu dari kapas berbahan bakar minyak kelapa, dengan menggunakan wadah seperti kima, sejenis kerang, dan pepaya yang dipotong dua. Dan ini disebut Padamala.
Pada tahun-tahun berikutnya, penggunaan alat penerang dalam pelaksanaan tradisi Tumbilotohe pun berubah menggunakan minyak tanah, hingga kini. Namun kelangkaan mendapatkan minyak tanah, membuat masyarakat Gorontalo pun menambahkan pemasangan Tumbilotohe dengan menggunakan ribuan lampu listrik yang berwarna-warni.
Sekelumit sejarah tradisi Tumbilotohe tersebut kembali diceritakan oleh Kades Erwis Tumuhulawa, yakni ketika melakukan persiapan pelaksanaan gebyar Tumbilotohe di Desa Molamahu bersama warganya.
Kades Erwis mengaku bersyukur, karena tahun ini bisa kembali menggelar gebyar Tumbilotohe di Desa Molamahu, yang dipusatkan di Dusun III Tanjung Harapan. “Karena saat pandemi Covid19, penyelenggaraan tradisi Tumbilotohe ini sempat ditiadakan,” ujar Kades Erwis.
Dalam persiapan pelaksanaan gebyar Tumbilotohe tersebut, kata Kades Erwis, diawali dengan penentuan sekaligus pembenahan lokasi, serta hal-hal teknis lainnya.
Kades Erwis menyebutkan, pelaksanaan gebyar Tumbilotohe ini, mulai dari persiapan hingga pada pematangannya dipimpin langsung oleh Rusmanto Mamonto selaku Kepala Dusun III Tanjung Harapan, bekerja sama dan dibantu oleh para remaja karang taruna, aparat desa, serta sejumlah masyarakat.
“Hingga pada akhirnya gebyar Tumbilotohe malam pertama pun Alhamdulillah dapat dilangsungkan, yakni pada Senin malam 17 April 2023,” jelas Kades Erwis.
Pada malam pertama itu, kata Kades Erwis, pelaksanaan gebyar Tumbilotohe di Desa Molamahu ini berlangsung cukup semarak, dengan pengunjung yang membeludak untuk menyaksikan dan menikmati syahdunya malam jelang akhir Ramadan yang diterangi lampu-lampu Tumbilotohe.
“Mereka para pengunjung tidak hanya warga sekitar, tetapi juga berasal dari luar Desa Molamahu ini. Bahkan pada momen tersebut, Pak Kristianto Ruchban, SE, M.Si selaku Camat Bone juga sengaja menyempatkan hadir berbaur dengan para pengunjung lainnya,” tutur Kades Erwis.
Kades Erwis pun berharap, kiranya tradisi Tumbilotohe ini dapat terus dilaksanakan setiap tahunnya sebagai bentuk pelestarian kekayaan budaya masyarakat Gorontalo. (res/dm1)