Hidupi Suami dan 5 Anak, Wanita Ini Jadi Kepala Keluarga

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, GORONTALO: Setelah beberapa tahun lalu, hingga saat ini suaminya sakit-sakitan dan hanya bisa berdiam serta istirahat di rumah, membuat Mariam Boila (38) terpaksa mengambil-alih peran dan tanggung-jawab sebagai kepala keluarga.

Meski sebetulnya bukanlah sebuah kewajiban, tetapi itulah yang harus jadi pilihan satu-satunya warga Kelurahan Limba U1, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo itu. Yakni menghidupi Suami dan lima orang anaknya.

Anak pertama Mariam masih duduk di bangku sekolah dasar kelas enam, sedangkan anak kelimanya (bungsu) pada Oktober 2017 kemarin masih berusia tiga bulan. “Saya harus bisa menjadi ibu sekaligus sebagai kepala keluarga ,” ujar Mariam saat bertandang ke redaksi Majalah DM 1 A, akhir Oktober 2017.

Sejak suaminya mulai sakit-sakitan, Mariam pun membeli tunai satu unit bentor yang diyakininya bisa ia kemudikan mencari penumpang untuk dapat membiayai hidup suami dan kelima anaknya.

Tak tega melihat istrinya menjadi pengemudi bentor, sang suami pun sempat memaksakan diri untuk menggantikan profesi istrinya tersebut. “Hanya dua bulan paitua bawa bentor, tiba-tiba langsung sakit kembali, sampai sekarang hanya bisa istrahat di rumah,” cerita Mariam.

Mariam mengisahkan suka-dukanya sebagai wanita pengemudi bentor yang lebih banyak di jalan. Ia menyebutkan bahwa menjadi seorang kepala keluarga memang tidak semudah yang dibayangkan, harus banting tulang demi mencari sesuap rezeki.

Ia mengungkapkan, penghasilan yang mampu diraih sehari rata-rata hanya Rp.50 Ribu. “Kalau lagi beruntung bisa sampai Rp.100 Ribu,” ucap Mariam seraya mengaku bersyukur karena masih bisa diberi kesehatan untuk mencari hasil keringat sendiri tanpa harus mengemis atau dengan cara-cara yang tidak halal.

Jika mendapat penghasilan Rp.50 Ribu sehari, kata Mariam, dirinya hanya bisa menabung Rp.5.000 untuk jaga-jaga apabila ada kebutuhan yang mendadak dan mendesak. Selebihnya, ia belanjakan untuk kebutuhan rumah tangga termasuk dapur dan kebutuhan anak-anaknya.

Meski kehidupannya begitu sangat sulit, tetapi Mariam mengaku tidak ingin larut apalagi sampai stres menjalani hidup. “Penghasilan yang saya dapat memang sangat kurang, tapi setidaknya bisa sedikit meringankan beban yang memang sudah berat itu,” ujar Mariam.

Bentor yang dipakai mencari rezeki itupun saat ini terpaksa ia jadikan agunan di salah satu finance, yakni lantaran harus menambah biaya perawatan dan penyembuhan sakit suaminya. “Sebulan angsuran itu harus saya bayar Rp.600-an ribu. Untung ada beras sejahtera dan bantuan-bantuan dari program gratis Walikota Gorontalo. Jadi sehari-harinya saya hanya harus memastikan bisa mendapat untuk beli ikan,” jelas Mariam polos.

Namun Mariam mengaku, bahwa jika bisa memilih pekerjaan lain, maka dirinya lebih memilih untuk menjadi pedagang buah-buahan dari pada harus mengemudi bentor.

“Tapi apa boleh buat, saya tidak punya modal. Andai saja Pak Walikota bisa membantu saya untuk jualan buah dengan memberikan modal, maka saya pasti tidak menyia-nyiakannya. Kalau jua-lan buah, saya masih bisa dekat dengan anak-anak saya,” pungkas Mariam.
(umi/dm1a)

Bagikan dengan:

Muis Syam

4,663 views

Next Post

Kisah Pilu Pemohon Mahyani: Sejak 2001 Hingga Kini Hanya Diberi Janji

Sab Nov 11 , 2017
DM1.CO.ID, GORONTALO: Hembusan angin gunung terasa tak mampu menyumbat pori-pori di jidat, sehingga peluh terus menetes dan menukik ke alis, seolah mengundang debu agar hinggap dan turut menantang hawa panas terik matahari yang menembus hingga ke sela-sela helm.