Ahok Perlu Berkaca Pada kerusuhan Makassar 1997

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, MAKASSAR: Seorang etnis Cina di salah satu website menuliskan kisah yang pernah dilalui pada zamannya, yakni peristiwa pengganyangan cina yang meledak dalam suatu kerusuhan di Makassar, tahun 1997.

Tulisan tersebut sepertinya sangat relevan untuk dijadikan sebagai bahan introspeksi kepada semua pihak, terutama buat Ahok agar “bisa tahu diri” untuk tidak “merasa jago dan hebat” di bumi Indonesia ini hingga yang lain dikerdilkan (termasuk hukum dan agama), juga buat seluruh partai pendukungnya dalam Pilkada DKI. Berikut kisahnya:

“Saya masih bermukim di kota Makassar ketika kerusuhan itu meletus. Masih duduk di bangku kelas 1 SMA 05 Makassar. Ketika itu saya akan berangkat ke sekolah, saya bermukim di Jl. S. Saddang Baru. Saya menunggu hampir 2 jam, tidak ada bus yang datang, bahkan saya baru heran kenapa jalanan sangat lengang. Tak lama sebuah panser melintas, diiringi letusan senjata. Seorang tentara tiba-tiba menarik lengan saya sambil berkata, ” Pulang, jangan keluar rumah”. Saya kemudian balik arah, saya ketakutan sambil terus-menerus bertanya, apa gerangan yang terjadi.

Setiba di rumah, seorang rekanan PLN rekan bokap saya, sudah berkumpul bersama keluarganya. Raut wajah mereka sangat ketakutan. Bokap cuma berpesan, “Jangan bilang-bilang orang, Acung ada di rumah kita.”

Saya berusaha cari informasi sebenarnya apa yang telah terjadi. Dari radio RRI akhirnya saya mengetahuinya, Kota Makassar sedang rusuh, penjarahan terjadi di mana-mana. Etnis Cina melawan etnis Bugis Makassar.

Kejadian ini rupanya dipicu akibat terbunuhnya seorang anak dosen IAIN, Anni Mujahidah Rasuna, ditebas parang oleh Benni, seorang anak pengusaha Cina yang menyuplai botol kecap dan saos. Kronologis kejadiannya sebagai berikut :

Pemicunya adalah Benny yang terkenal temperamen sering mengancam-ancam golok kepada pribumi yang tidak dia senangi. Tanggal 15 September 1997, dia keluar rumah membawa parang sambil mengancam2 seorang pedagang tahu. Pedagang itu kemudian dikejarnya. Tepat di taman Air Mancur Veteran Selatan, dia mengancam siapa saja yang melintas. Dan nasib malang menimpa seorang bocah perempuan berusia 9 tahun. Anni ditebas hingga tewas oleh Benny.

Benny yang terkenal temperamen itu kemudian pulang setelah membunuh Anny. Tidak seorang pun yang berani menahannya. Warga sadar diri, mengganggu Cina di kala itu sama saja bunuh diri. Saking dekatnya warga Cina yang kaya raya dengan aparat & tentara.

Namun kasus pembacokan itu menyebar malam itu juga. Berita berhembus sampai ke Gowa, pusat suku Makassar. Kasus pembacokan juga bocor lewat radio hingga ke Maros. Tersentuhlah sentimen kesukuan pribumi. Pembacokan tidak ada tindakan oleh aparat. Malam itu juga sekitar pukul 00.00, massa pribumi merangsek ke Jl. Kumala.

Benny rupanya punya juga rekan-rekan Cina yang merupakan geng Cina di Veteran Selatan. Namun apa daya, massa pribumi lebih besar. Malam itu Benny terbunuh, 500 orang lebih warga Cina terluka. sekitar 3000-an orang mulai melakukan perusakan rumah-rumah dan toko-toko warga keturunan di Jalan Kumala, Ratulangi, dan sekitarnya. Massa kemudian bergerak ke Jalan Veteran, Penghibur, Nusantara, Timor, Sulawesi, Ahmad Yani dan Jalan Wahidin Sudirohusodo sambil melakukan pengrusakan, pelemparan dan pembakaran terhadap kendaraan dan rumah penduduk Cina.

