DM1.CO.ID, BOALEMO: Salah satu destinasi wisata favorit di Provinsi Gorontalo, Pulo Cinta, yang terletak di Kabupaten Boalemo, saat ini sedang ramai diperbincangkan di kalangan eksekutif dan legislatif di Boalemo hingga ke seluruh lapisan masyarakat.
Perbincangan tersebut mengarah kepada rencana pemutusan hubungan antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boalemo dengan pihak pengelola.
Selanjutnya, Pemkab Boalemo diminta dan didesak untuk segera mengalihkan penanganan Pulo Cinta ke pihak manajemen lainnya. Entah ke Pemkab Boalemo langsung, ataukah memberikan kepercayaan ke pihak ketiga yang baru.
Salah satu pihak yang menekankan hal tersebut, adalah Aswan Djamaluddin anggota DPRD Boalemo. Ia dengan terbuka menyatakan agar seluruh aktivitas di Pulo Cinta segera dihentikan untuk sementara waktu, sambil menunggu ditetapkannya pengelola yang baru.
Pasalnya, menurut Aswan, pihak ketiga selaku manajemen yang mengelola Pulo Cinta, selama ini dinilai tidak konsisten dengan kesepakatan yang telah dibangun sejak awal dengan Pemkab Boalemo.
Informasi ketidak-konsistenan pihak manajemen Pulo Cinta itu, ungkap Aswan, dibeberkan oleh Bagian Keuangan Pemkab Boalemo. Dari situlah, Aswan mengaku kaget, dan berharap agar Pulo Cinta segera diselamatkan.
Aswan mengaku mendapat penjelasan, bahwa pendapatan Pemda Boalemo tahun 2017 yang hanya sebesar Rp. 230 Juta, ternyata sudah termasuk dari Pulo Cinta.
Padahal, menurut pengamatan Aswan, destinasi Pulo Cinta itu sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik mancanegara maupun regional.
Menurut hitungannya, di Pulo Cinta itu ada 15 cottages dengan tarif Rp.3 juta per-unit. Belum lagi yang hanya bertandang di sana (Pulo Cinta) sekali menginjakkan kaki saja sudah harus bayar sekitar Rp. 100 ribu per-orang.
“Cottages di Pulo Cinta sebanyak 15 unit. Kita kalikan Rp.3 Juta per-unit dikali 180 hari saja. Maka silakan hitung sendiri berapa banyak mereka dapatkan dalam jangka waktu setengah tahun?” ujar Aswan bertanya-tanya.
Mencoba menghitung versi Aswan tersebut, dari Rp. 3 Juta dikali 15 unit cottages didapati hasil Rp.45 Juta (asumsi 15 cottages terisi penuh setiap hari). Hasil ini kemudian dikalikan dengan 180 hari (setengah tahun), maka didapati hasil sebesar Rp.8,1 Miliar. Artinya, pengelola harus menyetor Rp.810 Juta.
Jika Rp.45 Juta itu dikalikan saja 90 hari (3 bulan, asumsi cottages terisi penuh), maka didapati Rp.4,05 Miliar. Dari nilai ini, pengelola harus menyetor ke Kas Pemkab Boalemo sebesar Rp.405 Juta.
Aswan pun geleng-geleng kepala, sebab pihak pengelola sejak awal menyatakan siap berkomitmen untuk menyetor ke Kas Keuangan Pemkab Boalemo sebanyak 10 persen dari in-come Pulo Cinta. Namun kenyataannya, pihak pengelola hanya menyetor rata-rata Rp.12 juta per-bulan, atau sekitar 144 Juta per-tahun.
Dari hitung-hitungan itu kemudian memunculkan sejumlah pertanyaan. Di antaranya, ke mana setoran Pulo Cinta itu mengalir? Adakah pihak lain yang turut menerima setoran dari pengelola selain ke Kas Pemkab Boalemo?
Entahlah, yang jelas dalam Rapat Pansus DPRD Boalemo seputar persoalan Pulo Cinta, di salah satu hotel di bilangan Kota Gorontalo, pada Sabtu malam (28/7/2018), terungkap adanya dugaan setoran terbagi ke beberapa pihak selain ke Kas Pemkab Boalemo.
Dalam rapat tersebut, para anggota Pansus itupun sepakat untuk menggali dan mencari tahu pihak-pihak yang diduga ikut mendapatkan setoran dari pengelola Pulo Cinta tersebut.
Selain itu, Pansus juga sedang memikirkan agar pengelolaan Pulo Cinta sebaiknya ditangani langsung oleh Pemkab Boalemo, atau bisa pula diberikan kepada pihak yang benar-benar dianggap profesional serta berkomitmen tinggi demi memajukan dunia pariwisata di Boalemo, khususnya Pulo Cinta. (kab/dm1)