DM1.CO.ID, GORONTALO: Acara Debat Publik dalam rangka Pemilihan Walikota (Pilwako) Gorontalo, Senin Siang (18/06/2018), di Gedung Grand Sumber Ria, Kota Gorontalo, kembali ricuh.
Pada acara debat kandidat pasangan calon walikota ini, sebelumnya juga sempat ricuh karena dinilai adanya pelanggaran tata-tertib debat oleh peserta.
Tata-tertib tersebut di antaranya adalah, setiap calon tidak dibenarkan menyebut nama orang lain pada saat bertanya dan menjawab pertanyaan; pasangan calon tidak diperkenankan memberikan pertanyaan yang menyerang personal calon lain; pertanyaan dan jawaban antar pasangan calon adalah seputar program visi-misi serta tema debat; dan moderator dapat menghentikan pertanyaan dan jawaban calon ketika terindikasi menyerang personal.
Meski tata-tertib itu telah dibacakan di awal acara oleh Agus Lahinta selaku moderator, namun kericuhan tetap terjadi.
Sejak awal acara, suasana debat memang sudah terasa cukup hangat, dan makin meninggi hingga ke puncaknya membuat kericuhan pun pecah. Yakni, diduga ketika calon walikota Adhan Dambea melontarkan tanggapan dengan menyebut nama personal, yang oleh moderator hal itu merupakan pelanggaran tata-tertib debat.
Detik-detik kericuhan terjadi yang disiarkan langsung via Facebook itu dapat disaksikan, yakni ketika Ryan Kono selaku Calon Wakil Walikota nomor urut 2 memberikan pertanyaan kepada pasangan calon (paslon) nomor urut 1 (Adhan Dambea dengan Hardi Saleh Hemeto).
“Perbaikan kesejahteraan masyarakat tercermin dari pergerakan pembangunan manusia yang berlangsung, IPM terkait erat dengan aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Bagaimana langkah nyata pembangunan manusia yang Anda tawarkan,” demikian pertanyaan yang dibacakan oleh Ryan kepada paslon nomor urut 1 tersebut.
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Hardi Saleh Hemeto selaku calon wakil walikota nomor urut 1. “Menyangkut dengan tema pada hari ini adalah pelayanan publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Gorontalo, kami punya sasaran strategis, yaitu meningkatkan pelayanan untuk masyarakat umum,” jawab Hardi.
Yang kedua, lanjut Hardi, yaitu untuk peningkatan bagaimana caranya masyarakat itu bisa mendapatkan modal usaha. “Yang berikut yang ketiga, yaitu bagaimana bahwa pemerintah kota itu menata kembali jalur transportasi yang hubungannya untuk meningkatkan ekonomi rakyat,” jelas Hardi.
Yang berikut, lanjut Hardi lagi, yang keempat, yaitu untuk masalah peningkatan dan mendorong masyarakat untuk aktif dalam pemberdayaan. “Apalagi di program kami itu ada namanya pemberdayaan masyarakat lokal untuk masalah padat karya,” ujar Hardi seraya mempersilakan Adhan Dambe untuk melanjutkan penjelasan tentang hal tersebut secara mendetail.
Namun nampaknya Adhan Dambea tidak tertarik untuk menjawab secara mendetail atas pertanyaan dari Ryan Kono seputar masalah IPM.
Adhan Dambea bahkan mengaku tak perlu memberikan tanggapan atau menjelaskan panjang lebar lagi (tentang IPM) itu, karena telah dijelaskan sendiri oleh calon Walikota Marthen Taha.
Sehingga Adhan Dambea hanya lebih tertarik melontarkan tanggapan tentang masalah hukum, bukan seputar IPM sebagaimana yang menjadi pertanyaan dari Ryan Kono.
Adhan mengemukakan, “Jadi kalau persoalan hukum itu. Masa orang lain yang pencuri, saya masuk hotel prodeo? Oleh karena itu apa yang ditetapkan oleh pengadilan mereka-mereka yang masuk (di hotel prodeo) termasuk Totok Bahtiar pernah masuk di sana…”
Saat menyebut nama Totok Bahtiar selaku Sekretaris Tim Pemenangan Paslon MATAHARI (Marten Taha-Ryan Kono), Moderator Agus Lahinta langsung memotong dan mencoba menyetop tanggapan Adhan Dambea, “Mohon maaf Pak. Tidak bisa sebut nama. Mohon maaf, mohon maaf, mohon maaf,” imbau moderator berkali-kali.
Meski begitu, Adhan Dambea nampak ngotot dan tetap menyebut nama Totok Bachtiar, “Tidak usah (dihentikan), pernah masuk, huss…huss..huss, pernah masuk, pernah masuk,” lontar Adhan yang tak terima dihentikan tanggapannya.
Di saat itulah kondisi di dalam ruangan debat publik tersebut seketika menjadi ricuh, sejumlah pendukung dan simpatisan paslon nomor urut 1 dan 2, termasuk Totok Bachtiar yang duduk di baris depan juga langsung berdiri seolah ingin protes dan meminta agar namanya tidak disebut-sebut.
Para pendukung nomor 1 dan 2 nyaris saling serang. Dalam kondisi tersebut anggota DPR-RI, Elnino Mohi, ikut ke atas panggung dan merangkul Adhan Dambea, seolah ia mengingatkan untuk bersabar dan menahan emosi.
Di saat bersamaan, Marten Taha melalui microphone langsung angkat bicara secara tegas serta memerintahkan pendukungnya untuk menahan diri masing-masing.
“Mohon tenang. Pendukung pasangan nomor urut dua kembali ke tempat, kembali ke tempat, kembali ke tempat. Jangan melakukan hal-hal di luar ketentuan. Kami mohon dengan hormat, kita jangan terpancing,” lontar Marten Taha berulang-ulang.
Kapolres Gorontalo Kota, AKBP. Yan Budi, juga terpaksa bersuara lantang melalui mengeras suara. “Perhatian, perhatian. Simpatisan saya minta duduk, atau kalau tidak tertib saya suruh semuanya keluar. Tolong duduk, tolong duduk. Masing-masing LO bertanggungjawab, silakan amankan simpatisannya,” imbau Yan Budi.
Kapolres Kota Gorontalo itu juga berulang-ulang menegaskan, agar seluruh pihak yang ada di ruangan tersebut dapat menahan diri.
“Yang lain duduk, jangan menambah gaduh suasana. Kalau tidak mau duduk keluarkan saja!” imbau Yan Budi seraya mengarahkan anggotanya yang terdiri dari sejumlah unsur Brimob dengan persenjataan lengkap di tangan.
Dalam suasana seperti itu, nampak Adhan Dambea sedang dipagari oleh beberapa pendukungnya, termasuk Elnimo, anggota DPR-RI dari Fraksi Gerindra tersebut.
Di saat bersamaan nampak pasangan nomor 2 dan 3 bergabung mengamankan diri dengan mengambil tempat tersendiri di atas panggung.
Kondisi baru dapat dikendalikan dan acara debat kembali berjalan secara kondusif di saat sejumlah orang telah diamankan oleh pihak polisi. Mereka diamankan karena diduga dapat memancing kericuhan makin meluas. (ams/dm1)