DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Suasana Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) jelang pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kolaka Timur (Koltim), pada 9 Desember 2020, menunjukkan gejala yang kian memanas.
Setelah Kepala Desa (Kades) Polemaju Jaya memamerkan aksi “samurai” dengan sebilah parang (pedang) terhunus turun mengancam warganya, kini giliran seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai Kepala Bidang (Kabid) di kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Koltim bernama Jedri, juga ikut mengamuk dan menantang sejumlah warga untuk berkelahi secara terbuka.
Peristiwa ini terjadi di Desa Puosu, Kecamatan Mowewe, Senin (23/11/2020) sekitar pukul 17. 00 WITA. Sehingga, pasca kejadian itu membuat Jedri harus berurusan dengan aparat Kepolisian sektor (Polsek) Mowewe. Dan aksi Jedri ini juga sempat diviralkan di media sosial.
Tiga warga Desa Puosu yang melaporkan Jedri kepada polisi antara lain Nur Kubape, Jumaidi, dan seorang imam masjid bernama Daeng Tunru. Ketiganya menyatakan diperlakukan kurang baik oleh Jedri.
Keterangan yang diperoleh dari Tasman (suami Nur Kubape) menyebutkan, peristiwa ini bermula ketika Nasrah (istri Kepala Desa Puosu) mendatangi rumah Muhammad Sahi, salah seorang tim Kordinator Desa (Kordes) Paslon nomor urut 01 (Tony-Baharuddin).
Maksud kedatangan Nasrah, kata Tasman, diduga mengajak Sahi untuk melihat situasi posko pemenangan Tony-Baharuddin yang ada di Desa Puosu tersebut.
Di perjalanan, Sahi yang sedang membonceng Nasrah, sempat disaksikan oleh sejumlah warga, sehingga mengundang kecurigaan. Sebab, menurut Tasman, tiga malam berturut-turut telah terjadi peristiwa kerawanan Kamtibmas di Desa Puosu.
Sehingga, beberapa warga dari kubu Paslon nomor urut 02 (SBM) pun sepakat membuntuti dari jauh, sekaligus mencari tahu maksud dan arah pergerakan Sahi beserta Nasrah.
Dan, kata Tasman, rasa penasaran serta kecurigaan itu semakin membesar ketika kubu 02 ternyata hanya melihat Sahi yang berada di posko 01. Sementara istri kepala desa entah ke mana, meski telah dilakukan pencarian ke sejumlah rumah-rumah warga di sekitar posko pemenangan paslon 01 tersebut.
Tasman lalu mengaku mendapat telepon dari salah seorang warga yang ikut memantau pergerakan Sahi dan Nasrah. “Mereka menyampaikan, bahwa dugaan ibu desa (Nasrah) sedang bergerak door to door, dari rumah ke rumah. Ini kan sudah Pilkada, jadi anggapan mereka begitu,” tutur Tasman.
Namun sekitar pukul 21.30 WITA, lanjut Tasman, tiba-tiba Sahi kembali terlihat di jalan sedang kembali membonceng Nasrah.
Menyaksikan hal itu, salah seorang tim SBM pun spontan mencoba menghentikan laju sepeda motor Sahi. Tujuannya, hanya untuk bertanya sekaligus memastikan apakah ada indikasi yang patut dicurigai sebagai pergerakan politik senyap.
Namun saat melakukan upaya untuk menghentikan laju sepeda motor tersebut, tangan seorang tim SBM sempat sedikit menyentuh kepala Sahi, lalu mengenai jilbab Nasrah. Dan upaya penghentian itu tidak berhasil karena laju sepeda motor tetap dilanjutkan oleh Sahi.
Anehnya, kata Tasman, ketika itu Nasrah sempat mengomel karena mengaku jilbab yang dikenakannya telah ditarik oleh seseorang saat coba dihentikan.
