DM1.CO.ID, JAKARTA: Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, tentu pada tahun ke-75 kali ini terasa berbeda karena dilakukan di tengah pandemik Covid19.
Helmy Yahya selaku Ketua Panitia Hari Pahlawan 2020 mengatakan, tahun ini peringatan Hari Pahlawan tidak akan melibatkan banyak orang, guna mencegah penularan Covid19.
“Untuk mencegah persebaran Covid19, kami pastikan Peringatan Harwan (Hari Pahlawan) tahun ini, tidak akan melibatkan banyak massa. Kami akan lebih memaksimalkan publikasi melalui media, baik media sosial maupun media konvensional,” ujar Helmy Yahya di Jakarta, pada Senin (2/11/2020), dilansir Kementerian Sosial.
Tema peringatan Hari Pahlawan 2020 kali ini adalah “Pahlawanku Sepanjang Masa”, sedangkan tagline peringatannya adalah “Semarak Hari Pahlawan”. Dan logonya dapat didownload dengan mengklik tautan ini: Logo Hari Pahlawan 2020.
Lalu apa arti dan makna tema Hari Pahlawan 2020? Tema ini sengaja dipilih karena mengandung makna atau arti, jika dulu “pahlawan” indentik dengan perjuangan melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan Indonesia, maka di masa kini makna “pahlawan” bisa dipahami dari berbagai pengertian.
Saat ini “pahlawan” bisa dimaknai sebagai sosok panutan yang dapat membawa perubahan serta memberikan kontribusi positif dalam berbagai sisi, baik segi ekonomi, politik, sosial budaya, seni, bahkan pariwisata dengan lingkup lokal hingga internasional.
Menengok munculnya sejarah Hari Pahlawan 10 November adalah berawal dari adanya ancaman dari pihak penjajah.
Yakni, Mayor Jenderal Robert Mansergh selaku Komandan Divisi V Inggris, pada 9 November 1945, mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya.
“Semua pemimpin Indonesia, termasuk pemimpin gerakan pemuda, kepala polisi, dan kepala radio Surabaya harus melaporkan diri di Bataviaweg menjelang jam 18.00 tanggal 9 November 1945,” demikian bunyi ultimatum itu.
“Mereka harus berbaris satu persatu membawa segala jenis senjata yang mereka miliki. Senjata tersebut harus diletakkan di tempat yang berjarak 100 yard dari tempat pertemuan,” lanjutnya, dalam buku Pelajar Pejuang (1985) karya Asmadi (hlm. 164).
“Setelah itu, orang-orang Indonesia harus datang dengan tangan di atas kepala mereka, dan akan ditahan, dan harus siap untuk menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat,” tegas Mansergh.
Dalam peringatannya, Perwira tinggi yang lahir di Afrika Selatan itu, jelas menyebut “pemimpin gerakan pemuda”. Dan ia tidak menunjuk secara spesifik, bahwa ultimatum Inggris ditujukan kepada angkatan perang Indonesia.
Mansergh bahkan hanya menyinggung “kepala polisi” yang dapat diartikan tidak termasuk mewakili militer RI secara keseluruhan.
Peringatan tersebut diserukan Mansergh beberapa waktu setelah tewasnya pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, pada 30 Oktober 1945.
Peristiwa itulah yang membuat Inggris jadi murka, lalu memperingatkan pihak Republik Indonesia untuk segera menyerah. Jika tidak, maka bentrokan bersenjata pasti bakal terjadi.
Namun, ultimatum itu tidak membuat arek-arek Surabaya jadi gentar. Bahkan, para pemuda bangkit dan bergelora mengumandangkan perlawanan. Sehingga pecahlah pertempuran sengit pada 10 November 1945, tepat pada 75 tahun silam. Dan peristiwa perlawanan yang menelan korban puluhan ribu jiwa inilah yang diabadikan sebagai Hari Pahlawan di negeri tercinta ini. (trt-dml/dm1)
Sen Nov 9 , 2020
DM1.CO.ID, BOGOR: Seorang penambang emas ilegal, dikabarkan tertimbun di lokasi penambangan Gunung Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.