Selang 2020, PDAM Tirta Boalemo Alami Kerugian

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, BOALEMO: Sejak virus Corona (Covid19) mewabah secara mengglobal setahun yang lalu, membuat perputaran dan kondisi ekonomi di mana-mana saat ini mengalami keterpurukan. Dan tak luput juga menghantam kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Boalemo sebagai pihak penyedia air minum bagi masyarakat di Kabupaten Boalemo.

Hal tersebut disampaikan Abdurrahman Yusuf, ST selaku Direktur PDAM Tirta Boalemo, dalam bincang-bincang lepas awal tahun 2021 di ruang kerjanya bersama wartawan DM1, pada Kamis (7/1/2021).

Ia menggambarkan, bahwa dari sisi ekonomi begitu banyak dampak dan kerugian yang harus diderita oleh para pelaku usaha atau bisnis akibat pandemik Covid19. Harga-harga kebutuhan tak hanya melonjak naik, tapi juga mengalami “pembatasan” dalam penyediaannya, sehingga membuat peredaran uang pun lebih banyak jadi stagnan.

Dalam kondisi yang sangat sulit seperti saat ini, menurut Abdurrahman, tentu memaksa semua pihak agar dapat mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi, bukan menyerah.

Dan khusus kondisi yang dialami di PDAM Tirta Boalemo, Abdurrahman mengungkapkan, bahwa kendala yang ditemui tidak hanya karena pandemik Covid19, melainkan juga salah satunya dipengaruhi oleh beberapa faktor alam lainnya di lapangan.

Belum lagi, lanjut Abdurrahman, masalah terkait kebocoran pipa jaringan air yang kerap ditemukan di lapangan. “Kebocoran pipa ini sangat berpengaruh kepada tingginya tagihan air,” tutur Abdurrahman.

Terkait masalah kebocoran pipa, kata Abdurrahman, ini jarang disadari dan sangat sulit deteksi karena letak jaringan pipa yang memang berada di posisi sulit, seperti di bawah kolong rumah, dan bahkan berada di timbunan lantai beton. Dan tingkat pengawasan terhadap kebocoran seperti ini tentu saja masih tidak maksimal dilakukan.

Masalah kebocoran pipa ini, menurut Abdurrahman, tidak bisa dianggap sepele,  meski kebocorannya tidak seberapa atau masih kategori rembesan atau tetesan air kecil.

“Rembesan kecil itu jika dikali 24 jam setiap hari, kemudian dikali lagi satu bulan, maka kebocoran dari rembesan air tersebut akan mempengaruhi jumlah kubikasi pemakaian, sehingga otomatis menambah pemakaian air,” jelasnya.

Terkait masalah kebocoran, Abdurrahman pun mengajak kepada para pelanggan agar  senantiasa mengontrol dan mengawasi kondisi jaringan pipa air masing-masing.

“Jika terdapat kebocoran mohon segera dilaporkan ke pihak petugas PDAM Tirta Boalemo. Karena hal itu bisa mengurangi beban kerugian yang dialami oleh pihak PDAM,” imbau Abdurrahman.

Namun sejauh ini, lanjut Abdurrahman, salah satu masalah yang sangat menuntut prioritas pemecahan dan jalan keluar adalah seputar tarif. “Tarif air minum PDAM Tirta Boalemo hingga saat ini belum Full Cost Recovery (FCR). Dalam arti, tarifnya masih sangat jauh di bawah nilai ekonomi, karena belum dapat menutupi biaya produksi, sehingga praktis sangat sulit mengembangkan pelayananan,” ungkap Abdurrahman.

Masalah tarif yang belum bernilai ekonomi ini, menurut Abdurrahman, adalah menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi PDAM Tirta Boalemo menjadi “kering” alias merugi, dan masih tergolong kurang sehat sehingga sulit berkembang.

Abdurrahman menjelaskan, kondisi yang kurang sehat itu tentu saja membuat kurang optimalnya pelayanan PDAM Tirta Boalemo kepada masyarakat. “Karena harus menanggung biaya operasional rutin, listrik, solar dan bahan kimia tawas maupun kaporit yang beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan. Sehingga harga jual air yang saat ini diterapkan oleh PDAM Tirta Boalemo, belum bisa menutupi biaya operasional,” ungkap Abdurrahman.

Saat ini, papar Abdurrahman, harga jual (tarif dasar) air sebesar Rp.2.500/Meter Kubik, sedangkan harga pokok produksi air sebesar Rp.4.109,89 sehingga harga jual yang berlaku tersebut belum dapat menutupi biaya secara penuh (Full Cost Recovery), artinya perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp.1.609,89/Meter Kubik air terjual.

“Jadi selang 2020, kami masih mengalami kerugian. Dan hal ini disebabkan biaya langsung perusahaan yang terlampau tinggi akibat adanya masalah-masalah maupun kendala yang telah dijelaskan tadi,“ tandas Abdurrahman seraya menambahkan bahwa saat ini sangat dibutuhkan adanya dukungan kerja sama dari semua pihak agar PDAM Tirta Boalemo dapat memberikan pelayanan yang terbaik demi kemajuan bersama di daerah ini. (kab/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

15,973 views

Next Post

Terkait Proyek Pasar “Mubazir” di Poni-poniki, Eks Kadis Perindag Koltim Dipanggil Polisi?

Jum Jan 8 , 2021
DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Polda Sultra) Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), saat ini sedang mendalami “seluk-beluk” Proyek Pembangunan Pasar Rakyat Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), di Desa Poni-poniki, Kecamatan Tirawuta yang menelan anggaran Rp.10 Miliar.