Netizen Gorontalo: Goyang Mopobibi VS Salat Minta Hujan

Bagikan dengan:

Wartawati/Editor: Dewi Mutiara

DM1.CO.ID,KABUPATEN GORONTALO: Pemecahan Rekor Muri Goyang Mopobibi yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo pada ajang Festival Danau Limboto, Ahad (22/9/2019), menyisakan sejumlah kritik dari masyarakat.

Hal itu disampaikan Anggota DPRD Kabupaten Gorontalo Iskandar Mangopa, usai Rapat Paripurna DPRD Pengucapan Sumpah Pimpinan DPRD Kabupaten Gorontalo Masa Jabatan 2019-2024 Senin (23/9/2019).

Iskandar mengatakan, ia setuju dengan senam mopobibi karena masyarakat Kabupaten Gorontalo butuh olahraga, namun yang menjadi poin persoalan adalah saat pemecahan rekor muri itu dilakukan di depan masjid.

“Kita ini kan disediakan tempat olahraga oleh pemerintah sebelumnya, kita butuh hiburan, kita butuh olahraga, tapi kenapa Goyang Mopobibi itu dilakukan di jalan, di depan masjid, sementara di depan masjid itu terlihat dari video itu goyang-goyangan, maka tidak elok,” ujar Iskandar.

Pada kesempatan itu, Iskandar juga menyoroti Festival Pesona Danau Limboto (FPDL) yang terkesan dipaksakan penyelenggaraannya tahun ini.

Ia menilai, festival itu tidak sama pelaksanaannya seperti hari peringatan lainnya, tidak ada tanggal ataupun bulan yang paten seperti peringatan hari kemerdekaan contohnya.

Seperti yang diketahui bersama, saat ini Gorontalo tengah menghadapi kemarau panjang, menurut Iskandar itu adalah alasan yang tepat untuk menunda pelaksanaan Festival Danau Limboto

“Itu menjadi pertanyaan banyak kalangan, apalagi dari orang luar, Festival Danau Limboto tapi mana danaunya, jangan sampai di pikiran para pendatang danau ini tidak terurus dengan baik, ini bukan malam tahun baru atau 17 Agustus yang tidak bisa dipindah,” tutur Iskandar

Sementara itu, perputaran ekonomi di Kabupaten Gorontalo yang meningkat berkat festival tersebut, Iskandar menilai bukanlah perhitungan pendapatan daerah yang sebenarnya.

“Kalau yang datang itu pengunjung dari Sulut, Gorut, Monano, itu baru namanya ada perputaran ekonomi untuk pemerintah daerah. Tapi yang terjadi saat ini hanyalah perpindahan dari kantong kiri ke kantong kanan,” tutur Aleg Partai Golkar tersebut.

Sejalan dengan itu, pemecahan Rekor Muri Goyang Mopobibi ini juga ramai dibicarakan netizen Gorontalo di sosial media. Pantauan kru DM1, banyak yang mengkritik penyelenggaraannya tidak tepat dengan kondisi kemarau yang tengah dihadapi masyarakat Gorontalo saat ini.

Salah satunya adalah Ronal Hutagalung, seorang motivator Gorontalo ternama, Founder Ronal Hutagalung Learning Center, yang telah memberikan pelatihan kepada ratusan siswa maupun akademisi di Gorontalo.

Di akun sosial medianya, Ronal menuliskan alternatif ide perihal pelaksanaan Rekor Muri yang digelar pemerintah Kabupaten Gorontalo tahun ini.

“Sumbang ide Rekor Muri: Sholat Istisqo terbanyak, menanam pohon terbanyak, membersihkan selokan terbanyak,” tulis Ronal.

Ada juga mantan anggota Bawaslu periode 2016-2017 Nanang Masaudi, yang menuliskan sindiran untuk pemerintah Kabupaten Gorontalo dengan persoalan yang sama.

“Ada Lady Wash ada banjir (APBD 2016), Ada Goyang Mopobibi kira-kira mo ada apa lagi? (APBD 2019),” tanya Nanang dalam akun sosial medianya.

Berikut beberapa potongan-potongan gambar cuitan netizen Gorontalo yang menyoroti Goyang Mopobibi yang diambil dari salah satu platform media sosial. (dmk/dm1)

Bagikan dengan:

Dewi DM1

93,900 views

Next Post

Turun ke Jalan, Organisasi Pers di Gorontalo Tolak Tegas Revisi KUHP

Sen Sep 23 , 2019
Siaran Pers DM1.CO.ID, GORONTALO: Jelang berakhirnya perjalanan masa bakti 2014-2019, Pemerintah dan DPR-RI berambisi untuk merevisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).