DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Di saat warga lainnya bisa menerima bantuan sembako dari pemerintah akibat pandemik Covid19, Lanto bersama istrinya justru hanya bisa gigit jari.
Warga Desa Keisio, Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) ini, mengaku belum pernah sama sekali mendapat bantuan sembako Covid19 sejak awal dibagi di desanya, Agustus hingga Oktober 2020. Untungnya, Lanto masih masuk dalam daftar Penerima Keluarga Harapan (PKH).
Secara kasat-mata, kehidupan Lanto memang cukup memprihatinkan. Ia hanyalah seorang pekerja serabutan, terkadang menjual ikan, sesekali pula bekerja sebagai tukang chainsaw kayu di hutan. Sementara istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang menderita kebutaan sejak 14 tahun silam.
Menyedihkan lagi, Lanto bersama istri serta anak-anaknya masih tinggal menumpang di rumah mertua. Padahal, ekonomi mertuanya sendiri juga hidup dalam keadaan kekurangan. Hanya bekerja sebagai pencari rotan di hutan, tetapi terdaftar juga sebagai PKH.
“Saya pernah pertanyakan di kantor desa. Kebetulan waktu itu (bulan Agustus) ada juga pak camat, pak desa, dan bu desa. Saya bilang waktu itu kenapa istriku tidak dapat. Katanya pak camat, tidak bisa dapat karena sudah punya kartu PKH,” ujar Lanto bercerita via telepon, Ahad (25/10/2020).
Mendengar jawaban camat seperti itu, Lanto lalu kembali bertanya dengan nada protes, bahwa yang menerima bantuan sembako Covid19 saat ini juga kebanyakan yang sudah terdaftar PHK.
“Saya katakan, kenapa mayoritas punya PKH bisa dapat bantuan sembako. Dia (camat) bilang lagi, itu yang dapat bantuan sembako yang ada keluarganya di provinsi,” tutur Lanto.
Karena kesal, Lanto pun membeberkan, bahwa pembagian sembako Covid19 pada Agustus 2020 dilakukan pada malam hari. Dalam pembagian bantuan yang dilakukan oleh aparat desa tersebut, diduga kuat menggunakan kendaraan Camat Lalolae.
Bantuan yang diterima warga saat itu adalah sembako berupa beras 5 Kilogram, mie instan, telur, susu serta ikan kaleng.
Menurut informasi yang beredar menyebutkan, pada Oktober 2020 ini, bantuan sembako Covid19 di Desa Keisio kembali diturunkan. Dari 1000-an jumlah wajib pilih, hanya 100-an orang lebih saja yang dapat jatah.
Sayangnya, pembagian sembako tersebut terkesan pilih kasih. Bahkan, warga sempat mengetahui bahwa salah seorang penerima sembako Covid19 itu adalah bibi (tante) Camat Lalolae dan keluarga Sekdes Keisio.
Padahal, kedua “keluarga pejabat” itu juga tercatat sebagai penerima bantuan PKH. Menurut Lanto, tante Camat Lalolae dan keluarga Sekdes Keiso sudah terhitung dua kali mendapatkan bantuan sembako, Agustus dan Oktober ini. Begitu juga dengan keluarga Sekdes, sudah dua kali pula menerima bantuan sembako covid19.
Kenyataan menyedihkan tentang bantuan sembako Covid19 dari pemerintah, juga dialami oleh pasangan suami-istri (pasutri) Paturusi Hasan dan Nursan (50).
Paturusi Hasan adalah seorang pensiunan penjaga sekolah. Sekarang usianya sudah beranjak 74 tahun.
Sedang istrinya, Nursan, hanyalah ibu rumah tangga yang tengah dirundung sakit stroke sejak tiga tahun lalu. Untuk berjalan, ia (Nursan) sudah tak kuat, dan harus menggunakan dua buah tongkat sebagai penyangga keseimbangannya.
Paturusi Hasan dan Nursan tinggal serumah bersama empat orang anak serta tiga orang cucu. Anak terakhir mereka saat ini duduk di bangku SMA kelas satu.
Warga dusun I, Desa Keisio ini bahkan tidak terdaftar sebagai penerima PKH. Dan pada pembagian sembako Covid19, mereka hanya diberi bantuan sekali saja, yakni pada Agustus 2020. Sedang di bulan Oktober ini, pasutri itu sudah tidak diberi bantuan lagi.
“Kalau bulan ini (Oktober) sudah tidak ada lagi. Tidak seperti tetangga saya ibu Astuti, dapat bantuan meski dia ada kartu PKH,” ungkap Nursan, Senin malam (26/10/2020) di rumahnya.
Sementara itu Camat Lalolae, Sahlan, yang coba dikonfirmasi di kantornya, sedang tidak berada di tempat. Begitu pun dengan Kades Keisio, Wahid, juga tidak berada di kantornya. (rul/dm1)
Rab Okt 28 , 2020
DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Kehadiran sosok Wakil Ketua DPR-RI, Rachmad Gobel ke Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, pada Selasa (27/10/2020), dianggap aneh di mata banyak kalangan.