DM1.CO.ID, JAKARTA: Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan, saat ini sejumlah perusahaan plat merah di bawah naungan kementerian belum mampu mencatatkan kinerja positif. Sepanjang kuartal pertama 2017, terdapat 26 BUMN yang masih merugi.
Menurut Imam Apriyanto Putro selaku Sekretaris Kementerian BUMN, dari 26 BUMN yang merugi atau belum mencatatkan keuntungan tersebut, Perum Bulog tercatat sebagai BUMN yang mengalami kerugian paling besar.
“Perum Bulog yang masih rugi paling besar, sekitar Rp.900 Miliar di kuartal pertama tahun ini,” beber Imam di Wikasatrian, Bogor, Jumat (28/4/2017).
Imam mengungkapkan, total kerugian yang dicatat oleh 26 BUMN pada kuartal pertama 2017 itu adalah sebesar Rp.3,8 Triliun.
Menggaris-bawahi kinerja 26 BUMN yang mengalami kerugian total Rp.3,8 Triliun tersebut, sangatlah berbeda jauh dengan kinerja yang pernah dipersembahkan Rizal Ramli saat memimpin Bulog selama 5 bulan tetapi sudah berhasil mencatat keuntungan sebesar Rp.5 Triliun.
Ini artinya, kinerja 26 BUMN belum bisa mengalahkan kinerja 1 BUMN (Bulog) yang dulu pernah ditangani Rizal Ramli. Sehingga boleh dikata perbandingan kinerjanya bisa sampai 1:40, dan ini adalah sebuah fakta.
Sekilas Rizal Ramli Saat Sebagai Kabulog
Karena mampu melihat karakter perjuangan Rizal Ramli sebagai pendobrak perubahan, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pun akhirnya meminang Rizal Ramli untuk sama-sama mengatasi persoalan di negeri ini.
Presiden Gus Dur sangat percaya, bahwa jika benar-benar serius ingin membangun negeri ini secara hebat, maka Rizal Ramli adalah salah satu sosok yang sangat dibutuhkan untuk membenahi masalah yang sedang dihadapi oleh negara.
Presiden Gus Dur pun akhirnya tak ragu dengan benar-benar murni (tanpa deal-deal politik) mengangkat dan melantik Rizal Ramli sebagai Kepala Bulog menggantikan Jusuf Kalla, pada Senin 3 April 2000.
Di sinilah Rizal Ramli benar-benar menyalurkan jiwa perjuangannya untuk kepentingan bangsa dan negara, yakni dengan langsung menancapkan Program Restrukturisasi di Bulog melalui penataan organisasi yang transparan, akuntabel, dengan menitikberatkan pada sikap profesionalisme dan penuh tanggungjawab.
Karena mencium banyak penyelewengan, penyimpangan, permainan yang tidak sehat serta hal-hal lain yang dianggap tidak efektif dan efisien di Bulog, Rizal Ramli pun dengan tegas melakukan banyak terobosan.
Di antaranya, dari 26 Kadolog yang tersebar di seluruh provinsi se-Indonesia, terdapat 24 Kadolog yang langsung dipensiunkan, selebihnya dialur-mutasikan. Bahkan tidak kurang 200 pejabat Kasub Dolog juga ikut dimutasi. Sedangkan yang baik, jujur, dan pekerja keras ditempatkan di Dolog Kelas I dan II. Sebaliknya, yang kinerjanya “memble” dilempar ke Dolog Kelas III. Juga Rizal Ramli sempat memensiunkan-dini 80 pejabat Bulog.
Rizal Ramli mengakui, bahwa sebelum dirinya menjabat Kabulog, ada banyak praktik patgulipat, korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan berbagai penyimpangan, yang kesemuanya ibarat sudah menjadi sebuah tradisi bertahun-tahun di Bulog.
Misalnya, ada pejabat yang memberikan izin impor beras kepada pedagang, sehingga pedagang itu tak perlu membayar pajak ketika berasnya datang dari luar negeri.
Ada pula pejabat yang ‘membantu’ penyelundupan beras. Dan ada banyak penyimpangan kebijakan di lapangan yang merugikan negara serta rakyat kecil, dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.
Namun di sisi lain, Rizal Ramli tak menutup mata dengan tetap mempertahankan mayoritas pejabat dan staf Bulog yang memang dinilai mampu bekerja secara benar dan profesional.
