DM1.CO.ID, JAKARTA: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sebanyak 25,8 persen penduduk usia 18 tahun ke atas terkena penyakit hipertensi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Lily S Sulistyowati, MM, mengutip data tersebut berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, bahwa prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8 persen.
Artinya seperempat warga Indonesia hipertensi. Sedangkan Survei Indikator Kesehatan Nasional 2016 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk 18 tahun keatas di Tanah Air sebesar 32,4 persen.
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi yang dapat mengakibatkan penyakit lain, seperti penyakit jantung dan gagal ginjal.
Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong melawan dinding arteri (pembuluh darah bersih), dari jantung yang memompa darah melalui arteri. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah.
Tekanan darah normal biasanya adalah 120/80. Seseorang disebut mengidap hipertensi atau memiliki darah tinggi jika angkanya sekitar 140 mm Hg sistolik atau lebih, dan/atau 90 mm Hg diastolik atau lebih.
“Hipertensi banyak terjadi pada umur 35 hingga 44 tahun yaitu 6,3 persen, umur 45 sampai 54 tahun (11,9 persen), usia 55 hingga 64 tahun sebanyak 17,2 persen,” ungkap Lily Sulistyowati, saat konferensi Pers mengenai hipertensi, di Jakarta, Rabu (17/5/2017).
Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi hipertensi terbanyak pada tingkat menengah ke bawah 27,2 persen, dan menengah ke atas 25,9 persen.
Namun, masih berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi dari 25,8 persen tersebut hanya sepertiga yang terdiagnosis. Sisanya sebanyak dua per-tiga tidak terdiagnosis.
Data menunjukkan hanya 0,7 persen orang yang terdiagnosis hipertensi minum obat. Risiko hipertensi ini bertambah ketika usia yang semakin tua maka semakin tinggi juga risiko diserang hipertensi.
Tetapi, disebutkannya, hipertensi bisa terkontrol asal patuh. “Untuk itu jaga gaya hidup, tak merokok, menjaga makanan dan konsumsi buah serta sayur, olahraga, dan cek kesehatan,” imbaunya.
Jika bisa menjaganya, kata Lily, tekanan darah bisa kembali seperti normal di bawah 140/80 mmHg. Namun, penyakit ini hanya bisa dikontrol, jadi bukan disembuhkan.
Menurut Lily, pihak Kemenkes hingga saat ini terus melakukan berbagai upaya, termasuk promosi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pengendalian hipertensi melalui perilaku ‘CERDIK’ yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
(dbs/DM1)