Ustaz Das’ad: 4 Penyebab Bencana, Salah Satunya Koruptor Tak Tahu Malu

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, PERSPEKTIF:  Dalam alQuran, musibah, bencana, gempa dan sejenisnya, tidak akan terjadi kecuali diundang. Bahasa alQuran-nya, musibah itu datang karena diundang oleh manusia.

Demikian disampaikan Ustaz Das’ad Latif dalam sebuah tayangan ceramahnya, baru-baru ini yang beredar di sejumlah media sosial, seperti Youtube, Facebook, Twitter, dan sebagainya.

“Apa penyebab datangnya musibah, saya tidak bahas melalui ilmu teknologi, tetapi saya mencoba memperjelaskannya dari (sisi) alQuran sebagai sumber ilmu pengetahuan umat Islam. Ini tidak ada hubungannya dengan Geologi, karena ini (alQuran) adalah  pedoman buat orang yang beriman. Kalau bapak percaya, berarti bapak termasuk orang beriman. Kalau bapak bilang tak ada hubungannya, berarti bapak pura-pura beriman,” ujar Ustaz Das’ad.

Apa landasannya?, kata Ustaz Das’ad, silakan buka alQuran Surah al-Imran, ayat 112. “Setidaknya dalam alQuran itu didapati informasi ada empat penyebab datangnya musibah dan bencana alam,” tutur Ustaz Das’ad.

Yakni pertama, mereka kufur (ingkar) terhadap ayat-ayat Allah, mereka dustakan ayat-ayat Allah. “Menurut Islam ada dua ayat Allah, ayat tertulis dan ayat tercipta,” jelasnya seraya menyebutkan bahwa ayat tertulis adalah alQuranul-karim, dan ayat tercipta adalah alam atau lingkungan hidup.

“Lalu bagaimana sikap manusia, khususnya Bangsa Indonesia terhadap ayat-ayat Allah?” tanya Ustaz Das’ad.

Saat ini, lanjut Ustaz Das’ad, banyak yang mengaku beriman, mengaku Ketuhanan Yang Maha Esa, bahkan ditulis dan dideklarasikan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. “Konstitusi kita mengakui, dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Atas berkat Rahmat Allah kita merdeka. Tapi apa kelakuan Bangsa Indonesia? Azan, pembacaan ayat suci alQuran dianggap mengganggu,” ungkap Ustaz Das’ad.

Dia mengingatkan, bahwa katanya kita umat beragama, katanya kita percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Tapi eeehh… kok bisa-bisanya pengajian mengganggumu. Kok bisa-bisanya suara azan membuat kau risih. Bagaimana Allah tidak marah?” lontar Ustaz Das’ad.

Ustaz Das’ad mengungkapkan alasan bagi mereka yang merasa terganggu dengan suara azan. Yakni, karena masuknya salat itu sudah diketahui waktunya, jadi buat apa lagi diperbersar suara azannya?

Ustaz yang meraih 2 gelar doktor ini pun menanggapi alasan tersebut. Bahwa, suara azan itu adalah panggilan untuk menunaikan salat. “Jadi yang namanya panggilan itu pastilah suaranya harus keras. Kalau dikecilkan suaranya bukan panggilan namanya, tapi bisik-bisik,” jelasnya.

Ia melanjutkan, apabila kufur terhadap ayat-ayat Allah, maka itu salah satu penyebab (atau undangan) datangnya musibah dari Allah.

Ustaz Das’ad yang juga selaku dosen di beberapa perguruan tinggi itu pun menjelaskan penggambaran ayat-ayat tercipta (lingkungan alam), dengan mengajak untuk mengamati dan melihat perlakuan sebagian besar orang-orang Indonesia terhadap sumber daya alam di negeri ini, yang dihabisi tanpa ada perbaikan.

“Saya kalau perjalanan dari Balikpapan ke Bontang, dari Balikpapan ke Sangata, Kalimantan Timur. Dari pinggir jalan kita lihat hijau, tetapi ketika kita naik di atas pesawat, habis gundul hutan kita. Dan anehnya siapa yang menikmati? Bukan masyarakat Indonesia! Siapa yang menikmati? Orang dari luar negeri! Bagaimana Allah tidak marah?! Kita punya sumber daya alam yang melimpah, tapi siapa yang menikmati? Orang-orang kaya yang tertentu saja di Indonesia dan berlebihan caranya menikmatinya,” jelas Ustaz Das’ad seraya mengingatkan, bahwa jika hal ini terus dilakukan, maka tunggulah Allah akan memberimu kehinaan (bencana).

Yang kedua, menurut Ustaz Das’ad, mereka membunuh nabi secara tidak hak (alasan yang benar). “Mahasiswa saya di Unhas bertanya, bagaimana cara membunuh nabi, sementara saat ini sudah tidak ada nabi?” ujar Ustaz Das’ad mengutip pertanyaan seorang mahasiswanya.

Jawaban Ustaz Das’ad, bahwa memang secara fisik saat ini sudah tidak ada lagi nabi sesudah Nabi Muhammad. Tetapi yang dimaksud membunuh nabi dalam ayat itu adalah membunuh sunah-sunah Nabi Muhammad, sunah-sunah sudah diinjak-injak .

Ustaz Das’ad mengemukakan sejumlah contoh sunah-sunah nabi. Misalnya, nabi mengajarkan agar di saat makan dan minum hendaknya dilakukan sambil duduk, karena makan dan minum sambil berdiri adalah cara-cara setan.