Tradisi lainnya, kata Rizal Ramli, para Kabulog sebelumnya jika melakukan perjalanan dinas ke daerah selalu saja seperti rombongan yang sedang ingin bertamasya dengan didampingi banyak pejabat di lingkungan Bulog. Akibatnya, tradisi ini mengeluarkan biaya perjalanan yang tidak sedikit, seperti biaya transportasi, akomodasi, konsumsi dan lain sebagainya.
Tradisi bagai bertamasya ketika perjalanan dinas inilah yang kemudian ikut dipangkas Rizal Ramli. Yakni jika berkunjung ke daerah-daerah, Rizal Ramli sebagai Kabulog minta agar cukup didampingi dua orang staf saja. Dan hasilnya, anggaran atau biayanya pun bisa ditekan hingga 70% dari sebelumnya.
Selanjutnya langkah keberpihakan kepada para petani. Yakni, dengan meningkatkan pembelian gabah (bukan beras) dari para petani. Sebab sebelumnya, bukan rahasia lagi, pembelian beras oleh Bulog kerap menimbulkan kecurangan dan permainan oleh para tengkulak. Mereka membeli beras petani, lalu dioplos dengan beras impor, selanjutnya dijual ke Bulog. Rizal Ramli memandang, cara seperti itu tentu saja merugikan para petani karena beras yang dihasilkan dari sawahnya hanya sebagian kecil yang diserap oleh Bulog.
Sehingga itulah, Rizal Ramli melakukan terobosan dengan menerapkan kebijakan hanya membeli gabah. Dan kebijakan ini sudah pasti sangat efektif serta menguntungkan rakyat (petani).
Disebut efektif, karena gabah lebih awet disimpan di gudang-gudang Bulog daripada beras. Dan disebut menguntungkan para petani, karena setiap musim panen, ketika harga gabah cenderung turun, Bulog justru terjun langsung menyerap dengan patokan harga dasar yang menyenangkan hati petani.
Di sisi lainnya. pada masa paceklik, gabah tersebut bisa langsung digiling di desa-desa guna meredam kenaikan harga beras. Sehingga di masa paceklik, ada pekerjaan yang bisa mengisi kekosongan waktu para petani di desa-desa, yakni menggiling gabah Bulog.
Pembenahan di seluruh lini, itulah yang sedang dilakukan Rizal Ramli, termasuk yang paling berat sekali pun. Misalnya, mengubah sistem akuntansi Bulog. Bayangkan ketika itu Bulog memiliki 119 rekening yang tersebar di berbagai bank.
Rizal Ramli pun memerintahkan agar sistem akuntansi Bulog segera diubah menjadi lebih transparan dan akuntabel. Dana off-budget harus menjadi on-budget.
“Saya ingin sistem akuntasi Bulog sama dengan lembaga negara lain, supaya lebih tertib dan transparan,” tandas Rizal Ramli kepada para stafnya yang mengurus bidang keuangan ketika itu.
“Waduh..susah, Pak. Paling tidak.. perlu setahun setengah lebih,” kilah stafnya.
“Begini, saya minta perubahan sistem akuntansi itu bisa selesai dalam waktu enam bulan. Kalau tidak, silakan saudara mencari pekerjaan lain!” tegas Rizal Ramli.
Perubahan sistem akuntansi Bulog menjadi Generally Accepted Accounting Practices itu pun akhirnya bisa diwujudkan dalam enam bulan.
Jumlah rekening Bulog dari 119 menciut menjadi 9 rekening. Dan yang lebih penting lagi, dana off-budget Bulog yang jumlahnya triliunan bisa menjadi on-budget, sehingga bisa dengan mudah diaudit dan dipertanggungjawabkan.
Nampaknya, praktik patgulipat, korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan berbagai penyimpangan, ibarat merupakan sebuah tradisi bertahun-tahun di Bulog.
Ada pejabat yang memberikan izin impor beras kepada pedagang, sehingga pedagang itu tak perlu membayar pajak ketka berasnya datang dari luar negeri. Ada pula pejabat yang ‘membantu’ penyelundupan beras. Dan ada banyak penyimpangan kebijakan di lapangan yang merugikan negara serta rakyat kecil, dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.
Langkah pembenahan untuk perubahan yang lebih baik yang dilakukan Rizal Ramli kerap mengalami benturan dengan para pejabat yang merasa terusik. Sebut saja ketika akan memensiunkan dini 80 pejabat Bulog, Rizal Ramli sempat mendapat perlawanan.
