“Ember Putih” Kemerdekaan Sang Bocah: Untuk Bupati Boalemo

Bagikan dengan:

Wartawan: Kisman Abubakar | Editor: AMS

DM1.CO.ID, BOALEMO: Sengatan matahari, pada hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74 tahun, Sabtu siang 17 Agustus 2019, di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Paguyaman, memang tidaklah amat menusuk.

Namun hati akan terasa tertusuk, ketika menyaksikan seorang bocah tepat di sisi jalan yang rusak, sedang menghalau dan mengulurkan ember kecil berwarna putih kepada setiap pengendara yang melintas di Jalan Trans Sulawesi tersebut.

Sang bocah ini belum tahu, bagaimana “mengisi” kemerdekaan yang “katanya” telah direbut di negeri ini dari tangan penjajah.

Yang ia tahu, bagaimana ember putih yang dipegangnya itu dapat terisi dengan uang secepatnya, meski hanya recehan dari mereka yang mungkin sudah merasakan dan menikmati kemerdekaan di negeri ini.

Adalah bocah itu bernama Rehan. Saat ini, ia duduk di bangku kelas II SD Negeri 26 Desa Bongo Nol, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo.

Rehan mengaku malu kepada jurnalis DM1 yang sempat menanyakan alasan keberadaan dirinya di pinggir jalan itu.

Namun Rehan mengaku tidak sedang mengemis. Yang ia lakukan hanya upaya untuk mengingatkan orang-orang yang telah menikmati kemerdekaan saat ini untuk dapat berbagi kepada mereka yang terlupakan seperti dirinya, dan juga seperti jalan yang rusak itu agar dapat segera mendapat perbaikan.

Rehan tahu, bahwa saat ini Indonesia telah merdeka dari penindasan penjajah. Sudah 74 tahun berlalu. Tapi Rehan nampaknya heran di negeri ini masih banyak yang tertindas (terhimpit) dengan kemiskinan dan kesusahan hidup, termasuk dirinya.

Untuk ke sekolah saja, Rehan harus berjalan menempuh sekitar 2 Kilometer dari rumahnya. Dengan jarak sejauh itu, tentu saja dia menginginkan sepeda, seperti yang dimiliki oleh teman-teman seusianya.

Tapi apalah daya, Rehan mengaku, kedua orang tuanya belum mampu. Jangankan beli sepeda, untuk memenuhi kebutuhan hari-hari saja masih sangat sulit.

Olehnya itulah, Rehan pun berinisiatif memanfaatkan sisi jalan trans yang rusak di sekitar rumahnya itu, dengan mencoba “mengetuk” hati para pengendara yang melintas untuk dapat berbagi “kemerdekaan” kepadanya. Dan rutinitas ini dilakukan Rehan sepulang dari sekolah.

Boss.., boss.., boss,” demikian Rehan menyapa setiap pengendara yang melintas di depannya, tepat di sisi jalan yang rusak itu.

Dengan polosnya, Rehan mengaku paling banyak bisa mendapatkan “bantuan” dari para pengendara yang mengisi ember putihnya itu adalah sekitar Rp. 60 Ribu sehari. Itupun, kata Rehan masih harus berbagi dengan sejumlah temannya yang sesekali bergantian memegang ember putih tersebut.

Rehan berharap, dengan perjuangannya itu bisa membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkannya, yakni dapat membeli sebuah sepeda untuk digunakan ke sekolah.

Dan hanya sebatas itulah kiranya Rehan memaknai kemerdekaan Indonesia saat ini.

Lalu bagaimana dengan pemerintah, khususnya Bupati Boalemo dalam memaknai hari kemerdekaan ini? Sudahkah berbagi kenikmatan kemerdekaan kepada anak-anak yang terhimpit (susah) seperti Rehan?

Entahlah! Yang jelas “penampakan” bocah seperti Rehan tidaklah akan pernah ada, apabila pemimpin daerah bisa benar-benar mengisi kemerdekaan ini dengan penuh pengabdian, salah satunya adalah dengan memberikan kepedulian langsung dan kasih sayang yang besar kepada anak-anak dari keluarga miskin.

“Ember putih” Rehan juga hendaknya sekaligus dapat “diisi” oleh pemerintah pusat dengan berbagai upaya yang mengarah kepada percepatan pembangunan, terutama yang terkait pada peningkatan pemerataan pembangunan berkeadilan dan berkesejahteraan sosial. (kab/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

8,316 views

Next Post

SKB Kwandang ke Arah Mencerdaskan Bangsa: Antara Tantangan dan Harapan

Ming Agu 18 , 2019
Wartawan: Mulkan Hidayatullah | Editor: AMS DM1.CO.ID, GORUT: Masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) yang putus sekolah, khususnya yang masih usia sekolah, hendaknya dapat mendaftarkan diri di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kecamatan Kwandang.