MENGGEBRAK sejak muda, pernah dipenjara saat menjadi aktivis mahasiswa oleh rezim penguasa Orde Baru, pekik suaranya menggelegar menembus zaman, dan hingga kini pun tetap konsisten membela dan memperjuangkan nasib rakyat serta kepentingan negeri ini. Dialah Dr. Rizal Ramli.
Ide-ide dan terobosannya sangat cemerlang, namun di mata rezim kerap di pandang “berlawanan”, bahkan tak jarang dinilai “mengganggu”. Meski kemudian di belakangan, ide-ide dan terobosannya itu ternyata sangat tepat sasaran untuk kemajuan negeri ini.
Ketika menjabat sebagai Kepala Bulog, Menteri Koordinator Perekonomian, dan juga selaku Menteri Keuangan di era Presiden Gus Dur, banyak yang sudah dilakukan oleh Rizal Ramli. Bahkan boleh dikata, semua “barang rusak” (masalah negara) yang diserahkan penanganannya ke Rizal Ramli diyakini bisa menjadi baik.
Contohnya, pada 2001 Rizal Ramli pernah menyelamatkan kondisi keuangan PT. PLN yang mengalami kolaps akibat banyaknya kontrak di masa Orde Baru yang penuh dengan KKN dan mark-up, sehingga PLN pun terbebani sebesar 80 Miliar Dolar AS.
Langkah yang diambil Rizal Ramli ketika itu adalah melakukan revaluasi aset sekaligus menetapkan kebijakan deffered tax payment, dalam upaya memperbaiki posisi keuangan PLN sehingga menjadi lebih sehat dan kembali memiliki akses kepada perbankan dan pasar obligasi.
Hasilnya, aset PLN pun meningkat dari Rp.52 Triliun menjadi Rp.202 Triliun, dan modalnya meningkat dari – (minus) Rp.9,1 Triliun menjadi + (positif) Rp.119,4 Triliun, dengan struktur aset dan modal kuat tersebut PLN memiliki akses untuk mendapatkan modal kerja dari perbankan maupun dari pasar obligasi. Selain itu, PLN juga diminta untuk mengurangi kerugian transmisi (transmission loss) yang saat itu sangat tinggi, sekitar 16%.
Contoh lain, masih pada 2001 yang pernah dilakukan oleh Rizal Ramli, yakni berhasil menyelamatkan Bank Internasional Indonesia (BII) dari “pendarahan” (bleeding) dan rush yang melilit tanpa mengeluarkan biaya dari negara, juga No IMF, No Bailout, and No Politically.
Hal lain yang amat menonjol pada diri Rizal Ramli adalah ketegasannya berpihak kepada rakyat lapisan bawah benar-benar tak diragukan lagi. Ketika panji perjuangannya telah ia tancapkan untuk membela rakyat, maka Rizal Ramli takkan mundur sejengkel pun, dan sedikit pun tak takut jika harus dipecat dari jabatannya.
Bisa ditengok pada 2008, Rizal Ramli akhirnya dipecat dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT. Semen Gresik karena ikut dalam sebuah aksi unjuk-rasa menuntut diturunkannya harga BBM dan kebutuhan pokok, di depan istana negara. Saat ini, pegawai honor saja belum tentu mau mempertaruhkan “jabatannya” untuk melakukan aksi unjuk-rasa.
Rizal Ramli kembali harus rela jabatannya dicopot sebagai Menko Kemaritiman, lantaran menolak Reklamasi Teluk Jakarta dan dengan secara terang-terangan berpihak kepada kepentingan rakyat (khususnya nelayan), bangsa dan negara ini.
Rizal Ramli mampu melakoni semua itu, sebab selain kecintaannya terhadap sang Ibu Pertiwi ini yang memang begitu sangat tinggi, juga karena Rizal Ramli selama ini sangatlah menjiwai dan memahami ajaran Trisakti Soekarno dan pula amat menghayati ajaran Gus Dur untuk senantiasa bertindak negarawan yang ikhlas.
