Cacat Sejak Bayi dan Pernah Jadi Gitaris, Penjual Parfum Keliling Ini Impikan Jadi Peserta BPJamsostek

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, GORONTALO: Jemaah salat Isya di Masjid Baiturrahim Kota Gorontalo, pada Rabu malam (10/11/2021) baru saja usai memanjatkan doa. Sejurus kemudian, sosok pria berbaju kaus putih lengan panjang, bercelana jeans tampak tergopoh-gopoh berjalan menuju pintu keluar dengan kedua lututnya, sehingga nampak menyerupai seorang dwarfisme (cebol). Namanya, Rafly Salilama.

Memang, di setiap usai salat pada waktu-waktu tertentu dan di hari-hari sebelumnya di masjid itu, Rafly adalah salah satu jemaah yang selalu tampak terburu-buru beranjak lalu menuju ke pintu agar dapat lebih dahulu keluar dari tempat ibadah. Bukan karena kebelet pipis, atau khawatir kehilangan sandal. Melainkan karena Rafly yang memiliki tinggi badan sekitar 120 Sentimeter itu, harus bergegas berjalan dengan kedua lututnya menuju barang dagangnnya yang sengaja ia pajang di depan salah satu jendela di koridor kiri masjid Baiturrahim tersebut.

Di depan salah satu jendela di koridor kiri masjid yang didirikan pada 1728 Masehi itulah Rafly kembali duduk menawarkan barang dagangnya ke para jemaah masjid, yakni berupa parfum atau minyak wangi Arab dengan berbagai jenis aroma, seperti Paris Hilton, Champion Black, Amber Rose, Attar Hajar Aswad, Alfares, Alkhanjar, Tulip, Sultan, Arabisque, dan lain-lain.

Rafly yang kini berusia 30 tahun itu mengaku telah berjualan parfum Arab secara mandiri sejak medio Januari 2021. Sebelumnya, ia hanya sebagai karyawan di salah satu toko parfum di daerah Poso, Sulawesi Tengah. “Saya kerja dengan bos di toko parfum di Poso, sekitar lima bulan. Setelah itu saya mandiri di bulan Januari 2021,” tutur Rafly memulai bercerita kepada Wartawan DM1.

Tekadnya untuk mandiri dapat terwujud, karena Rafly telah berencana untuk segera menikah. Dan alhasil, ia pun benar-benar mempersunting gadis pujaannya di Poso. “Jadi saat dekat-dekat menikah, saya sudah jualan parfum sendiri. Tapi pengadaan barangnya (parfum) tetap dari bos, sistem titip pengiriman dari Poso ke Gorontalo dengan dasar saling percaya,” ujar Rafly.

Namun pengiriman parfum menjadi sangat sulit dari Poso sejak pandemi Covid19, lantaran pergerakan benar-benar terasa dibatasi, baik saat masih PSBB maupun di kala PPKM seperti saat ini. Akibatnya,  Rafly harus mencari distributor parfum di daerah lainnya.

Rafly mengaku sempat cemas dengan pengiriman parfum dari daerah asal ke Gorontalo yang mengalami hambatan di jalan, dan dapat tersendat hingga seminggu lamanya akibat Covid19. Sementara di sisi bersamaan, ia tak bisa menunda-nunda waktu untuk jualan parfum karena telah memiliki istri yang menjadi tanggungannya.

Usia pernikahan Rafly saat ini baru saja memasuki usia 4 bulan. Meski begitu, Rafly mengaku harus benar-benar bisa mengais rezeki dengan bekerja lebih giat lagi, terutama untuk menafkahi istrinya yang kini hidup dengannya di rumah kost seharga Rp.500 Ribu per bulan di Kelurahan Biawu, Kota Gorontalo.

Dan meski dengan kondisi tubuh cacat yang hanya mengandalkan kedua lututnya untuk melangkah, namun Rafly mengaku tak sedikitpun merasa minder dan bersusah hati, apalagi sampai berputus asa untuk menghadapi dan menjalani hidup yang amat keras.

Tak hanya di Masjid Baiturrahim, Rafly juga menjajakan barang dagangnnya ke beberapa tempat keramaian, seperti di pasar serta di pusat-pusat pertokoan lainnya. Dan bahkan, Rafly harus berkeliling di jalan-jalan sambil mendorong kotak kayu beroda yang berisi barang dagangannya. “Tapi di masjid (Baiturrahim) ini lumayan pembelinya. Dan Alhamdulillah, tidak jarang sejumlah pembeli melebihkan pembayaran. Misalnya, harga Rp.20 Ribu tapi dibayar dengan uang Rp.50 Ribu, itu tidak dimintai lagi kembaliannya,” ungkap Rafly tersenyum.

“Mungkin mereka (para pembeli) itu merasa iba atau kasihan melihat kondisi fisik saya, itu tidak apa-apa, saya terima. Karena memang kondisi saya, ya beginilah adanya, yang penting saya tidak mengemis. Dan yang penting juga para pembeli ikhlas memberikan kelebihan harga parfumnya, maka pasti saya terima dengan ikhlas pula,” sambung Rafly.

