DM1.CO.ID, JAKARTA: Program acara “Indonesia Business Forum” yang disiarkan TV-One, Kamis (6/9/2018), dengan tema: “Dolar Tembus Rp.15.000, Awas Krismon”, tampaknya membuat Partai Nasional Demokrat (Nasdem) mendadak jadi “panas demam”.
Pasalnya, Indonesia Business Forum yang menghadirkan narasumber Faisal Basri, Arif Budimanta, Roy Nicolas Mandey, dan Drajat Hariwibowo, itu sebagian besar mengupas tentang kekeliruan pemerintah yang doyan melakukan impor yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (dari Nasdem).
“Saya kok punya keyakinan, kalau menteri perdagangannya ditertibkan, penghematan lebih besar dari penghematan, ibu Sri Nulyani dari naikkan Pph impor pasal 22,” lontar Faisal Basri.
Pada suatu kesempatan, Faisal Basri bahkan pernah meminta Presiden Jokowi agar segera menertibkan para menteri yang sering membuat gaduh. Seperti, Menteri Perdagangan (Mendag).
Faisal pun menganggap, bahwa Mendag adalah musuh dalam selimut yang merupakan lawan sejati dari Jokowi. “Berharap Presiden menertibkan menteri-menteri yang kerap memicu kegaduhan dan kerusakan, seperti Mendag. Merekalah musuh sejati Pak Jokowi, musuh dalam selimut,” tulis Faisal dalam akun Twitter-nya, @FaisalBasri.
“Benar sekali. Sebetulnya biang keroknya ini Menteri Perdagangan, saudara Enggar,” ujar Rizal Ramli melalui telewicara, disambut tepuk tangan riuh dari seluruh pemirsa di acara Indonesia Business Forum tersebut.
Rizal Ramli menunjukkan, “Misalnya, impor dari garam, dia (Enggar) lebihkan 1,5 Juta Ton. Petani garam marah. Yang kedua, impor gula, dia tambahkan 2 Juta Ton. Impor beras, dia tambahin 1 Juta Ton”.
Rizal Ramli tidak asal bicara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga pernah terang-terangan mengungkap kesalahan kebijakan impor pangan untuk komoditas beras, gula, garam, hingga daging sapi di era kepemimpinan Presiden Jokowi. Kesalahan itu disebut terjadi bahkan sejak Menteri Perdagangan dijabat Rachmat Gobel, Thomas Trikasih Lembong, hingga Enggartiasto Lukita.
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II 2017 BPK, kesalahan impor pangan terjadi karena penerbitan persetujuannya tidak sesuai kebutuhan dan produksi dalam negeri.
Mantan Menko Kemaritiman inipun mencoba membela Jokowi, bahwa dengan impor yang dilakukan secara ugal-ugalan oleh Menteri Perdagangan tersebut membuat elektabilitas Jokowi jadi turun. Pasalnya, Presiden Jokowi sering berteriak agar tidak melakukan impor. Namun kenyataannya, impor malah terus dilakukan dan membuat petani dan petambak makin menderita.
“Akibatnya elebtabilitas Pak Jokowi juga di gerogoti. Mereka ini (Mendag) pada ‘main’ cari komisi, cari impor yang sedemikian besarnya. Jadi saya setuju sekali, dengan saudara Faisal tadi, bahwa biang keroknya masalahnya ada di dalam kabinet sendiri, yaitu saudara Enggar yang sudah waktunya harus diganti,” tutur Rizal Ramli.
Jadi biang keroknya, kata Rizal Ramli, sebetulnya (adalah) saudara Enggar. “Cuma Presiden Jokowi nggak berani negur, takut sama Surya Paloh. Saya katakan, Pak Jokowi panggil saya aja, biar saya yang tekan Surya paloh. Karena ini (kelakuan impor) brengsek, impor naik tinggi sekali, petani itu dirugikan, petambak dirugikan,” ujar Rizal Ramli membela pertani dan petambak, serta ekonomi bangsa.
Statement Rizal Ramli inilah yang membuat Partai Nasdem mendadak “panas demam”. Nasdem berencana melaporkan Rizal Ramli secara hukum yang didahului dengan melayang somasi kepada mantan Menko Perekonomian tersebut.
DPP Partai Nasdem mengancam akan melaporkan Rizal Ramli ke Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim Polri), jika mantan Menko Kemaritiman di kabinet Jokowi itu tidak mencabut pernyataannya.
Ketua DPP Bidang Otda Partai NasDem, Syahrul Yasin Limpo, menuding Rizal Ramli (RR) melakukan fitnah terhadap Ketua Umum NasDem, Surya Paloh. Rizal Ramli diduga memberikan informasi yang tak benar dalam acara di stasiun televisi (dalam acara “Indonesia Business Forum)”.
