Buat Kalian Yang Bermasa Bodoh: “Sudah Terlambat, Jon …”

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, JAKARTA: Ada status medsos yang tersebar di salah satu grup WA. Cukup menarik, dan selain layak untuk dijadikan bahan renungan, juga sangat patut untuk segera disadari.

Bahwa kondisi kacau seperti ini bisa dengan mudah terjadi karena selama ini (telah jauh-jauh hari) sejumlah kelompok nampaknya memang telah berhasil membangun serta menanamkan sifat apatis (bermasa bodoh) melalui kata-kata “mutiara”, yang ujung-ujungnya (tanpa disadari) adalah untuk menumbangkan kaum “mayoritas” di negeri ini.

Berikut ini adalah statusnya:

+: “Jon, di desa kita ada warung jual miras. Ayo kita tindak!”
– : “Nggak usah. Yang penting kita sendiri jadi orang baik.”

Sebulan kemudian

+: “Jon, para pemuda mulai suka mabuk-mabukan di warung itu. Ayo kita tindak sebelum terlambat!”
-: “Buat apa? Lha wong mereka juga nggak ganggu kita, kok. Perbaiki diri sendiri dulu lah”

Sebulan lagi berlalu

+: “Jon, sekarang warung itu dibangun tambah megah. Nggak cuma jual miras, sudah ada pelacurnya juga. Setengah penduduk desa sudah jadi pelanggan. Kalau kita tidak menindak sekarang, besok-besok kita nggak akan punya kekuatan lagi.”
-: “Urus diri sendiri dulu, nggak usah ngurusin orang lain, doain saja ga terjadi apa apa.”

Setahun kemudian

+: “Jon, desa kita sudah jadi pusat maksiat. Masjid mau dirobohkan. Kamu, sebagai ta’mirnya, juga akan diusir.”
-: “Lho.., lho. Kok gitu? Ya, jangan gitu, dong. Ayo kita lawan mereka!”

+: “Sudah terlambat, Jon. Kita sudah jadi minoritas. Dulu saat mereka dengan getol menanamkan ideologi dan memperluas kekuasaan, kita cuma sekadar jadi  orang baik, cuma doa. Ternyata itu tidak cukup tanpa usaha.”

(wa/DM1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

6,095 views

Next Post

“High Cost” Bila Ahok Terpilih

Kam Nov 17 , 2016
By: Zeng Wei Jian* DM1.CO.ID, JAKARTA: Terlalu riskan bila Ahok dipilih kembali. Ahok terlalu gaduh. Dia dihujani batu. Dukungan sejuta KTP ternyata fiktif dan tidak membuktikan apa pun. Survei-survei sarat rekayasa. Manipulatif. Bila para taipan dan pencari nasi bungkus memaksakan diri, Jakarta bisa dilanda instabilitas di berbagai sektor. Paling cocok, […]