DM1.CO.ID, BONE-BOLANGO: Meski tragedi tewasnya Nining Tahidji (31) di Desa Duano, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango telah sepekan berlalu, namun duka mendalam masih tampak menyelimuti pihak keluarga korban.
Suasana duka itu terlihat dan terasa ketika Resti Djalil Cono, Wartawati DM1, menyambangi rumah keluarga sekaligus berziarah di makam korban, Selasa (7/12/2021), bertepatan takziah hari ke 7 doa arwah atas meninggalnya Nining Tahidji.
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, bahwa almarhumah Nining menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (1/12/2021), yakni setelah diduga mendapat penganiayaan dari laki-laki bernama Bagus Sriyadi Yososunarto (31), yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Nursin Tahaku selaku orang tua (ibu) Nining Tahidji menceritakan kisah awal mula pertemuan Nining dengan Bagus, hingga keduanya akhirnya mengikrarkan memasuki jenjang pernikahan, yang belakangan ternyata harus berujung maut.
Proses pertemuan mereka, kata Nursin, boleh dibilang cukup singkat. Artinya, tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk saling kenal, hanya kurang lebih 3 bulan. Setelah itu, keduanya pun langsung memutuskan untuk segera menikah.
Awalnya, kata Nursin, Nining sering berkunjung ke rumah pamannya yang berdomisili di Desa Duano, Suwawa. Di sanalah Nining untuk pertama kalinya bertemu dengan Bagus yang kebetulan rumahnya bertetangga dengan pamannya Nining.
Tak disangka, pertemuan itulah membuat keduanya terpanah asmara dan saling menaruh hati, alias jatuh cinta. Lalu pertemuan-pertemuan mereka pun berlanjut sebagai pasangan kekasih (pacaran), hingga keduanya sepakat mempermantap dan memperteguh hubungan pacaran itu ke tingkat yang lebih serius, sampai akhirnya keduanya pun menikah.
“Nining sering main ke Suwawa, bertepatan ada pamannya yang sekarang berdomisili di sana. Dan bertepatan rumahnya bertetangga dengan Bagus. Sehingga pertemuan itulah menjadikan benih-benih cinta di antara keduanya tumbuh,” ujar Nursin.
Nursin mengungkapkan, saat masa pacaran Bagus tidak terlalu dekat dengan pihak keluarga Nining, karena Nining kerap menutup-nutupi hubungan asmaranya dengan Bagus.
Bahkan, kata Nursin, meski mengaku sudah punya pacar (cowok) namun Nining masih menyembunyikan identitas (nama) pacarnya tersebut.
Sepupunya Nining, kata Nursin, kebetulan juga menikah dengan orang dari Desa Duano. Sang sepupu pernah menanyakan dan mencari tahu nama cowok Nining, tapi Nining enggan untuk memberitahu nama sang kekasihnya itu. “Nantilah, tetap perlahan-lahan akan ketahuan,” ujar Nursin meniru jawaban Nining.
Tak lama kemudian, Nursin mengaku mendapat kabar bahwa Nining dan Bagus sudah menikah di Kabila pada tanggal 17 September 2021. “Dan itu saya selaku orang tuanya tidak tahu-menahu sama sekali (pernikahan itu),” ucap Nursin sedih.
“Saya dapat info (pernikahan Nining dan Bagus) nanti setelah mereka sudah menikah, yang mana si Nining mengakui telah menikah siri (dengan Bagus) sekaligus menunjukkan bukti-bukti pernikahan,” sambung Nursin.
Pengakuan Nining yang telah menikah itu, kemudian tidak dipermasalahkan oleh keluarga, hingga akhirnya pihak keluarga pun menerima hal tersebut dan mulai menerima Bagus sebagai keluarga mereka.
Saat menjadi suami Nining, kata Nursin, sosok Bagus adalah pribadi yang pendiam dan tampak taat beribadah. Sayangnya dan sungguh amat menyayat hati, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia karena harus berakhir dengan sangat tragis, yakni setelah Bagus dengan tega menghabisi nyawa Nining.
Padahal, kata Nursin, Nining adalah sosok wanita yang tengah “berhijrah”, yakni dengan pelan-pelan memperbaiki diri dari ketidak-sempurnaan yang ia miliki. “Bahkan saat itu Nining sudah mulai bercadar,” ungkap Nursin.
Nursin membeberkan, tiga hari sebelum Nining tewas secara sadis, pamannya yang kebetulan bertetangga dengan rumah yang didiami oleh Nining dan Bagus, sempat melihat serta menyaksikan wajah Nining yang penuh dengan luka dan memar.
Saat sang paman menanyai tentang luka dan memar tersebut, kata Nursin, Nining hanya terdiam seolah menjawab bahwa tak ada masalah, lalu ketika itu Nining bergegas masuk ke dalam rumah Bagus, dan mengunci pintu.
“Saya sangat berharap kepada pihak penegak hukum semoga bisa bergerak dengan bijak dan bisa memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatan keji Bagus terhadap Nining anak satu-satunya di keluarga ini. Dan seandainya boleh, saya ingin nyawa tukar nyawa, agar saya bisa tenang,” pungkas Nursin Tahaku
Salah seorang sepupu almarhumah Nining, Sulastri Debora Tumulo mengungkapkan, Nining adalah orang yang sangat aktif di media sosial seperti Facebook (FB), Instagram (IG), dan WhatsApp (WA). Namun semenjak kenal dan telah menikah dengan Bagus, semua medsosnya itu dinon-aktifkan, bahkan WA Nining harus memakai nomornya Bagus.
“Pernah saya tanya, kenapa akun FB ditutup, namun tidak ada jawaban yang tepat (dari Nining). Bahkan WA dialihkan ke nomor suaminya. Dan Nining menjawab dan beralasan bahwa itu sama saja nomorku juga nomor suami,” ungkap Sulastri meniru percakapannya dengan Nining semasa hidup.
Sementara itu, kepada Wartawati DM1, Harun Tahidji selaku paman Nining yang juga sebagai Kepala Desa (Kades) Tihu saat mengetahui kejadian tersebut, mengungkapkan kekecewaannya atas sikap dari pihak keluarga Bagus.
“Sungguh sangat miris saat ini keluarga Bagus enggan menampakkan diri, atau sekadar basa-basi datang ke sini di takziah, atau minta maaf atas kejadian yang menimpa keluarga kami,” ujar Kades Harun geleng-geleng kepala.
Kades Harun mengaku tidak tahu-menahu dan bingung dengan sikap yang diperlihatkan oleh pihak keluarga Bagus. “Entah mereka merasa tidak bersalah, atau memandang remeh keluarga kita, saya pun tidak tahu. Namun sikap mereka yang notabene keluarga besar dan terhormat sungguh sangat mengecewakan,” tutur Kades Harun.
Olehnya itu, Kades Harun berharap dan meminta kepada pihak APH (Aparat Penegak Hukum) untuk dapat serius menindak-lanjuti peristiwa pembunuhan dan penganiayaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa keponakannya tersebut. (res/dm1)