DM1.CO.ID, JAKARTA: Ketua Umum (Ketum) Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Ketum Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh, di Nasdem Tower Jakarta Pusat, pada Selasa (30 Mei 2023).
Pertemuan yang dinilai mendadak itu, berlangsung di saat Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sedang melakukan rapat internal bersama Anies Rasyid Baswedan.
Sesaat usai melakukan pertemuan, Yusril yang berjalan keluar dari Nasdem Tower, langsung dicegat oleh sejumlah wartawan dan menanyakan maksud pertemuan tersebut.
Yusril dengan santai menjawab, bahwa pertemuannya dengan Surya Paloh hanya sebatas diskusi seputar pribadi, tidak membahas soal politik. Makanya ia mengaku hanya datang sendiri tanpa ditemani atau dikawal oleh siapa-siapa.
“Ini sebenarnya pertemuan pribadi aja antara saya dengan Bang Surya Paloh. Kami sahabat, sudah dibilang (dianggap) saudara lama sekali, ya. Karena orang tua Pak Surya Paloh sama orang tua saya itu bersahabat. Dan kami anak-anaknya pun samalah seperti itu. Jadi sudah puluhan tahun yang lalu, jadi kadang-kadang sewaktu-waktu saya bertemu dengan beliau (Surya Paloh) sebagai pribadi aja, tidak ada yang ikut saya, saya sendiri aja.
Meski begitu, Yusril mengaku bahwa pertemuannya dengan Surya Paloh lebih banyak membicarakan tentang masalah-masalah negara beserta pemecahannya ke depan.
“Saya ngomong dengan beliau (Surya Paloh) lebih satu jam, cerita banyak hal. Dan, ya tentu juga membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara kita ke depan. Dan saya selalu mendengarkan pandangan-pandangan beliau, nasihat-nasihat dari Pak Surya Paloh yang saya kira sangat penting bagi saya pribadi dan juga bagi masyarakat kita, bagaimana kita harus menjaga rasa kebersamaan, persatuan kita dan menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Itu tadi pembicaraannya seperti itu,” jelas Yusril.
Meski Yusril enggan mengakui pertemuannya dengan Surya Paloh adalah menyangkut politik, namun di mata publik tetap menyakini bahwa pembicaraan dalam pertemuan tersebut diduga kuat dipenuhi dengan poin-poin pembahasan terkait politik, terutama membahas siapa sosok yang dianggap layak diposisikan sebagai bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendamping Anies Baswedan.
Beberapa hari terakhir, memang telah ada bocoran sejumlah sosok yang disebut-sebut sebagai kandidat bakal Cawapres yang akan mendampingi Anies, yang diusulkan oleh partai-partai politik yang tergabung dalam KPP, yakni seperti PKS mengusulkan nama Ahmad Heryawan (Aher), Partai Demokrat memajukan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Partai Nasdem mengajukan Khofifah Indar Parawansa (KIP).
Dan meski tiga sosok atau nama kandidat bakal Cawapres tersebut telah diusulkan oleh masing-masing partai politik (Parpol) KPP, namun boleh jadi pertemuan Ketum PBB dan Ketum Nasdem itu juga memunculkan satu nama lagi yang dianggap layak sebagai kandidat bakal Cawapres Anies, yakni Yusril Ihza Mahendra.
Dalam catatan sejarah perjalanan politik di negara ini, nama Yusril Ihza Mahendra pernah tercatat sebagai sosok yang “hampir” menjadi Presiden Indonesia, tahun 1999 silam. Yusril “terpaksa” mundur dari pencalonan presiden demi menjaga politik yang telah “memanas” saat itu agar tidak “meledak”, sehingga Gus Dur yang pada akhirnya menjadi presiden kala itu.
Meski terbilang sosok politisi senior, namun dari tampan atau parasnya, Yusril Ihza Mahendra sangat terlihat memiliki karakter milenial, sekaligus merupakan salah satu pakar Hukum Tata Negara yang mempunyai jam terbang yang sangat tinggi sebagai Menteri Hukum dan HAM di era Presiden Gus Dur hingga di era Presiden SBY, serta sebagai Menteri Sekneg.
Olehnya itu, sejumlah pengamat menilai, bahwa andai memang Anies akan berpasangan dengan Yusril dan dapat memenangkan Pilpres 2024 mendatang, maka Hukum Tata Negara diyakini akan berjalan dengan sangat baik terutama dalam kaitannya dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang beriringan dengan tertatanya ekonomi secara sehat. Dan kiranya inilah yang menjadi cita-cita restorasi dari Nasdem sekaligus sebagai keinginan terbentuknya Koalisi Perubahan. (dms-dm1)