DM1.CO.ID: Akibat konflik Suriah, kini Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengalami ketegangan dan makin mengarah ke titik nadir.
Kedua negara itu saling mengancam, bahkan dari Rusia dikabarkan Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan warganya agar bersiap-siap jika terjadi perang melawan AS.
Mengetahui hal tersebut, AS pun kemudian diberitakan telah menaikkan sistem pertahanannya (yang disebut Defcon= Defense readiness Condition) ke level 3.
Defcon adalah semacam “kode” dari sistim yang menerangkan “kondisi kesiapan pertahanan”. Defcon diterapkan oleh AS dalam menghadapi ancaman dari luar, seperti perang nuklir dan lain sebagainya.
Defcon memiliki lima level. Level kelima merupakan tingkat kondisi terendah, yang menerangkan bahwa negara dianggap aman dari ancaman apapun.
Sedangkan Defcon level satu menerangkan bahwa negara dalam ancaman dan pada situasi sangat berbahaya.
Jika Defcon level satu ini ditetapkan, maka negara memiliki hak menggunakan opsi militer guna menetralisir dan atau menghadapi perang. Dan hal ini dapat dilakukan melalui respons yang sangat cepat terhadap setiap ancaman.
Sementara apabila Defcon dinyatakan berada pada level tiga, maka itu berarti AS dapat mengerahkan kekuatan Angkatan Udaranya dengan mobilisasi yang hanya membutuhkan waktu 15 menit.
Dan menurut laporan dari media setempat, AS saat ini telah menaikkan dan menetapkan Defcon ke level 3.
Penetapan ini diambil mengingat tensi kedua negara (AS dan Rusia) hingga saat ini juga makin meninggi, dan tidak menutup kemungkinan AS akan menetapkan Defcon level satu sebagai tanda pernyataan perang terhadap Rusia.
Tensi ketegangan itu sulit dihindari akibat AS dan Rusia saling menyalahkan atas rusaknya perjanjian gencatan senjata, yakni setelah terjadi pengeboman terhadap iringan bantuan, dan serangan terhadap Kota Aleppo-Suriah. Di mana AS melindungi pasukan pemberontak, sementara Rusia berdiri di belakang Presiden Suriah, dr. Bashar al-Assad.
Meski begitu, sejauh ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah AS tentang penetapan Defcon 3. Namun, pihak Rusia dikabarkan telah menyatakan bergabung dengan China untuk menghentikan operasi AS dalam membangun jaringan misil di Eropa dan Asia.