Rizal Ramli mengumumkan bahwa Bulog ingin membangun corporate-culture yang baru: serba bersih, transparan, dan profesional. “Bapak-bapak dan ibu-ibu yang akan dipensiunkan dini, akan mendapat tambahan pesangon dari yang semestinnya diperoleh. Biaya pengobatan dikasih ekstra, plus biaya untuk pulang kampung,” ujar Rizal Ramli.
”Yang tidak setuju, boleh melawan saya, tapi saya tidak segan-segan akan membawa kasus yang terkait dengan penyelewengan dan penyimpangan yang berlangsung selama ini ke pengadilan,” tutur Rizal Ramli ketika itu.
Para pejabat Bulog dari kalangan sipil hanya bisa tersentak kaget, namun mereka mau menerima tawaran pensiun dini tersebut dengan menandatangani persetujuan untuk dipensiunkan.
Tetapi hal ini berbeda suasananya dengan pejabat Bulog yang berlatar-belakang militer, sejumlah di antaranya ada yang menentang. Mereka mendesak bertemu dengan Rizal Ramli di kantornya. Ketika diterima, salah seorang dengan nada tinggi berteriak dan menatap tajam Rizal Ramli: “Kami tak bisa menerima kebijakan yang Bapak terapkan. Kami ini biasa bertempur. Kami siap berkelahi!”
Digertak seperti itu, nyali Rizal Ramli bukannya menciut, malah membuat sifat bengal Rizal Ramli bangkit sebagai mantan demonstran yang pernah dipenjara di era Orba. Karena merasa ditantang, RR pun segera menelepon Panglima TNI (saat itu) Laksamana Widodo. Rizal Ramli memang akrab dengan para petinggi militer karena sempat lima tahun lebih menjadi penasehat ekonomi di Fraksi ABRI (TNI) DPR-RI.
Saat telepon tersambung, Rizal Ramli menekan tombol aktif loudspeaker, sehingga suara dapat didengar oleh siapa pun di ruangan itu.
“Mas Widodo, ini ada anggota TNI yang akan saya pensiunkan dini di Bulog. Tapi mereka menolak, malahan ngajak berantem,” kata Rizal Ramli memulai percakapan via telepon.
Dari seberang, suara Panglima TNI Widodo, “Siapa namanya, catat nomor pokok TNI-nya..”
Rizal Ramli kemudian mendekap telepon, lalu bertanya kepada tamunya, ”Maaf, berapa nomor pokok TNI bapak?”.
Para perwira militer itu membisu sembari menggoyangkan tangannya, tanda tak ingin diketahui identitasnya. “Terima kasih Mas Widodo, nanti saya akan faks nama dan nomor TNI-nya,” sahut Rizal Ramli sambil menutup telepon.
Tanpa banyak menemui kesulitan, Rizal Ramli pun akhirnya bisa meluluhkan keenam anggota TNI (pejabat Bulog) tersebut, dan bersedia membubuhi tandatangan sebagai bentuk kesediaan untuk dipensiunkan secara dini.
Begitulah, dengan leadership yang kuat, keberanian, dan ide segarnya dalam melakukan perubahan dan terobosan guna menghasilkan kebijakan inovatif, Rizal Ramli mampu membenahi Bulog dalam tempo singkat.
Dan hasilnya, ketika meninggalkan Bulog pada bulan Agustus 2000, Rizal Ramli sempat meninggalkan surplus sekitar Rp.5 Triliun di Bulog. Keberhasilan Rizal Ramli membenahi Bulog kemudian menjadi cover story majalah Business Week.
Karena hanya membutuhkan waktu beberapa bulan berhasil melakukan “bersih-bersih” dan manata ulang peran serta policy sebagai Kabulog, termasuk menertibkan rekening liar, dan dinilai berhasil meningkatkan kesejahteraan para petani, Presiden Gus Dur pun akhirnya meminta Rizal Ramli masuk ke persoalan yang lebih inti, yakni menata politik ekonomi nasional sebagai Menteri Koordinator Perekonomian.
Presiden Gus Dur tentu saja punya pertimbangan khusus mengangkat Rizal Ramli menjadi Menko Perekonomian.
Di antaranya adalah, karena doktor ekonomi lulusan Boston University itu adalah memang asli (bukan imitasi) sebagai tokoh sejati pergerakan yang memiliki konsep dasar meningkatkan perekonomian domestik, sesuai konstitusi UUD 1945.
—–
(Dari berbagai sumber, ditulis oleh Abdul Muis Syam: Pengamat Independen dan aktivis MKRI)