DM1.CO.ID, GORONTALO: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo melalui siaran Pers No. 39/07/75/Th.XII, pada Senin (16/7/2018), merilis angka penurunan kemiskinan di Provinsi Gorontalo. Lalu pada awal 2019, BPS juga telah merilis survei terkait penurunan angka kemiskinan.
Dan dari situ menunjukkan, bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami penurunan angka yang signifikan.
Bisa ditengok, jumlah penduduk miskin di provinsi ini pada tahun 2017 mencapai 200,91 ribu jiwa. Dan pada tahun 2018 menjadi 198,51 ribu jiwa. Artinya, terdapat penurunan angka kemiskinan pada tahun 2018 sebanyak 2,4 ribu jiwa.
Indikator yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan angka kemiskinan tersebut, salah satunya adalah pendapatan per kapita yang menunjukkan garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada September 2017 sebesar Rp. 307.707 per kapita per bulan. Namun pada Maret 2018 menjadi Rp. 316.296 per kapita per bulan.
Data tersebut menjelaskan, bahwa ada kenaikan pendapatan per kapita yang meningkat sebesar Rp. 8.589 per kapita per bulan, atau naik sebesar 2,79 persen.
Dari data yang ada juga sudah sangat jelas menunjukkan, bahwa Provinsi Gorontalo adalah merupakan daerah yang tertinggi melakukan penurunan angka kemiskinannya di Indonesia.
Dan sekadar untuk diketahui, bahwa persentase angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo, tentunya adalah merupakan angka akumulasi dari data kemiskinan yang ada di kabupaten/kota.
Penjelasan tersebut di atas adalah merupakan pencerahan yang patut dirilis kembali ke publik. Sebab, sejumlah pihak masih belum mendapatkan informasi keberhasilan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam menekan angka penduduk miskin melalui program-program pro-rakyat yang selama ini digiatkan oleh Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie.
Terkait upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Gubernur Rusli Habibie tersebut, Charlie J. Pangemanan selaku Wakil Ketua SPASI Unisan Gorontalo memberikan komentarnya.
Charlie mengaku mengapresiasi kinerja Gubernur Rusli Habibie dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Provinsi Gorontalo.
Ia menilai, program pro rakyat yang digagas pemerintahan NKRI (Nyata Karya Rusli Idris), benar-benar berhasil mengangkat derajat masyarakat Provinsi Gorontalo.
“Saya memberikan apresiasi kepada Pak Rusli selaku Gubernur Gorontalo, karena berhasil menurunkan angka kemiskinan masyarakat,” ujar Charlie.
Iapun mengaku mendukung sepenuhnya program pro rakyat yang selama ini ditunaikan oleh Gubernur Rusli Habibie, yang diikuti dengan pendataan akurat, sehingga tepat sasaran.
Buktinya, lanjut Charlie, terdapat data yang pernah di rilis BPS Provinsi Gorontalo menunjukkan telah terjadi penurunan Indeks Keparahan Kemiskinan. Yakni, pada tahun 2017 berada di angka 0,847, turun menjadi 0,750 di tahun 2018.
Olehnya itu, menurut Charli, fakta ini dapat membantah pandangan atau asumsi yang dibangun seolah-olah Gubernur Rusli Habibie gagal menurunkan angka kemiskinan.
Padahal faktanya, kata Charlie, justru di bawah kepemimpinan dua periode Rusli Habibie sebagai gubernur, angka kemiskinan mengalami penurunan yang cukup memadai.
Untuk itu, mahasiswa semester enam Fakultas Hukum di Unisan Gorontalo ini menyarankan, agar tidak memunculkan pandangan atau asumsi liar tanpa diikuti data dan fakta.
“Tidak elok menganulir data dan fakta seenaknya dengan asumsi liar yang tidak memiliki landasan dan data yang akurat,” lontar Charlie seraya menanyakan, siapa bilang Gubernur Rusli Habibie gagal menurunkan angka kemiskinan.
Charlie mengaku perlu menegaskan hal tersebut, sebab diduga masih ada segelintir pihak yang masih kerap “menerjemahkan” kegagalan kinerja Gubernur Rusli Habibie dalam menurunkan angka kemiskinan tanpa diikuti dengan data dan fakta.
Charlie bahkan meminta asumsi pihak-pihak yang tidak berdasar pada data dan fakta yang telah dirilis oleh BPS, hendaknya kembali ke jalan yang benar, dan segera mengecek jumlah angka kemiskinan di kabupaten/kota. “Karena jangan sampai luput dari bacaan kita, bahwa distribusi angka kemiskinan sangat dipengaruhi oleh kabupaten/kota,” ujar Charlie.
Ia menambahkan, bahwa data dan fakta ingin dibantah dengan asumsi, itu adalah hal yang sangat tidak elok. “Terlalu rendah cara berpikirnya,” tegas Charlie menanggapi pihak-pihak yang saat ini diduga sedang membangun isu kegagalan Gubernur Rusli dalam menurunkan angka kemiskinan.
Iapun menyarankan, bahwa jika tidak bisa menghadirkan data dan fakta, maka sebaiknya jangan berasumsi.
“Saya saja masih semester enam bisa memahami indikator penurunan angka kemiskinan. Pihak-pihak yang tidak mengakui Provinsi Gorontalo berhasil dalam menurunkan angka kemiskinan, maka dugaan saya, yang bersangkutan tidak pernah melihat data apalagi membaca. Coba diperiksa lagi data yang ada di kabupaten/kota. Misalkan, di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango, jangan sampai kedua daerah itu ‘distribusi’ angka kemiskinannya paling tinggi,” pungkas Charlie. (rls/*dm1)