Oleh: Abdul Muis Syam
BANK Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal pertama tahun ini mencapai 387,5 Miliar Dolar AS atau sekitar Rp. 5.425 Triliun (kurs Rp.14 Ribu per Dolar AS). Angka tersebut naik 8,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu 330,04 Miliar Dolar AS.
Dengan besaran utang seperti itu, Pemerintah Indonesia bukannya mencari cara yang jitu untuk menguranginya, Pemerintah Indonesia malah memohon utang lagi di Bank Dunia.
Alhasil, Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia menyetujui permohonan pinjaman tersebut sebesar 300 Juta Dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp.4,3 Triliun, yang akan diberikan ke Pemerintah Indonesia.
Di saat utang makin meroket, pemerintah nyatanya juga kian sibuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berkali-kali.
Baru-baru ini, Pertamina menaikkan lagi harga BBM non-subsidi spesifikasi Bahan Bakar Khusus (BBK), di antaranya Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex, yang diberlakukan mulai Ahad (1 Juli 2018) ini. Besaran kenaikannya antara Rp.600 hingga Rp.900 per-liter.
Demikian juga dengan harga gas elpiji 3 Kg yang kini mengalami kenaikan sangat tinggi dari harga rata-rata Rp.18.000 menjadi Rp.39.000.
Dan, hanya begitulah kiranya kemampuan serta kehebatan rezim saat ini. Yakni, berusaha membayar utang hanya dengan cara “mencekik dan memeras rakyat” melalui kenaikan harga BBM, yang berimbas naiknya barang-barang kebutuhan pokok masyarakat.
Bukan hanya itu, nilai Rupiah terhadap Dolar AS juga makin melemah. Nilai rupiah saat ini hampir tembus di angka Rp.14.500 per Dolar AS.
Harga BBM naik dan Rupiah makin lemas, membuat harga barang-barang kebutuhan masyarakat serta produk konsumtif sudah pasti juga mengalami kenaikan harga.
Tahu kan apa jawaban dan tanggapan “kocak” dari pemerintah di saat rakyat menjerit karena harga barang-barang yang serba mahal?
Di saat harga beras mahal? Pemerintah dengan entengnya menjawab, “makanya ditawar”. Sebelumnya, Puan Maharani bahkan menegaskan di saat harga beras naik agar orang miskin diet dan jangan banyak-banyak makan.
Begitupun di saat harga cabai makin ‘pedas’, pemerintah justru memberi solusi yang ‘pedas’ pula, yakni rakyat disuruh tanam cabai sendiri di rumah masing-masing.
Dan ketika harga daging mahal, pemerintah juga dengan percaya dirinya menyarankan agar masyarakat beralih makan keong sawah.
Begitulah “kerja… kerja… kerja” yang dilakukan oleh rezim yang mengaku sebagai pejuang rakyat kecil itu.
Padahal di saat partai politik pengusung rezim ini belum berkuasa, mereka-lah yang sering “walk-out” di DPR-RI di kala harga BBM ingin dinaikkan. Namun ketika sedang berkuasa seperti saat ini, justru mereka-lah yang sangat “all-out” menaikkan harga BBM.
Dan kini, rezim saat ini sepertinya benar-benar telah berhasil membuat rakyat yang hampir miskin betul-betul menjadi miskin, dan yang miskin makin sengsara.
Belum lagi dengan janji untuk menyediakan 10 juta lapangan pekerjaan, yang hingga saat ini hampir usai masa jabatannya, rezim ini belum juga mampu mewujudkan janji-janjinya tersebut. Yang ada malah lapangan pekerjaan diisi oleh para Tenaga Kerja Asing (TKA). Sehingga hati rakyatpun makin tersakiti.
Menyadari kondisi ekonomi yang diciptakan oleh rezim saat ini , mantan Menko Perekonomian, Dr. Rizal Ramli menegaskan, bahwa tim ekonomi pemerintah saat ini benar-benar tidak mampu mengatasi persoalan ekonomi sekarang.
“Saya mohon maaf Pak Jokowi, saya mau katakan, tim ekonomi Pak Jokowi tidak mampu mengatasi situasi (ekonomi) seperti ini,” tutur Rizal Ramli, dalam acara Halal bi Halal keluarga Besar Universitas Bung Karno, Jalan Kimia, Jakarta Pusat, Jumat (29/06/2018).
Rizal Ramli yang juga sosok tokoh pergerakan perubahan nasional ini mengaku telah berkeliling ke Indonesia. Ia menemukan banyak masyarakat yang merasakan lelah dengan kondisi kehidupannya saat ini yang dirasa serba susah dengan beban ekonomi yang sangat berat.
“Rakyat mau perubahan. Di mana-mana saya keliling Indonesia, di Jawa, luar Jawa, mereka (mengaku) capek hidup kayak gini,” ungkap Rizal Ramli.
Persoalan kesulitan ekonomi, kata Rizal Ramli, tidak hanya dirasakan oleh kalangan menengah ke bawah saja. Namun para pelaku bisnis pun ikut merasakannya.
“Ekonomi susah, lapangan kerja nyaris kecil, dan kalangan bisnis capek, ekonomi payah, ekonomi rontok,” ucap Rizal Ramli dalam acara Halal bi Halal yang di hadiri oleh sejumlah tokoh penting. Di antaranya Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto; Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais; Wakil Ketua DPR-RI, Fadli Zon; serta sejumlah tokoh penting lainnya.