Terkait “Porak-porandanya” Kota Gorontalo, Warga ini Menulis Surat Terbuka Buat Wali Kota Gorontalo

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, OPINI: Wali Kota Gorontalo, Dr. H. Marten Taha, SE, M.Ec.Dev, saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan pembenahan Kota Gorontalo melalui berbagai proyek yang dibiayai oleh dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional).

Sayangnya, sejumlah proyek yang sedang dikerjakan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan bahkan terancam sulit diselesaikan oleh kontraktornya masing-masing. Sehingga membuat mimpi-mimpi indah masyarakat akan pulihnya ekonomi dari hantaman Covid19, saat ini pun terasa sirna lantaran kondisi pengerjaan sejumlah proyek yang boleh dikata sangat berantakan, dan wajah Kota Gorontalo pun mendadak berubah jadi “remuk”.

Keluhan masyarakat pun bersahut-sahutan siang dan malam diiringi “nyanyian” kekecewaan melelahkan di hati yang entah kapan berakhir.

Dari keluhan dan kekecewaan yang telah melilit-lilit itulah, seorang warga Kota Gorontalo kemudian mengirim Surat Terbuka ke meja redaksi DM1, pada Kamis pagi (22/12/2022). Surat Terbuka tersebut ditujukan kepada Wali Kota Gorontalo. Berikut di bawah ini kutipan isi suratnya secara lengkap:

—–

Kepada Yang Terhormat
Wali Kota Gorontalo
Bapak Dr.H. Marten Taha, SE, M.Ec.Dev
Di-
      Tempat

Assalamu ‘alaiykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT, senantiasa diberikan kesehatan lahir dan batin, serta keselamatan di dunia juga di akhirat. Amin.

Pertama-tama, perkenalkan nama saya, Hartono Kaluku, pekerjaan wiraswasta. Bertempat tinggal di Jalan Sam Ratulangi, Nomor 99, Kelurahan Limba U2, Kecamatan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Bapak Wali Kota yang saya hormati. Terlebih dahulu saya memohon maaf sebesar-besarnya atas sikap saya yang terpaksa harus menulis surat terbuka yang saya tujukan kepada Bapak Marten Taha selaku Wali Kota Gorontalo terkait sejumlah proyek PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), terutama proyek Revitalisasi di Kawasan Kompleks Pusat Perdagangan (Kampung Cina) dan juga Proyek Rekonstruksi/Peningkatan Jalan Nani Wartabone (ex. Jalan Panjaitan).

Surat terbuka ini merasa perlu saya sampaikan secara terbuka di hadapan publik, karena hampir semua warga Kota Gorontalo (termasuk saya) saat ini sesungguhnya sudah cukup lama bersabar dalam kesusahan dan bahkan “penderitaan serta ketersiksaan” akibat kedua proyek di atas yang sampai kini (beberapa hari lagi memasuki tahun 2023) belum memperlihatkan tanda-tanda terselesaikan secara tuntas, sehingga membuat wajah Kota Gorontalo jadi tampak “porak-poranda”.

Sudah berbulan-bulan, dan bahkan setahun sudah warga yang berada di sekitar lokasi kedua proyek tersebut bagai hidup di “padang tandus”.

Yakni, ketika bangun pagi, hidung mereka para warga langsung “ditusuk” dengan aroma tak sedap (bau busuk) dari selokan yang tampak telah menjelma bagai karpet hijau bercampur hitam (belumut tebal).

Dan ketika siang, mereka para warga seolah harus dipaksa menghirup udara yang bercampur dengan debu-debu tebal beterbangan.

Lalu ketika malam, mereka para warga tanpa ampun diserbu dan diserang nyamuk yang berasal dari got yang juga dipenuhi sampah menyerupai limbah.

Ketersiksaan hidup para warga di sekitar kedua proyek itu makin bertambah lengkap dengan pendapatan ekonomi mereka yang terus menurun dan terpuruk dari hari ke hari. Terutama sebagian besar warung-warung kecil, dan rumah-rumah makan hanya dapat dihitung jari pengunjung per minggu. Dan sungguh kondisi ekonomi warga di sekitar proyek itu benar-benar jatuh jungkir-balik, terkapar lemas tak berdaya.

Padahal, mereka para warga tersebut belum pulih dan baru saja ingin bangkit dari “serangan” Covid19 selama 2 tahun, namun kini nyatanya ekonomi mereka lagi-lagi harus kembali dihantam oleh situasi pengerjaan kedua proyek yang entah kapan selesainya. Sungguh menyedihkan!

Bukan hanya warga di sekitar proyek tesebut yang mengalami kesulitan dan juga “penderitaan”, warga yang berasal dari luar lokasi proyek-proyek itu juga mengalami ketersiksaan. Yakni, tersiksa karena melalui jalan di sekitar proyek itu yang kerap menimbulkan kemacetan yang sangat padat.

Melihat secara langsung ketersiksaan dan “penderitaan” para warga Kota Gorontalo akibat kedua proyek itu, saya sungguh benar-benar menarik nafas, mengusap wajah dan menyapu-nyapu dada sebagai tanda kesedihan atas besar dan tingginya kesabaran para warga.

