Fadel Seret Marten ke Pengadilan: Itu Bukti Marten Pemimpin yang Hanya Fokus Bekerja Demi Rakyat

Bagikan dengan:
Editorial Majalah DM 1 A | Edisi 2: Oktober-November 2017
AMS (Pempred DM 1)

PERBINCANGAN mengenai diri Marten Taha (bersama Budi Doku) yang diseret ke Pengadilan Negeri Gorontalo oleh Fadel Muhammad dalam kasus wanprestasi ber-motif utang-piutang, bisa dibilang telah menyebar dan sampai ke telinga warga se-Kota Gorontalo, bahkan diyakini telah sampai ke luar daerah.

Menurut kabar, Fadel Muhammad meminjamkan uang kepada “kawannya”, Marten Taha-Budi Doku, untuk cost-politic pada Pilwako Gorontalo 2013, sebanyak Rp.650 Juta. Anehnya, Budi Doku mengaku heran dengan jumlah pinjaman tersebut yang sudah “membengkak” menjadi Rp.1 Miliar.

Belakangan, terjadi wanprestasi. Sehingga tak tanggung-tanggung Fadel Muhammad pun menyeret keduanya ke pengadilan.

Begitulah jika bicara soal hukum, kawan maupun keluarga sekalipun tak lagi berlaku, apalagi soal materi. Yang ada hanya “siapa kau-siapa saya”, jadi biar proses hukum yang memutuskan! Dan sekali lagi, itulah hukum!

Olehnya itu, kami tidak tertarik memakai kaca-mata hukum, apalagi memang kami tak punya kapasitas sedikitpun untuk “menunjuk” siapa yang salah dan siapa yang benar. Sebab, ada hakim yang akan mem-vonis masalah tersebut.

Begitupun dengan sejumlah pihak lain, dengan adanya wanprestasi tersebut, sebaiknya tidaklah langsung beranggapan, apalagi langsung menuding, bahwa Marten Taha adalah sosok yang tidak bisa dipercaya.

Sebab dari sisi lain, dengan dimunculkannya “kasus” wanprestasi tersebut, kami justru melihat ada sejumlah hal istimewa yang sangat menarik dari seorang Marten Taha (di luar dari tinjauan hukum maupun politik).

Yakni, Marten Taha boleh dikata adalah contoh seorang berkarakter pemimpin lurus yang siap berkorban demi rakyat.

Disebut demikian, sebab andai kata Marten Taha termasuk tipe pemimpin yang gampang atau terbiasa melahap uang rakyat (korupsi), maka tentunya Marten Taha sebagai walikota bisa di-pastikan tidaklah perlu membutuhkan waktu lama untuk dapat menyelesaikan utangnya tersebut.

Artinya, Marten tak perlu membuat Fadel Muhammad untuk menyeretnya ke pengadilan, sebab Marten punya jabatan yang bisa ia manfaatkan untuk tidak membuatnya jadi malu.

Artinya lagi, Marten Taha sebetulnya punya peluang yang sangat besar untuk dapat memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya, misalnya dengan cara mengorupsi uang rakyat agar dapat membayar utang sekaligus mencegah dirinya untuk tidak dipermalukan oleh Fadel Muhammad.

Namun nyatanya, hal itu tidak dilakukan oleh Marten. Buktinya, ia rela “dipermalukan” dan diseret ke pengadilan, karena memang Marten belum punya uang untuk membayar utangnya. Mengapa belum punya uang?

Sebab, Marten begitu sangat kelihatan selama ini hanya lebih fokus melayani masyarakat dengan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya kepada rakyat sebagai walikota yang amanah, sehingga tak ada waktu untuk “bermain kotor” hanya demi membayar utangnya.

Lagian, Fadel Muhammad sebetulnya juga tak perlu terlalu “bernafsu” untuk menyeret Marten ke meja hijau, karena selama ini orang juga tahu, bahwa sedikit banyaknya Marten juga pernah menumpahkan “keringat” (meski itu setetes) saat Fadel Muhammad masih “mengejar” kejayaan di Provinsi Gorontalo ini. Sayangnya, keringat itu kini nampaknya telah menguap di saat Sang “Matahari” mulai ingin bersinar di Kota Serambi Madinah ini.

(ams)

Bagikan dengan:

Muis Syam

3,570 views

Next Post

"Habis Madu, Terbitlah Matahari"

Jum Nov 10 , 2017
DM1.CO.ID, GORONTALO: Pada Juni 2018 mendatang, warga Kota Gorontalo kembali akan memilih pasangan Walikota Gorontalo yang baru, periode 2018-2023. Pasangan walikota saat ini, Marten Taha dan Budi Doku, dipastikan akan kembali maju bertarung. Namun keduanya bisa dipastikan tak lagi berpasangan pada ajang Pemilihan Walikota (Pilwako) 2018 tersebut. Mengapa?