Aparat yang menjaga rumah-rumah dan pusat pertokoan Cina tidak luput dari amuk massa. Malam itu Makassar menjadi lautan api. Keesokan harinya beredar selebaran bertuliskan lontarak “Mana siri kita….Mana Pabbulo Sibatangta…., Accera Sitongka-tongka? Mana barambang bete-beteta?” . Emosi warga semakin tersulut. Kerusuhan pun meletus selama 1 minggu. Polisi dan tentara tidak bisa meredakan emosi massa.

Beberapa rumah yang takut dijarah dan dirusak memasang tulisan “milik pribumi” atau sajadah yang ditempel di kaca jendela menjadi pemandangan baru di sana. Bahkan, hotel milik Yusuf Kalla, bos Kalla Grup, memajang tulisan besar “Hotel Ini Milik Haji Kalla”. Ada juga yang ini: “Hotel Ini Milik Tanri Abeng/Pemda”. Adalagi sebuah tempat karaoke bertuliskan “Ini Milik Kodam”.

Kodam 7 Wirabuana meminta tambahan pasukan dari Jakarta. Namun pasukan tambahan cuma bisa mencegah Matahari Dept. Store belaka menjadi sasaran amuk massa. Hari itu menjadi sangat panas, bantuan pasukan TNI dari Jawa justru memicu nyali warga Bugis Makassar untuk semakin amuk. Perintah tembak di tempat ditanggapi panas oleh warga. Warga menantang tentara, waktu itu beredar semboyan, “1 orang Makassar ditembak, 4 tentara Jawa mati !” . Ini semakin kisruh. Akhirnya pasukan ditarik ke Jl. jend Sudirman saja mengamankan aset-aset pemerintahan.

Akhirnya waktu itu jalan terbaik meredakan masalah dan kerusuhan adalah lewat dialog. Warga Bugis Makassar adalah warga yang sebenarnya mudah diajak negosiasi. Bencana ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 17, 5 milyar, 2000 rumah dan toko hancur, 80 mobil rusak, 150 sepeda motor ludes, lima orang tewas, 13 mahasiswa mengalami luka tembak.

Kamis 18 September 1997, Pukul 08.00. Warga pribumi dan warga Cina berkumpul di Mapoltabes Ujungpandang. Sementara Panglima Kodam VII Wirabuana Mayor Jenderal Agum Gumelar dan Walikota Ujungpandang Malik B. Masry memberikan pengarahan di depan ratusan warga keturunan di Jalan Penghibur dan Jalan Sulawesi. Acara ini berlangsung di bawah penjagaan ketat.

Konklusi :

Berbagai argumen mencoba menjelaskan latar belakang dan penyebab kerusuhan. Mulai dari yang klise, seperti adanya pihak ketiga yang merekayasa kerusuhan, seperti yang dilontarkan Kassospol ABRI waktu itu, Letjen Yunus Yosfiah. Ada juga yang berpendapat bahwa kerusuhan itu murni spontanitas masyarakat yang marah dan pengrusakan yang dilakukan sebagai wujud solidaritas terhadap korban, seperti kata Sanusi Baco, Ketua Umum MUI se-Sulawesi Selatan.

Namun pendapat yang akhirnya dijadikan solusi adalah pendapat Prof. Dr. Halide, guru besar ekonomi Unhas, bahwa terbunuhnya Anni cuma pemicu kerusuhan Ujungpandang. Penyebab utamanya adalah adanya kesenjangan sosial antara penduduk pri dan non pri, disamping adanya ketidak-adilan yang diterima penduduk asli, dimana aparat birokrat lebih menganak-emaskan warga keturunan Cina.”

(ksk/DM1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

10,023 views

Next Post

Reshuffle Kabinet III, Angin Segar bagi Perekonomian Indonesia

Rab Apr 12 , 2017
DM1.CO.ID, JAKARTA: Isu Reshuffle Kabinet kembali menyeruak, beberapa media nasional mengangkat masalah ini dengan Headline yang cukup besar. Adanya kabar beberapa menteri yang akan dicopot cukup dinantikan oleh masyarakat yang selama ini sudah putus harapan dengan kondisi bangsa ini yang makin tidak menentu, terutama di bidang ekonomi yang masih stagnan […]