Di benak saya pun diselimuti pertanyaan, bahwa “apakah hati para warga itu terbuat dari hati malaikat, yang mampu bersabar bertahan hidup dalam kondisi yang seolah bagai di “padang tandus”? Mungkinkah air mata mereka sudah mengering lantaran diterpa debu-debu jalanan, dan habis terisap oleh kawanan nyamuk-nyamuk?

Atau apakah jeritan tangis dan suara-suara mereka sudah tak terdengar lagi di telinga para pejabat dan aparat yang berkompeten, sampai-sampai tak ada reaksi sedikit pun yang terlihat dari para pejabat dan aparat berkompeten itu untuk segera menyelamatkan penderitaan para warga tersebut? Padahal semua gambaran penderitaan para warga itu terpajang dengan sangat jelas dan terang-benderang, tepat di depan mata kita semuanya akibat kedua proyek yang kini bisa dipastikan akan mangkrak.

Bapak Wali Kota Gorontalo yang terhormat, mengetahui hal itu semua, membuat saya pun harus memberanikan diri untuk mengajukan satu pertanyaan kepada Bapak. Ya, cukup satu pertanyaan saja kepada Bapak Marten Taha sebagai pemimpin kami di Kota Gorontalo yang kita semuai cintai ini.

Pertanyaan itu adalah, “Ketika Bapak mengetahui kondisi jantung Kota Gorontalo yang boleh dikata sudah “porak-poranda” akibat ketidak-becusan pengerjaan kedua proyek itu, apakah Bapak sebagai Wali Kota Gorontalo telah mengambil sikap dan langkah tegas terhadap bawahan Bapak yang ada di dinas teknis?”

Jika Bapak belum mengambil sikap dan langkah tegas terhadap bawahan Bapak di dinas teknis, maka itu bisa ditebak Bapak sedang melakukan pembiaran terhadap kondisi Kota Gorontalo yang kini berantakan, dan juga tega membiarkan nasib para warga terus tersiksa dalam penderitaan akibat kedua proyek itu.

Jika jawaban Bapak adalah “bahwa masalah ini akan diserahkan ke penanganan hukum”, maka itu sepertinya Bapak seakan-akan ingin lepas tanggung-jawab sebagai pucuk pimpinan di Kota Gorontalo ini.

Sebab, jawaban seperti itu tidak bakal menyelesaikan dan juga menyelamatkan kondisi ketersiksaan juga penderitaan para warga Kota Gorontalo yang terkena dampak dari amburadulnya pengerjaan dua proyek tersebut.

Artinya, dengan kondisi parah seperti saat ini kita tidak perlu lagi berbicara panjang lebar soal metode, teknis, bahkan aturan. Saya hanya bertanya, terkait kinerja dan “karya nyata” melalui dua proyek yang kacau seperti itu, tindakan tegas seperti apa yang telah Bapak tempuh kepada para bawahan Bapak di dinas teknis sebagai pihak yang harus bertanggung-jawab? Sebab, dinas teknis adalah pihak yang harus bertanggung jawab dari perencanaan, desain, pemilihan kontraktor/penyedianya, sampai dengan pelaksanaannya mereka (dinas teknis itu) yang menentukan.

Demikian surat terbuka ini saya buat dalam keadaan sehat dan sadar tanpa pengaruh dari pihak mana pun. Dan bahkan tak ada tendensi apa-apa. Karena saya hanya sebagai masyarakat biasa, salah satu warga Kota Gorontalo yang tidak aktif dalam suatu LSM atau sebuah partai politik mana pun.

Sekali lagi saya memohon maaf sebesar-besarnya, semoga Bapak Wali Kota senantiasa diberi kesehatan lahir dan batin. Terima kasih. Salam sukses, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam hormat,

 

Hartono Kaluku

—–

  

Hartono mengaku, bahwa Surat Terbuka tersebut ia tulis bukan bermaksud untuk menjatuhkan siapa-siapa, terutama Wali Kota Gorontalo. Bahkan bukan merupakan kebencian kepada siapa-siapa.

Hartono menyatakan, dirinya menulis Surat Terbuka itu justru merupakan bentuk kepedulian dan perhatiannya yang besar terhadap Wali Kota Gorontalo agar tidak dianggap sebagai pemimpin yang tak punya solusi atas kesusahan yang dihadapi oleh warganya akibat “kelalaian” yang timbul dari proyek-proyek tersebut. (red-dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

3,441 views

Next Post

Bakal Ada Demo Besar-besaran: Mendagri Diminta “Anak Buah” Menpora ini Ditukar Posisi dengan Penjabup Boalemo

Sab Des 24 , 2022
DM1.CO.ID, GORONTALO: Pada 12 Mei 2022, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) melantik Hamka Hendra Noer sebagai Penjabat Gubernur (Penjagub) Gorontalo. Sebelumnya, Hamka yang lahir di Manado pada 20 Juli 1968 itu, dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Budaya Sportivitas di Kementerian Pemuda dan Olahraga, pada 1 Maret 2021.