Mengenai kondisi tubuhnya yang menyerupai sosok cebol akibat mengalami cacat kaki, Rafly dengan tegar menceritakan kisah hidup di masa lalu yang membuat dirinya harus lebih banyak tawakal, dan senantiasa bersabar tanpa harus banyak mengeluh.

Bahwa menurut cerita, tahun 1990 rumah panggung yang berdinding anyaman bambu milik orang tua Rafly di Parigi Moutong, terbakar akibat lampu minyak botol yang bergantung di jendela tiba-tiba terhempas angin kencang. “Waktu itu saya masih bayi, masih berusia sembilan hari dan sedang tidur sendiri di kamar,” ucap Rafly dengan suara serat.

“Dari cerita orang tua, ketika kebakaran saya terdengar menangis dan menjerit, sehingga di saat itu ada dua orang tua yang menerobos di saat api sudah membesar, lalu masuk ke kamar dan melihat kaki saya dari jari-jari sampai paha sudah terpanggang api. Kedua orang tua itupun langsung menyelamatkan saya dan membungkus tubuh saya dengan karung kopra, lalu dilarikan ke luar dan menjauh dari rumah yang sudah terbakar hebat,” sambung Rafly.

Betapa menyedihkannya, tak lama pasca kebakaran, orang tua (bapak dan ibu) Rafli bercerai. Sehingga Rafly harus diasuh dan dibesarkan dari keluarga satu ke keluarga lainnya dengan kondisi betis yang telah menempel di paha, yang kemudian membuat Rafly harus berjalan dengan menggunakan kedua lututnya.

Menurut Rafly, hingga di usia 24 tahun dirinya tidak hidup berdampingan dengan kedua orang tuanya. Dan dalam perjalanan hidupnya itu, Rafly pernah belajar di pondok pesantren di sekitar Bandung, Jawa Barat.

Hebatnya, Rafly bahkan sempat membentuk sebuah grup band dan bertindak sebagai gitaris selama 4 tahun. “Tapi grup band itu akhirnya harus saya tinggalkan karena sudah terkontaminasi dengan obat-obat terlarang,” ungkap Rafly seraya menyebutkan aktivitasnya sebagai gitaris dapat dilihat di akun Youtube miliknya yang meski saat ini tak lagi aktif.

Selepas dari grup band, Rafly langsung aktif mengajar mengaji di Desa Tombulilato, Kabupaten Bone Bolango. “Saat pulang dari MTQ bersama sejumlah utusan dari desa ini, saya sempat mengalami kecelakaan lalu-lintas,” kenang Rafly.

Menjual parfum akhirnya menjadi pilihan selanjutnya setelah memutuskan untuk meninggalkan rutinitasnya sebagai guru mengaji. “Dan Alhamdulillah saat ini saya menikmati bagaimana mencari nafkah buat istri saya dengan berjualan parfum,” tutur Rafly.

Meski begitu, Rafly mengaku sama sekali belum bisa menjamin seperti apa masa depannya di kelak kemudian hari. Sehingga itu, kadang kebimbangan dan kecemasan tentang masa depan yang tidak jelas masih sering ia rasakan.

Namun, Rafly buru-buru melontarkan harapannya untuk berusaha menjadi peserta BPJamsostek (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan). Sayangnya, Rafly mengaku tidak tahu-menahu bagaimana cara untuk dapat menjadi peserta BPJamsostek.

Sepengetahuan dia, BPJamsostek adalah badan atau lembaga sosial yang mampu menyediakan ruang masa depan cerah yang jelas bagi pesertanya. Tetapi sekali lagi, Rafly mengaku benar-benar tidak tahu persis bagaimana cara orang seperti dirinya bisa menjadi peserta BPJamsostek.

“Bagaimana caranya, ya? Saya sendiri sampai sekarang belum tahu caranya untuk menjadi peserta BPJamsostek. Saya cuma pernah mendengar bahwa BPJamsostek adalah program pemerintah yang dapat memberikan jaminan masa depan bagi semua pesertanya. Jujur, saya bermimpi (bercita-cita) bisa menjadi peserta BPJamsostek agar istri dan anak-anak saya kelak hidupnya tidak sesulit seperti saya sekarang,” tandas Rafly seraya berharap kepada pemerintah untuk dapat lebih aktif menyosialisasikan BPJamsostek secara utuh dan maksimal, terutama kepada masyarakat lapisan bawah. (muis-dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

734 views

Next Post

Soal Dugaan Pemerasan Oknum Inspektorat Koltim, Sulwan: Kalau Terbukti Kita Tindak

Sen Des 6 , 2021
DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Terkait dugaan pemerasan dan juga indikasi pelanggaran kode etik oleh Sri Asih selaku Kasubbag Perencanaan, bersama Nur Purbo Nugroho selaku Inspektur Pembantu (Irban) wilayah II Inspektorat Kolaka Timur (Koltim), saat ini segera akan didalami oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Sekretariat Pemda setempat.