Jokowi Pernah “Tegur” Aparat Karena Sweeping PKI, Bagaimana dengan Bendera Tauhid?

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, JAKARTA: Peringatan Hari Santri di Kabupaten Garut, Kecamatan Limbangan, Jawa Barat, Ahad kemarin (21/10/2018), diwarnai aksi bakar kain ikat kepala dan bendera hitam yang berlafadzkan kalimat Tauhid berwana putih “La ilaaha illallah Muhammadarrasulullah”.

Aksi pembakaran kalimat Tauhid tersebut dilakukan oleh sejumlah anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) sambil menyanyikan lagu Mars Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam video viral yang berdurasi 2:05 menit itu tampak para Banser dengan sangat riang melakukan pembakaran bendera berlafadzkan kalimat Tauhid, lantaran dinilai mirip dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, membenarkan kejadian tersebut.

“Betul. Itu di Garut. Menurut laporannya, kejadian di hari peringatan hari santri kemarin di Garut,” ujar Yaqut, dilansir CNNIndonesia.com, Senin (22/10/2018).

Yaqut mengklaim bahwa kain yang dibakar anggotanya itu adalah bendera HTI, yang merupakan organisasi terlarang di Indonesia.

Video yang menjadi viral itupun mendapat kecaman keras dari banyak netizen di seluruh penjuru dunia sosial media. Dan tak sedikit di antaranya mengutuk tindakan oknum Banser di Garut itu sebagai sikap yang sudah sangat keterlaluan.

Sebab, menurut netizen, di sisi lain PKI yang juga sebagai organisasi terlarang malah seolah “dilindungi” oleh pemerintah.

Buktinya, pada medio Mei 2016 lalu, Jokowi telah menginstruksikan melalui telepon kepada Panglima TNI dan Kapolri agar menghentikan aksi sweeping terhadap orang-orang yang diduga PKI lantaran memakai logo palu-arit.

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, yang menegaskan bahwa Presiden Jokowi telah memberikan instruksi melalui telepon kepada Kapolri dan Panglima TNI, untuk menghentikan aksi sweeping dalam menangani isu kebangkitan PKI. Sebab, menurut Jokowi, sweeping yang dilakukan oleh TNI/Polri itu sudah sangat berlebihan.

“Presiden secara tegas, secara jelas, menyampaikan kepada pangllima TNI, kepada Kapolri, untuk segera menertibkan aparaturnya tidak melakukan sweeping. Zaman demokrasi tidak ada lah sweeping-sweeping seperti itu,” ujar Pramono Anung, medio Mei 2016.

Jokowi menilai, kata Pramono, aksi sweeping untuk menangani isu komunis sudah tidak cocok dilakukan di era demokrasi seperti sekarang.

“Karena ini substansi dari negara demokrasi.  Maka tidak bisa kemudian polisi dan juga termasuk aparat TNI itu over-acting berlebihan melakukan sweeping (PKI),” ujar Pramono.

Dari penegasan tersebut, para netizen pun meminta agar presiden juga segera mengambil sikap yang sama, yakni segera menginstruksikan Panglima TNI dan Kapolri untuk tidak membiarkan bendera Tauhid yang mirip lambang HTI itu diperlakukan secara berlebihan, apalagi sampai dibakar oleh pihak-pihak yang over-acting.

Pembakaran Bendera Tauhid tersebut, memunculkan kecaman dan kutukan  dari umat Islam di berbagai lapisan dalam bentuk video.

Di antaranya berasal dari warga Pondok Pesantren Nurul Huda Garut, menyatakan sangat kecewa, sangat marah. “Saya tidak rido, ada anggota Banser yang membakar La Ilaaha illallah Muhammadarrasulullah,” ujar seorang ulama  Pondok Pesantren Nurul Huda dalam videonya di Youtube.

Iapun meminta agar aparat segera menangkap seluruh anggota Banser yang telah berani membakar bendera kalimat Tauhid tersebut. Sebab, menurutnya, itu bukan bendera ormas tertentu, melainkan bendera pemersatu seluruh Umat Islam di muka bumi ini.

Habib Muhammad Vad’aq dalam videonya menjelaskan, bahwa bendera Tauhid adalah panji Rasulullah Saw, bukan bendera ormas maupun kelompok manapun.

Sehingga itu, secara tegas KH. Yasin Muthohar selaku Mudier Ma’had Al-Abqary Serang, mengecam para pembakar bendera Tauhid tersebut.

Yasin Muthohar dalam videonya menyebutkan salah satu hadits Imam Syafi’i rahimakumullah “Siapa yang dibuat marah namun dia tidak marah, maka dia adalah keledai”.

“Hari ini kita Umat Islam telah dibuat marah oleh perilaku segelintir Umat Islam, yang mengaku dia bagian dari kaum Muslimin tapi dia melecehkan Islam. Dia telah membakar Bendera  Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Telah membakar kalimat Tauhid. Karena itu kita wahai kaum Muslimin tidak boleh tinggal diam, wajib marah kita karena Allah, wajib marah kita karena ini, wajib marah membela kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ujar KH. Yasin.

KH. Yasin juga mengaku siap, jika ada sebuah jihad yang diserukan oleh para ulama untuk membela Kalimat Tauhid ini. “Kami siap, kami akan mengerahkan semua santri kami untuk keluar berjihad membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tegas KH. Yasin. (ams/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

8,741 views

Next Post

Warga Garut Konvoi Kibarkan Bendera Tauhid Mengutuk Banser

Sel Okt 23 , 2018
DM1.CO.ID, GARUT:  Ulah belasan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang membakar Bendera berlafadzkan Kalimat Tauhid, pada peringatan Hari Santri di Garut, Senin (22/10/2018), mendapat kecaman keras dari Umat Islam dari seluruh penjuru negeri, bahkan dunia.