“Pernyataan yang disampaikan oleh RR terhadap Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh adalah fitnah keji, tidak berdasar, dan mengarah pada pembunuhan karakter seseorang,” ujar Syahrul dalam Konferensi Pers di kantor DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (11/9/2018). Dilansir detikcom.
Ketua Umum NasDem, kata Syahrul, tak pernah ikut campur mengenai kebijakan impor pemerintah. Pernyataan Rizal Ramli itu dianggap menggiring opini seolah-olah Surya Paloh mengambil keuntungan dan ikut mengatur kebijakan impor.
“Bapak Surya Paloh juga tidak memiliki bisnis terkait impor beras, impor gula, impor garam seperti yang dikesankan dalam pernyataan Saudara RR bahwa seolah-olah Bapak Surya Paloh ‘bermain’ dalam kebijakan impor tersebut,” ujar komandan komando strategi NasDem itu.
Menanggapi rencana somasi tersebut, Abdul Muis Syam selaku Koordinator Relawan Perubahan Rizal Ramli Indonesia Timur, menilai Nasdem sepertinya mendadak ‘kebakaran jenggot’.
“Sepertinya DPP Nasdem sedang mendadak “kebakaran jenggot”. DPP Nasdem harusnya melihat substansi masalahnya, yakni tentang ekonomi yang makin hari kian melemah, yang salah satunya diakibatkan oleh masalah impor yang dilakukan secara ugal-ugalan,” tulis Abdul Muis Syam dalam press-release yang diterima redaksi DM1, Rabu (12/9/208).
AMS (sapaan akrab Abdul Muis Syam) menilai, tidak ada yang salah dari statement RR yang secara keseluruhan adalah memperlihatkan kebenaran dari situasi ekonomi di negeri ini.
“Ekonomi negeri kita saat ini memang lagi sakit, dan pak RR dengan tegas menunjukkan salah satu ‘penyakit’ yang membuat badan ekonomi kita jadi lemah, yakni masalah impor yang kerap dilakukan oleh Menteri Perdagangan,” ujar AMS.
Menurut AMS yang juga selaku Ketua/Presidium Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) Provinsi Gorontalo, DPP Nasdem sangat keliru menerjemahkan statement Rizal Ramli yang menyebutkan bahwa Presiden Jokowi tidak berani menegur Enggar, takut sama Surya Paloh.
“Tidak ada ungkapan RR yang menuding Surya Paloh telah mengatur dan ikut campur mengatur masalah impor,” ujar AMS.
Rizal Ramli, kata AMS, dengan jelas hanya mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi tidak berani menegur (Enggar), karena takut sama Surya Paloh. “Itu artinya, RR sedang ‘menantang’ Jokowi agar jangan takut menegur Enggar, sebab bukankah Jokowi sendiri yang kerap berteriak agar jangan melakukan impor? Jadi maksudnya, Presiden Jokowi jangan hanya berteriak di hadapan publik seperti itu, tetapi juga harusnya berani menegur Enggar,” jelas AMS.
AMS juga menegaskan, DPP Nasdem harusnya cerdas dan objektif menanggapi acara “Indonesia Business Forum” yang mengungkapkan permasalahan ekonomi bangsa, yakni dengan mencoba ikut membantu memberi solusi terhadap persoalan impor yang membuat ekonomi negeri ini makin sulit.
“Sepertinya DPP Nasdem terlalu kekanak-kanakkan, dan nampaknya belum menjiwai makna restorasi yang sering didengung-dengungkan . Mereka rupanya alergi dikritik, padahal kritikan itu sangat jelas-jelas adalah untuk kebaikan ekonomi bangsa ini. Dan harusnya DPP Nasdem berterima-kasih serta ikut memberi solusi, bukan malah main ancam dan beri somasi. Sebab dengan jelas-jelas Rizal Ramli bukan hanya membela petani, tetapi juga membela Presiden Jokowi yang kerap berteriak agar menghentikan impor namun tidak diindahkan oleh Enggar,” tulis AMS dalam press-releasenya.
AMS juga mengingatkan, bahwa statement Rizal Ramli itu diungkapkan dalam sebuah forum, sehingga apabila DPP Nasdem menilai statement tersebut tidak benar, maka silakan melakukan klarifikasi juga melalui forum atau Konferensi Pers. “Sebab masalah yang ingin disomasi oleh Nasdem itu samasekali tidak mendatangkan solusi dari persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini,” tutup AMS. (prs/dm1)