“Di tengah-tengah masyarakat kita, tidak sedikit resepsi pernikahan menggunakan gedung sekelas Islamic-center, orangtua mempelai kedua-duanya (status) haji, turut mengundang alim ulama, tapi apa yang terjadi ketika pesta pengantin, standing-party. Dan kita bangga dengan cara seperti itu,” ungkap Ustaz Das’ad.

Masih berkaitan dengan contoh pengantin terkait istilah membunuh sunah nabi, Ustaz Das’ad mengemukakan, bahwa dulu orang Makassar dan Bugis itu sangat malu jika anak wanitanya telah saling rapat pada jarak yang sangat dekat dan bahkan berpelukan dengan laki-laki apabila jika belum ijab-kabul.

Tapi saat ini yang banyak terjadi, kata Ustaz Das’ad, adalah membunuh nabi dengan cara menginjak-injak sunahnya. “Yang mengundang tinggi sekolahnya, tokoh masyarakat, disegani, terpopuler di satu kampung. Tapi lihat (penampakan) undangan pengantinnya anaknya, belum ijab-kabul tapi sudah baku peluk (foto prewedding),” ungkap Ustaz Das’ad.

Selanjutnya, contoh lain membunuh (menginjak-injak sunah) nabi, dalam Hadis diriwayatkan Bukhari, bahwa haram mengubah nasab, haram mengubah silsilah orangtua. “Tapi apa yang terjadi, kita sok kebarat-baratan. Sudah menikah, nama belakang sang istri langsung disematkan nama sang suami. Siapa yang mengajarkan itu? Padahal Nabi sudah mengingatkan secara jelas bahwa tidak boleh mengubah nama bapak yang melekat di belakang nama sang istri,” ujar Ustaz Das’ad seraya menyodorkan pertanyaan, bahwa apakah pernah kita dengar Rasulullah mengganti nama belakang istrinya menjadi Khadijah Muhammad? Tidak! Khadijah tetap Khadijah Binti Khuwailid; dan Aisyah bukan Aisyah Muhammad, melainkan Aisyah Binti Abubakar as Siddiq.

“Kalau ada yang menjalankan sunah kita anggap kampungan. Kita lihat saudara kita yang agak naik celana (panjangnya) seolah diejek dengan kata “mungkin lagi banjir”. Ada saudara kita memelihara jenggotnya karena cintanya kepada sunah malah disebut sok alim. Apabila sunah-sunah nabi kita injak-injak, maka tunggu azab Allah akan datang!” tutur Usyaz Das’ad.

Yang ketiga, menurut Ustaz Das’ad, yang akan menyebabkan turunnya bencana alam, adalah mereka-mereka yang melakukan hal-hal melampaui batas terhadap para ulama.

“Agama Islam mengajarkan amar makruf nahi mungkar, dan siapa yang punya tugas? Ulama, para mubalig. Tapi bagaimana kelakuan kita terhadap ulama? Bagaimana kelakuan kita mereka yang melaksanakan amar makruf nahi mungkar? Mereka yang menulis kalimat Laailaha illallah dianggap teroris, mereka yang menulis laailaha illallah dianggap anti NKRI. Masaaa… kalimat tiada Tuhan selain Allah kita takut? Dan siapa yang lakukan (kriminalisasi seperti) itu? Orang Islam sendiri. Andai yang melakukan kriminalisasi itu adalah orang non-Islam, maka kita masih bisa tolerir (maklumi), karen tidak mengerti,” jelas Ustaz Das’ad seraya menambahkan bahwa tak ada ulama yang mengajarkan untuk merongrong NKRI.

Ustaz Das’ad menyayangkan adanya perlakuan yang cenderung buruk kepada para ulama yang mengajarkan amar makruf nahi mungkar. “Tapi para koruptor, coba kita lihat kelakuan negara terhadap para koruptor!” kata Ustaz Das’ad.

Di Saudi Arabia, ungkap Ustaz Das’ad, para koruptor dihukum mati dengan ditebas tangan dan dipotong lehernya. Namun di Indonesia apa yang terjadi? Koruptornya dipotong masa tahanannya. Dan ini, menurut Ustaz Das’ad, adalah kelakuan yang keterlaluan dan melampaui batas yang dapat mengundang bencana alam sebagai murka Allah.

Dan yang keempat, lanjut Ustaz Das’ad, yang menjadi penyebab turunnya musibah menurut Surah al-Imran ayat 112, adalah mereka yang berbuat zalim secara terang-terangan.

Orang-orang di jepang, kata Ustaz Das’ad, punya akhlak yang tinggi. Pejabat di Jepang, baru dituduh korupsi, langsung mundur dan bahkan karena malu ada yang bunuh diri.

“Kita (di Indonesia masalah korupsi) sudah tertuduh, bahkan tervonis, bahkan terpidana sudah terbukti, sudah dipenjara, tapi tidak malu jadi Caleg,” lontar Ustaz Das’ad. (red-dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

15,391 views

Next Post

Tunjangan Sertifikasi Guru Belum Terbayarkan, Ini Reaksi Wabup Herman Walangadi

Ming Jan 24 , 2021
DM1.CO.ID, GORONTALO:  Pembayaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) untuk triwulan IV tahun 2020, hingga saat ini belum sepenuhnya diterima oleh para guru yang ada di Kabupaten Gorontalo.