DM1. CO.ID, KOLAKA TIMUR: Beberapa minggu yang lalu, pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Kolaka telah melakukan pemanggilan kepada sejumlah pihak, yakni terkait adanya ketidak-becusan atau dugaan perbuatan melawan hukum dalam pekerjaan pembangunan Masjid Jabal Nur, Kecamatan Rate-rate, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim).
Sayangnya, pihak Kejari Kolaka hingga saat ini sepertinya masih memilih “bungkam” alias masih enggan membeberkan hasil pemanggilannya terhadap para pihak yang terkait tersebut.
Padahal, publik dari berbagai kalangan terus memperbincangkannya dengan cukup tajam dan miring, begitu pun dengan netizen di daerah ini sudah ramai “berkicau” di media-media sosial menyoroti kondisi buruk terhadap pengerjaan proyek pembangunan Masjid Jabal Nur yang telah menelan anggaran miliaran rupiah tersebut.
Dan di mata publik, kondisi buruk dari proses pembangunan Masjid Jabal Nur itu, tentu saja bisa ditebak merupakan indikasi dari ketidak-becusan pengerjaan yang sejauh ini telah dilakukan oleh pihak pelaksana proyek, juga dengan sejumlah pihak yang terkait di dalamnya.
Namun lagi-lagi, kondisi buruk dengan berbagai indikasi ketidak-becusan pengerjaannya, serta munculnya dugaan mark-up dalam pembangunan rumah ibadah itu, justru hingga saat ini masih seolah belum mampu diproses secara lanjut oleh pihak Kejari Kolaka. Ada apa?
Entahlah! Yang jelas, sejumlah kondisi buruk pengerjaannya yang menjadi sorotan publik adalah salah satunya dapat dilihat dari dinding, yang sampai hari ini belum juga tertutup dengan aci. Selain itu pada sebagian sisi dinding-dinding masjid tersebut juga tampak memperlihatkan jejak (bekas) rembesan air hujan.
Dan dalam investigasi serta pengamatan langsung ke lokasi proyek pembangunan Masjid Jabal Nur ini, Kepala Biro DM1 Koltim berhasil memperkuat sorotan maupun penilaian publik dan para netizen terkait kondisi buruk yang dimaksud.
Yakni, di saat hujan mengguyur, sangat tampak air menetes dari atap, dan sebagian diduga kuat berasal dari sisi-sisi lingkaran kubah yang telah terpasang “berlukiskan” biru langit dipadu sejumlah gumpalan awan. Dan menurut informasi, kubah tersebut terbuat dari bahan Aluminium Composite Panel (Alucopan).
Tetesan air yang cukup deras dari hujan yang mengguyur itu, sempat direkam secara audio-visual oleh Kepala Biro DM1 Koltim pada momen investigasi dan pengamatan langsung ke Masjid Jabal Nur, hingga memperlihatkan dan memunculkan sejumlah titik genangan di dalam ruang ibadah masjid tersebut.
Dan itu artinya, bahwa pada sampai pengerjaan tahap ketiga, air hujan tak hanya merembes ke dinding, tetapi juga sudah “menembus” atap dan merangsek (menyerang) ke lantai masjid, sehingga memunculkan sejumlah titik genangan air. Seakan, air hujan pun ikut “menunjukkan ketidak-becusan” pengerjaan masjid tersebut.
Publik pun dibuat geleng-geleng kepala terhadap kondisi buruk yang sangat ironis atas pengerjaan masjid yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Koltim itu. Hingga tak sedikit masyarakat pun bertanya-tanya, “bagaimana mungkin sebuah proyek di atas Rp.5 Miliar itu bisa terlihat seolah-olah dikerjakan asal-asalan?”
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag-Kesra) Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten (Setda-Pemkab) Koltim selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Ayi Wahyuddin, mengakui tetesan air hujan yang menembus lantai masjid itu adalah melalui kubah yang belum direkatkan oleh lem silikon.
“Pekerjaan sampai tahap kedua adalah sampai pada pemasangan plat. Akan tetapi pemasangan itu tidak menjamin air tidak masuk. Hanya sebagai landasan dasar Alucopan. Makanya dianggarkan ke tahap ketiga pemasangan Alucopan. Akan tetapi belum terlaksana akibat terkendala cuaca hujan,” ujar Ayi, Jumat (20/8/2021), di ruang kerjanya.
Sebenarnya, kata Ayi, pihak kontraktor sudah berapa kali ingin mencoba memasang kubah tersebut secara permanen dengan menggunakan lem silikon, namun masih terkendala dengan hujan.
“Sekarang bagaimana mau di lem kalau kondisinya musim hujan begini? Kalau dipaksakan maka akan ada kemungkinan resiko besar. Seandainya titik yang mau dilem kecil tapi ini kan besar (banyak). Jadi memang harus menunggu cuaca yang bagus sehingga lem tidak mubasir digunakan,” jelas Ayi.
Sementara itu, Konsultan Pengawas proyek tahap ketiga ini, Evan, yang saat itu juga berada di ruang kerja Ayi, juga membenarkan bahwa penyebab air hujan bisa menetes deras jatuh ke lantai adalah lantaran kubah masjid yang belum direkatkan lem silikon. Dan, kata Evan, pengeleman akan dilakukan jika cuaca diyakini beberapa hari ke depan tak hujan.
“Beberapa hari kemarin memang ada kemarau selama tujuh hari, akan tetapi belum dipasang lantaran bahan yang dibutuhkan belum datang dari Surabaya. Ada bahan dari Kendari tetapi tidak sesuai dengan spec (spesifikasi) dari segi warna,” ucap Efan.
Disampaikan, bahwa meskipun diwarnai cuaca buruk akan tetapi kegiatan pekerjaan pembangunan Masjid Jabal Nur itu masih terhitung berjalan, sebab sejak Agustus ini dilakukan perpanjangan waktu pekerjaan (adendum).
“Memang sesuai dengan batas kontrak sudah habis (tanggal 31 Juli 2021), akan tetapi karena faktor cuaca sehingga dilakukan perpanjangan waktu pekerjaan,” kata Efan seraya menambahkan bahwa pihak kontraktor juga sudah mengajukan permohonan informasi cuaca ke BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika).
Menurut Efan, musim hujan perlu menjadi perhatian bagi kontraktor maupun pekerja, sehingga mereka tidak sembarangan menaikan alat untuk melakukan pengelasan.
“Jangan sampai kasi naik alat, hujan terus, korslet. Kemarin itu di kubahnya itu sudah dipasangkan setelan, hanya saja mereka belum berani pasang karena hujan dan petir. Memang harus agak hati-hati,” ujar Efan.
Efan juga menyebutkan, bahwa sampai sejauh ini persentase pekerjaan kontraktor “era ketiga” yaitu CV RB sudah mencapai 92%. Dan sedikit lagi masuk tahap finishing.
Bagian Kesra Setda Pemkab Koltim sendiri menargetkan pembangunan Masjid Jabal Nur Rate-rate yang sudah menelan anggaran di atas Rp.5 Miliar itu akan selesai dikerjakan pada 2022 mendatang.
Berikut di bawah ini sekilas rekaman video kondisi Masjid Jabal Nur yang dinilai dikerjakan tidak becus dengan indikasi air hujan yang menetes deras ke lantai
(rul/dm1)