Jadi sebetulnya tak sulit untuk mengenali siapa sebenarnya Rizal Ramli. Sebab, karakter perjuangan Rizal Ramli benar-benar nampak mencerminkan dua sosok, yaitu Soekarno dan Gus Dur. Sehingga, Rizal Ramli boleh dikata adalah sosok yang berjiwa Soekarno, rasa Gus Dur.
Rizal Ramli bukan hanya orangnya Gus Dur, tetapi juga menjadi sahabat sekaligus murid dan santri Gus Dur. Jadi tak heran ideologi Gus Dur melekat dengan erat pada diri Rizal Ramli hingga sekarang.
Dalam sebuah wawancara ekslusif dengan KompasTV, Rizal Ramli secara khusus menyebut Gus Dur adalah sebagai sosok negarawan yang senantiasa bekerja ikhlas dan tanpa pamrih.
Rizal Ramli menggambarkan, bahwa Gus Dur adalah sosok negawaran yang tak ingin satupun kelompok masyarakat yang ada di Indonesia ditindas oleh siapa saja, baik dari kalangan minoritas maupun mayoritas.
“Dia (Gus Dur) memperjuangkan itu secara ikhlas dan tanpa pamrih. Ingatkan, si Inul aja ada masalah, datang ke Gus Dur,” ujar Rizal Ramli.
Selain membahas Gus Dur, dalam wawancara ekslusif tersebut, Rizal Ramli juga memaparkan ajaran Trisakti Soekarno hubungannya dengan kondisi dan masalah secara umum yang sedang dialami oleh negeri ini.
Rizal Ramli mengungkapkan alasan mengapa Soekarno melahirkan ajaran Trisakti. Yakni, menurutnya, karena memang masalah Indonesia hingga saat ini tidak berdaulat: tidak berdaulat secara politik, tidak berdaulat secara ekonomi dan secara budaya.
Ajaran atau ideologi Trisakti inilah yang kini sedang diperjuangkan penerapannya oleh Rizal Ramli agar benar-benar dapat diwujudkan, tidak hanya sekadar konsep di atas kertas, tetapi harus bisa betul-betul dilaksanakan oleh siapa saja yang jadi presiden.
Sebab, menurut Rizal Ramli, di dalam ajaran Trisakti sangat jelas mengandung cita-cita besar yang belum sempat diwujudkan oleh Soekarno di masa silam. Sehingga itu, tugas “anak-anak Ibu Pertiwi-lah” yang saat ini harus menunaikan dan mewujudkan cita-cita itu agar Indonesia bisa benar-benar menjadi negara hebat.
Rizal Ramli tidak asal begitu saja menjadikan Soekarno sebagai sosok inspiratif yang menjiwai setiap gelora perjuangannya, tetapi dengan sebuah “proses persamaan” yang panjang.
Dan memang terdapat persamaan Soekarno dan Rizal Ramli, di antaranya adalah sama-sama pernah kuliah di ITB, sama-sama pernah dipenjara di Sukamiskin yang meski berlainan waktu namun menempati bilik (ruangan) yang sama.
Di sisi lain Soekarno melawan neo-kolonialisme, Rizal Ramli melawan neo-liberalisme yang merupakan bentuk baru dari gerakan neo-kolonialisme.
“Dan menurut saya, kalau Indonesia mau (menjadi negara) hebat, kita mesti laksanakan ajaran Bung Karno-Trisakti. Tapi, sebagai murid dan santri Gus Dur, kita juga harus jaga dan laksanakan prinsip Gus Dur tentang Pluralisme, (agar) jangan sampai minoritas (atau) kelompok (lainnya) yang didiskriminasi. Jadi kalau Indonesia besar (kuat dan hebat), kita laksanakan (wujudkan) cita-cita Bung Karno dan cita-cita Gus Dur,” pungkas Rizal Ramli.
Dan kini, setelah melihat dan menyaksikan langsung ketegasan serta keberpihakan Rizal Ramli di masa silam hingga jelang detik-detik pencopotannya sebagai Menko Kemaritiman, membuat publik pun sebagian besar sepakat memandang Rizal Ramli adalah benar-benar sosok pemimpin yang berjiwa Soekarno, rasa Gus Dur.
(ams/DM1)