Serba-serbi “Kesulitan Melilit”di Menara Limboto, Ada Jasa Berpose dengan Ular Piton

Bagikan dengan:
DM1.CO.ID, GORONTALO: Meski lampu warna-warni yang menghiasi Pakaya Tower Limboto (Menara Limboto) sudah hampir setahun ini “dipadamkan” (tidak difungsikan lagi) jika malam tiba, namun gelora sebagian besar masyarakat Gorontalo tak pernah padam untuk berkunjung silih-berganti di tempat wisata yang menyerupai Menara Eiffel di Perancis itu.
Para pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai kuliner dan jajanan, juga masih “bertahan” di sekitar kawasan menara itu untuk mengais rezeki dari para pengunjung, terutama pada malam Kamis dan Minggu.
Disebut “bertahan”, karena hampir setahun ini pula para pedagang kaki lima itu harus tunduk dengan aturan pembatasan sosial terkait Covid19, yang berakibat pendapatan atau omzet mereka turun drastis.
“Kalau malam saya bantu istri jualan pop-ice. Siangnya, saya kerja apa saja, termasuk kalau ada yang panggil suruh panjat kelapa,” ujar Didin (nama samaran), seorang pedagang kaki lima di Menara Limboto, Sabtu malam (27/3/2021).
Warga Batudaa Pantai yang telah bermukim di Kelurahan Kayumerah, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo ini, mengungkapkan keluhannya sebagai pedagang kecil selama pandemik Covid19, tak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah.
“Satu biji beras pun sampai hari ini belum pernah saya terima bantuan dari pemerintah,” lontar Didin seraya tampak menelan-nelan ludah di lehernya.
Sejak 2014, Didin mengaku telah berjualan nasi dan sejumlah menu pilihan di kawasan Menara Limboto. Namun karena harga-harga bahan makanan tidak stabil, membuat ia bersama istri pun memilih berjualan pop-ice, rokok, permen eceran dan lain sebagainya.
Meski hanya sebagai pedagang kecil kaki lima, namun Didin mengaku masih bersyukur bisa menafkahi istri dan 3 anaknya. Dua anaknya bahkan telah menikah dan membangun keluarga sendiri, sementara satu anaknya lagi masih duduk di bangku SMP.
Didin menceritakan beberapa “peristiwa” yang membuat Menara Limboto jadi sepi pengunjung sehingga berdampak turunnya pendapatannya sebagai penjual pop-ice yang pernah dialami beberapa waktu lalu.
Pertama, kata Didin, di saat Pemkab Gorontalo beberapa kali mengeluarkan maklumat penerapan jam malam yang melarang masyarakat beraktivitas di luar rumah dari pukul 22.00 hingga 04.30 WITA.
Kedua, yakni sejak lampu Menara Limboto telah dipadamkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo, hingga saat ini.
Ketiga, saat malam tahun baru 2021 Menara Limboto ditutup dan dijaga ketat oleh aparat. Padahal, di saat itu Didin telah menyediakan barang dagangan dengan jumlah yang melebihi dari porsi biasanya.
Kesulitan yang melilit bagi pejuang dan pencari rezeki di Menara Limboto tak hanya dirasakan Didin, tetapi juga dialami oleh Wulan dan Yuda.
Secara khusus, pasangan muda suami-istri ini bahkan memiliki “jenis usaha” yang sangat aneh dan mengerikan, yakni jasa berpose dengan hewan melata, seperti ular dan buaya.
Wulan mengaku selalu mendampingi suaminya dalam menjajakan dan menawarkan jasa berpose dengan hewan melata ini, salah satunya adalah untuk menyakinkan orang-orang bahwa hewan-hewan itu sudah sangat jinak dan tidak membahayakan seperti yang dibayangkan.
Saat bincang-bincang dengan wartawan DM1, pada Sabtu malam (27/3//2021), di bawah Menara Limboto, Wulan sempat menjauh lalu muntah-muntah dan mual. Ia mengaku mengidam dan sudah 4 bulan hamil.
Pekerjaan ini awalnya hanya dilakukan Wulan dan Yuda khusus di setiap pergelaran hoya-hoya di pasar malam hiburan keliling. Namun saat Covid19 melanda, maka pelaksanaan hoya-hoya keliling pun dihentikan.
Olehnya itu, untuk menambal dan melanjutkan hidup mencari rezeki, Wulan dan Yuda bersama sejumlah rekannya pun akhirnya berinisiatif memilih menjajakan dan menawarkan jasa berpose hewan melata ini langsung ke masyarakat. Dan hewan-hewan melata itu mereka tempatkan di dalam box-container plastik.
Ada beberapa jenis hewan melata yang disediakan Wulan, yakni di antaranya ular Piton Albino kuning panjang 3,90 meter, Piton hitam (ukuran kecil),  ular Anaconda (berukuran sedang), buaya muara berukuran kecil.
Hewan favorit yang sangat diminati pengunjung untuk berpose, kata Wulan, adalah ular Piton Albino kuning. Dia memastikan tidak berbahaya, dan sudah sangat jinak karena sejak masih kecil ular Piton itu dipelihara serta sehari-hari berbaur dengan manusia.
Hewan-hewan melata yang dimiliki Wulan itu semuanya berasal dari luar Gorontalo. “Dibeli dari Jawa, dan ada juga dari Sulawesi Tengah,” kata Wulan.
“Ular Piton Albino kuning itu namanya Kitty, usianya sudah lima tahun. Sejak kecil saya sudah pelihara dan hidup di dalam rumah berbaur dengan manusia. Jadi sama sekali Kitty tidak berbahaya, karena sudah sangat jinak,” ujar Wulan.
Olehnya itu, Wulan pun mengajak masyarakat yang ingin berpose dengan hewan-hewan melata secara langsung, dapat mengunjungi Menara Limboto, terutama di malam Sabtu dan Minggu. Adapun tarif sekali berpose, tidak ditentukan Wulan.
“Untuk sekali berpose dengan pengambilan gambar berkali-kali, itu tidak ada tarif tertentu. Karena ini cuma termasuk usaha jasa, jadi bisa Rp.5.000, Rp.10.000, atau terserah dan seikhlas pengunjung yang ingin berpose,” ungkap Wulan seraya mengajak wartawan DM1 untuk mencoba berpose dengan si Kitty, ular Piton Albino kuning itu.
(dms/dm1)
Bagikan dengan:

Muis Syam

915 views

Next Post

BEM/Dema se-Sulawesi Kecam Tindakan Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Ming Mar 28 , 2021
DM1.CO.ID, GORONTALO: Koordinator pusat Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa (BEM/Dema) se-Sulawesi, Aldy Ibura, ikut mengecam tindakan bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar.