DM1.CO.ID, BONE BOLANGO: Seorang Kepala desa (Kades) perempuan di Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, bernama Wiwin (nama samaran), tak tahan lagi dengan “kelakuan” dan sikap pacarnya yang juga merupakan Kades di Kecamatan Bone Raya di kabupaten yang sama bernama Isada (nama samaran). Saat ini Wiwin berusia 34 tahun, sedang Isada 32 tahun. Dan keduanya memang masih berstatus lajang (belum menikah).
Didampingi seorang Kepala dusun (Kadus) di desanya, Wiwin pun terpaksa menemui dan meminta wartawan DM1, belum lama ini, untuk menulis dan memberitakan kekesalannya terhadap kelakuan Isada yang saat ini sudah sangat meresahkan, dan bahkan bisa dikatakan menodai kewibawaan kepala desa secara umum sebagai jabatan yang harusnya menjadi panutan.
“Saya merasa jadi malu dan jijik dengan kelakuan dia (Isada),” ujar Wiwin memulai menumpahkan ceritanya dengan membongkar kebiasaan buruk Isada yang tak kunjung membaik.
Wiwin mengaku gerah dan geram terhadap kelakuan Isada yang dinilai lupa daratan, sangat bejat, dan kurang ajar, dengan seenaknya selama ini melakukan hal-hal yang menjurus ke perbuatan asusila dan mesum, seolah tak punya malu meski kelakuannya itu telah menjadi buah bibir dan ramai sebagai bahan perbincangan di mana-mana, sehingga memunculkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.
Kelakuan yang berulang-ulang dan seenaknya diperbuat oleh Isada yang menjurus ke hal-hal asusila dan mesum yang dimaksud Wiwin, yakni di antaranya kerap merayu wanita-wanita tanpa pandang bulu. Mulai dari janda-janda, pacar orang lain atau punya teman sendiri, dan bahkan doyan mengganggu istri orang-orang lain. “Keluarga dan keponakan-keponakan saya juga tak luput dia (Isada) rayu-rayu melalui chatting di medsos,” tutur Wiwin.
Bahkan sejauh ini sudah banyak wanita yang menyampaikan keluh-kesahnya kepada Wiwin. Mereka mengaku resah terhadap Isada yang kerap mengganggu dan merayu-rayu melalui chattingan medsos, yang arahnya bisa ditebak untuk berbuat mesum.
Parahnya, kata Wiwin, kaum hawa yang diganggu dan dirayu-rayu Isada dengan maksud untuk berbuat mesum itu, tak hanya wanita-wanita luar desa, tetapi juga wanita-wanita di dalam desa yang merupakan warganya sendiri.
“Bahkan ada seorang penyuluh di desanya, wanita bercadar, juga pernah curhat ke saya. Kata dia, Isada pernah mengajaknya ketemuan di KUA tengah malam. Itu mau ngapain? Dan tak hanya itu, istri dari sepupunya sendiri juga kerap dia ganggu dan rayu-rayu di chattingan,” ungkap Wiwin.
Wiwin mengaku punya deretan daftar panjang catatan kelakuan bejat yang pernah diperbuat Isada. Dan meski telah beberapa kali dipermalukan dan dibongkar perbuatannya melalui medsos oleh sejumlah pihak yang merasa dirugikan, namun Isada tak pernah ada tanda-tanda untuk mau berubah.
Kelakuan bejat Isada yang mengarah ke perbuatan mesum itu, sebetulnya sudah beberapa kali diperingatkan dan sempat dibongkar serta dibeberkan di media sosial (Facebook) oleh sejumlah pihak yang merasa terusik dan juga tidak nyaman dengan sikap hidung belang Isada.
Wiwin mengurai dan menyebut secara runtut beberapa wanita lainnya yang pernah diganggu dan dirayu oleh Isada. Yakni, pernah ada aparat desa wanita di Suwawa Timur yang sudah bersuami dan merupakan anak seorang anggota dewan, juga pernah dirayu-rayu oleh Isada. Sampai-sampai rumah tangga wanita itu seketika jadi kacau dan nyaris hancur karena ketahuan oleh sang suami.
“Suami wanita itu sempat menelepon ke Isada dan meminta dengan tegas untuk tidak mengganggu istri orang. Dan bahkan sempat dapat makian melalui status Facebook dari pasangan suami-istri yang bersangkutan,” ujar Wiwin.
Tak kapok dengan makian, kata Wiwin, beberapa saat sesudahnya Isada lagi-lagi kembali mengganggu wanita yang sudah bersuami. “Wanita kali ini adalah suaminya kerja di tambang. Mengetahui sang suami wanita itu jarang di rumah karena berada di tambang, maka Isada pernah menanyakan wanita itu, apakah aman di rumah? kalau aman maka ia akan ke rumah. Atau kalau tidak, janjian saja ke kota, karena dia sudah siapkan obat kuat,” ungkap Wiwin seolah menahan beragam rasa yang bercampur aduk, yakni antara rasa ingin ketawa dengan rasa geli dan jijik.
Bukan cuma itu, Wiwin juga mengungkapkan, bahwa pada 10 Juli 2021 seorang janda dari Gorut (Kabupaten Gorontalo Utara) mengupload di Facebook screenshot obrolan berisi rayuan-rayuan Isada yang mengajak ketemu dan menginap di hotel. “Sungguh dia tidak menjaga nama baiknya sebagai kepala desa,” lontar Wiwin.
Janda di Gorut tersebut, lanjut Wiwin, terpaksa mengupload screenshot obrolan mesum itu di Facebook, lalu di-tag langsung ke nama Isada dan sempat viral. “Tapi saya tidak tahu karena saya diblokir oleh Isada. Saya baru tahu ketika menghadiri sebuah kegiatan sesama Kades yang ramai membicarakan viralnya screenshot chattingan Isada dengan janda di Gorut itu,” ungkap Wiwin yang saat itu juga langsung meminta klarifikasi kepada Isada.
Dan memang, setiap kali mengetahui ada kejadian yang memalukan seperti itu, Wiwin mengaku pasti langsung meminta klarifikasi kepada Isada. “Tapi setiap kali saya mintai klarifikasi, Isada selalu membantah dan mengelak dengan berbagai alasan serta berani membawa-bawa nama Tuhan, dan sering mengaku bahwa hanya iseng-iseng karena wanita yang dia ganggu itu semuanya adalah keluarga dia (Isada),” kata Wiwin geleng-geleng kepala.
Namun keesokan harinya atau pada tanggal 11 Juli 2021, Wiwin lagi-lagi mendapat bukti chattingan mesum yang dilakukan Isada dengan seorang wanita yang telah bersuami.
“Wanita itu tinggal di desa tetangga desa saya, sama-sama satu kecamatan di Bulawa. Saya berhasil mengundang keduanya tanpa mereka tahu akan bertemu secara bertiga dengan saya. Saat itu Isada sempat membantah, namun akhirnya ia membenarkan serta mengakui bahwa itu adalah chattingan rayuannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Dan lagi-lagi saya maafkan,” kenang Wiwin.
Kejadian tanggal 10 dan 11 Juli 2021 itu, kata Wiwin sempat membuat heboh dan menjadi perbincangan yang ramai dan negatif di tengah-tengah masyarakat. Namun kehebohan itu tidak berlangsung lama, karena pada bulan Agustus Isada berhasil menyuruh orang tuanya untuk datang bersilaturahmi menemui orang tua Wiwin, dengan maksud seolah untuk membicarakan rencana pernikahan Isada dengan Wiwin.
Namun pertemuan antar kedua orang tua itu, kata Wiwin, tidak mampu membuat Isada meninggalkan kelakukan buruknya di hari-hari berikutnya. “Setiap kali kehebohannya terungkap karena telah mengganggu dan merayu perempuan, dia pasti buru-buru mengunci atau menon-aktifkan untuk sementara akun Facebooknya. Nanti setelah dianggap situasi sudah normal, maka kembali akun medsosnya itu diaktifkan. Dan rata-rata sasaran empuknya adalah wanita-wanita yang menulis status galau,” ungkap Wiwin.
Setiap kali ada bukti ketahuan mengganggu dan merayu wanita-wanita, setiap kali itu pula Wiwin selalu mencoba berdamai dengan memberi kesempatan dan maaf kepada Isada, dengan harapan agar sang pacar dapat memperbaiki diri. Namun semuanya sia-sia.
Wiwin juga menyebutkan, bahwa ia terpaksa membeberkan dan membongkar kelakuan Isada yang dinilai bejat dan sudah keterlaluan serta sangat memalukan itu, adalah bukan karena faktor cemburu atau ingin mengejar-ngejar cinta pria yang memanfaatkan jabatan kepala desa untuk melampiaskan nafsu mesumnya itu kepada wanita-wanita sesuka hati. Bahkan juga bukan untuk menjatuhkan diri Isada.
“Saya hanya ingin memberikan penyampaian secara terbuka kepada publik melalui media, khususnya buat para wanita-wanita agar berhati-hati dengan bujuk rayu dari sosok seperti Isada yang menjadikan jabatannya, serta kopiah yang dipakainya hanya sebagai topeng untuk memikat dan menjerat wanita-wanita berbuat mesum, baik di medsos maupun di dunia nyata,” imbau Wiwin.
Selain itu, Wiwin juga mengaku terpaksa harus membongkar kelakuan buruk Isada, karena demi menjaga nama baik seluruh kepala desa agar tidak ikut-ikutan tercoreng atau rusak kehormatannya hanya karena ulah seorang oknum Kades seperti Isada.
“Jika ada oknum Kades berkelakuan buruk mengganggu janda-janda, pacar orang lain, dan merayu-rayu wanita yang telah bersuami dengan sesuka hati, maka bukan hanya seluruh kepala desa di Bone Bolango ini yang bisa ikut tercoreng dan rusak namanya, tetapi nama desa beserta semua warganya sendiri ikut jadi rusak akibat ulah bejat dari oknum Kadesnya itu,” jelas Wiwin.
Atas dasar pemikiran itulah, Wiwin mengaku siap untuk menghadapi risiko-risiko atau kemungkinan-kemungkinan terburuk sebagai reaksi dari Isada demi menjaga nama baik Kabupaten Bone Bolango secara umum, yang menjadi bagian dari Provinsi Gorontalo yang dikenal sebagai daerah Serambi Madinah.
“Ini adalah tanggung jawab kita semua, termasuk sebagai kepala desa atau khalifah, jangan mau diam jika mengetahui, melihat, dan menyaksikan tanda-tanda kerusakan di tengah-tengah masyarakat, dan juga kezaliman yang dilakukan secara sesuka hati oleh oknum-oknum siapapun yang tidak bertanggungjawab untuk memuaskan kepentingan atau nafsu sendiri,” tandas Wiwin.
Terkait hal itu, Wiwin mengaku tak lagi bisa menahan kekesalannya yang telah memuncak. Bersamaan dengan itu, Wiwin juga mengingatkan bahwa apabila orang-orang hanya diam membisu, maka itu sama saja membiarkan secara leluasa orang seperti Isada melakukan perbuatan bejat dan merusak nama baik keluarga, kampung berikut warganya sendiri.
Olehnya itu, meski segala upaya sudah semua dicoba dan ditempuh oleh Wiwin, termasuk mediasi dari pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (Pemdes) Kabupaten Bone Bolango, pada Mei 2023, namun semuanya tetap tidak mampu membuat Isada jadi berubah.
Sehingga dengan berbekal izin dari Isada, maka pada Mei dan juga akhir Juni 2023, Wiwin pun akhirnya terpaksa angkat bicara dengan mengupload di Facebook screenshot obrolan yang berisi sejumlah kelakuan bejat Isada. “Untuk ‘makhluk destroyer’ satu ini, harus diberi pelajaran agar tahu diri dan tahu malu,” demikian penggalan caption Wiwin di Facebook.
Membeberkan screenshot di Facebook dan juga menumpahkan cerita di media pemberitaan online DM1 ini, menurut Wiwin, adalah upaya terakhirnya untuk memberi peringatan sekaligus pelajaran dengan harapan agar Isada bisa bergegas meninggalkan serta menghentikan kebiasaan bejatnya mengganggu wanita-wanita, janda-janda, pacar orang lain dan punya teman sendiri, juga merayu-rayu istri orang.
Merasa Diperalat dan Dipermainkan
Dengan adanya kelakuan bejat Isada yang tak disangka-sangka muncul secara bertubi-tubi, membuat Wiwin pun mengaku tersadar seolah Tuhan menunjukkan bahwa dirinya selama ini hanya dipermainkan dan diperalat oleh Isada.
Bagaimana tidak, menurut Wiwin, Isada adalah sosok yang belum jadi apa-apa saat pertama kali pacaran dengannya. “Dia (Isada) terhitung sekitar tiga kali melakukan pendekatan dengan saya. Dia merayu-rayu lewat messenger, tapi saya tidak tanggapi karena saat itu saya masih jadi pacar orang. Dia kembali lagi menggombal-gombal dan merayu-rayu saya pada tahun 2017. Di situlah saya merespons dia karena saya sudah single (sudah tidak punya pacar). Tapi saya tidak serta merta menerima dia,” cerita Wiwin.
“Desember 2017 saya terpilih menjadi kepala desa. Tahun 2018 bulan Februari saya dilantik, barulah saya merespons (menerima) dia sebagai pacar. Dan saat itu juga dia langsung ke rumah saya bersilaturahmi dan menyatakan ingin serius menjalin hubungan pacaran sampai menikah,”sambung Wiwin mengenang.
Tahun 2019, lanjut Wiwin, Isada menyatakan niatnya ingin maju di desanya sebagai calon kepala desa. “Saya mendukung penuh niatnya itu. Dan sambil menunggu tibanya hari pencalonan Kades itu, dia (Isada) mengisi kekosongannya dengan menjadi guru honor di salah satu sekolah kejuruan dan juga sempat jadi penyelenggara Pemilu. Nanti sudah pacaran dengan saya, baru dia dapat kerja,” kata Wiwin.
“Saat itu saya fasilitasi dengan laptop, motor. Pokoknya dari segi finansial, pikiran, tenaga dan waktu saya kuras untuk kesuksesannya dia, termasuk visi-misinya itu saya yang susun. Dan memang saya tidak mempermasalahkan semua itu, karena semata-mata untuk orang yang kita sayangi itu apapun bisa kita lakukan. Tapi makin ke sini, dia semakin kelihatan kurang ajar, maka itu yang saya tidak terima,” tegas Wiwin.
Wiwin menceritakan, saat berhasil terpilih sebagai kepala desa, dan seusai dilantik pada Desember 2019, Isada sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda perubahan dengan perilaku yang tidak elok.
“Memasuki tahun 2020, Covid19 melanda. Kami membentuk posko Covid19. Di tahun yang sama terjadi banjir bandang, 7 September 2020. Saat saya sibuk sebagai relawan (banjir), dia malah asyik janjian ketemu di lokasi banjir dengan seorang janda yang berasal dari Suwawa Timur, yang katanya anak anggota dewan. (Hubungannya) berlanjut tahun 2021,” ungkap Wiwin.
Dan di saat berhasil jadi kepala desa itulah, kata Wiwin, Isada secara sembunyi-sembunyi namun tetap terendus perilakunya yang sudah mulai kerap mengganggu dan merayu-rayu banyak wanita secara berganti-ganti, mulai dari janda-janda, pacar orang atau pacar teman sendiri, hingga istri orang lain pun disikat rata tak pandang bulu, seolah tidak ada beban dan tanpa dosa melakukan semua itu.
Hal lain yang membuat Wiwin merasa diperalat dan dipermainkan oleh Isada, yakni ketika membicarakan soal rencana pernikahan secara serius. “Saat itu Desember 2021, dia (Isada) sudah segera ingin menikah dengan saya, tetapi dia hanya punya kemampuan Rp.20 Juta sebagai uang lamaran dari Rp.40 Juta yang rencana ingin disepakati. Sehingga kekurangannya itu Isada kemudian minta ke saya untuk membantu pengurusan berkas pengajuan pinjaman di salah satu bank,” tutur Wiwin.
Setelah pengajuan pinjaman itu cair, tak lama kemudian Wiwin kaget bercampur bingung lantaran uang tersebut habis begitu saja. Alasanya, dipakai membantu biaya renovasi teras rumah saudaranya, juga untuk membayar biaya pendidikan saudara Isada.
“Saya bukan mengeluh, paling tidak dia seharusnya paham bahwa pengurusan pinjaman itu hingga bisa cair adalah kesepakatan kita untuk semata menutupi kekurangan biaya menikah, bukan untuk ke hal-hal lain. Niatnya kan untuk tambahan biaya menikah, tapi kenapa habis begitu saja? Jadi itu saya juga kurang terima,” ujar Wiwin.
“Pada Oktober 2022, saya pastikan lagi, bahwa jika memang sudah tidak ada kejelasan (perubahan perilaku dan juga terkait rencana nikah), maka saya tidak mau pusing lagi mau nikah atau tidak. Setelah itu saya menghilang. Tetapi saat saya menghilang, dia kembali lagi dan banyak sekali melakukan hal-hal aneh,” sambung Wiwin.
Bahkan baru-baru ini, kata Wiwin, dirinya sempat pernah diancam oleh Isada atas masalah pencemaran nama baik dia. Padahal menurut Wiwin, tanpa Isada sadari namanya sudah dicemarkan oleh para janda dan istri orang yang telah membeberkan dan memaki di media sosial kelakuan Isada karena ulahnya sendiri.
Sementara terkait pemberitaan ini, wartawan DM1 sejauh ini telah berusaha menghubungi Isada untuk dimintai klarifikasi maupun konfirmasi seputar semua pengakuan Wiwin tersebut. Namun Isada memilih untuk tidak mengangkat sambungan telepon yang berkali-kali dilakukan. Begitupun dengan pertanyaan via percakapan WhatsApp, Isada sangat lambat memberi respons, itupun hanya membalas salam dengan menulis “Walaikumsalam” kepada kepala Biro DM1 Bone Bolango. (res/dm1)