DM1.CO.ID, GORONTALO: Tradisi lebaran ketupat biasanya dirayakan satu minggu pasca hari raya Idul Fitri. Demikian dengan Bupati Gorontalo Prof. Nelson Pomalingo yang merayakan lebaran ketupat di Desa Yosonegoro Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, yang merupakan perkampungan etnis Jawa Tondano (Jaton), Jumat (21/6/2018).
Perayaan lebaran ketupat kali ini diawali dengan menghadiri kegiatan yang bertemakan ‘Doa dalam Doa hari raya Sunat/Ketupat’ di Masjid Al-Mutaqin yang digelar oleh masyarakat Jaton.
Bupati Nelson berharap, tradisi lebaran ketupat ini akan menjadi budaya yang senantiasa dilestarikan oleh masyarakat Kabupaten Gorontalo sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan. “Hal ini agar masyarakat menjalin silaturahmi dan persaudaraan melalui momen lebaran ketupat,” ucap Prof. Nelson.
Bupati Nelson mengungkapkan, perayaan idul fitri masih terasa belum lengkap jika belum merayakan hari raya ketupat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Gorontalo khususnya di wilayah Kabupaten Gorontalo.
Pada kesempatan itu, Prof. Nelson menguraikan tiga filosofi yang terkandung dalam ketupat. Yakni janur yang berarti kedamaian, beras kesucian yang berarti kembali suci, dan anyaman ketupat yang artinya pengikat atau silaturahmi.
Oleh karena itu, lanjut Bupati Nelson, Pemerintah Kabupaten Gorontalo terus mendorong hal ini karena pada dasarnya, landasan dalam pembangunan daerah Kabupaten Gorontalo didasari pada tiga pilar yaitu, ilmu, agama dan budaya.
“Budaya itu bukan saja budaya Gorontalo, tapi juga budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Gorontalo termasuk budaya Jaton,” tukas Prof. Nelson. [vit-dm1/if]
Editor : Vita Pakai