Tasman pun merasa lucu dengan pengakuan Nasrah tersebut, dan menampik bahwa tak ada yang melakukan penarikan jilbab. Sebab, menurut Tasman, kalau benar ditarik maka pasti Nasrah terjatuh dari sepeda motor.
Diduga karena menyimpan dendam atas insiden jilbab tersebut, Nasrah tiba-tiba muncul di posko SBM seraya marah-marah hingga keributan pun tak terhindarkan.
Usai beradu mulut, Nasrah pulang ke rumahnya. Namun, kata Tasman, setelah itu giliran Lukman (anak Nasrah) yang mendatangi posko SBM, lalu Nasrah juga terlihat kembali menyusul ke posko paslon 01 tersebut.
Adu mulut atau perang urat saraf pun semakin gencar terdengar dibarengi saling tunjuk jari. Di saat suasana kian gaduh, tiba-tiba muncul anak Nasrah lainnya bernama Fasli. Ia sampai mengamuk. Namun keributan di malam itu berhasil diredakan oleh aparat kepolisian bersama Babinsa, hingga suasana pun kembali aman dan terkendali.
Masih menurut Tasman, pada Senin (23/11/2020) sekitar pukul 16.50 WITA, menantu Nasrah bernama Jedri yang juga salah satu Kabid di BPMD Koltim, sepulang dari kantornya melintas di depan rumah Nur Kubape. Dan ketika itu, Jedri terlihat sangat emosi seraya menunjuk jari ke arah istri Tasman itu seraya berkata, “awasko, awasko (awas kamu, awas kamu).”
Tak terima diperlukan demikian, istri Tasman pun bergegas ke posko SBM. Namun Jedri mengikuti dan menghalang-halangi Nur Kubape hingga kembali terjadi adu mulut.
Pertengkaran mulut itu sempat direkam melalui video dan sempat disebar hingga viral. Dalam tayangan video tersebut, Jedri yang mengenakan baju singlet putih dan masih bercelana dinas, tampak marah dan saling tunjuk dengan Nur Kubape. Bahkan Jedri mengajak dan menantang orang-orang di sekitar berduel.
Tak hanya itu, Jedri yang bertubuh gendut besar itu juga bahkan sempat membuka bajunya, hingga tampak bertelanjang dada dan mengajak warga berkelahi secara adu fisik.
Akibatnya, tiga warga Desa Puosu yang merasa tidak menerima diperlakukan seperti itu, langsung mendatangi dan mengadukan Jedri ke kantor Polsek Mowewe.
Kapolsek Mowewe, Iptu Sarnunga saat wartawan DM1 melakukan konfirmasi Via telepon pada Kamis malam (26/11/2020) mengatakan, pengaduan warga yang merasa dirugikan karena mendapat ancaman itu, sejauh ini masih sedang didalami oleh pihaknya guna mencari motif serta unsur pelanggaran dari peristiwa tersebut.
“Diperiksa dulu semuanya, setelah itu gelar perkara. Nanti hasil gelar perkara, apakah proses dilanjut atau tidak. Kalau tidak ada unsur pidananya kan kita hentikan,” ujar Iptu Sarnunga seraya menambahkan bahwa hal ini masih sebatas pengaduan.
Meski begitu, pihak pengadu mengaku berharap pihak kepolisian tidak mengesampingkan masalah tersebut. Sebab, Jedri yang sama sekali tidak terkait dalam kronologis awal persoalannya, tiba-tiba muncul melibatkan diri dan langsung main ancam serta mengajak warga berkelahi sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. (rul/dm1)
Kam Nov 26 , 2020
DM1.CO.ID, GORONTALO: Tjahjo Kumolo selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (menPAN-RB), pada Rabu (25/11/2020) di Jakarta, memberikan penghargaan kepada Wali Kota Gorontalo Marten Taha mewakili Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo. Penghargaan itu diberikan atas inovasi pelayanan publik melalui program Tancap-Nikah (Tanda Aman Calon Pengantin untuk Menikah).