DM1.CO.ID, GORONTALO: Diterpa tudingan sedang menjalin hubungan gelap (Hugel) atau perselingkuhan, dan bahkan disebut-sebut telah berbuat mesum bersama istri orang, serta kini dituduh telah menelantarkan istri dan anak, membuat Masbro (nama samaran) akhirnya bersedia untuk diwawancarai secara eksklusif oleh Pemimpin Redaksi (Pemred) DM1, pada Jumat malam (28/5/2021), di salah satu ruangan Kantor Badan Kesbang-Pol Provinsi Gorontalo.
Pria berperawakan tinggi yang kini memegang jabatan sebagai Kepala Dinas (Kadis) Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Gorontalo itu, memanfaatkan ruang dan waktu yang disediakan oleh Pemred DM1 sebagai wujud perimbangan berita sekaligus menjadi momen klarifikasi, yang terlaksana atas mediasi dari Kepala Badan Kesbang-Pol Provinsi Gorontalo.
Pada wawancara eksklusif malam itu, Masbro bercerita dan menumpahkan semua kisahnya yang direkam secara audio selama 3 jam 41 menit 50 detik.
Masbro mengaku awalnya tak ingin menghiraukan seluruh “kicauan miring” publik yang terlanjur ikut menghakiminya sebagai sosok yang seolah tidak bermoral, akibat dari pemberitaan kejadiaan penggerebekannya dengan seorang wanita yang telah bersuami bernama Rindi (nama samaran), pada Sabtu tengah malam (6/2/2021) silam.
Bahkan pasca kejadian itu, Masbro mengaku ingin lebih memilih diam. Sebab, persoalan yang melilitnya itu adalah murni masalah pribadi. Namun, lantaran persoalan pribadinya itu makin hari semakin ikut merembes dan menyeret nama Rusli Habibie sebagai Gubernur Gorontalo, membuat Masbro pun mau tidak mau akhirnya harus bersuara untuk menceritakan duduk persoalan pribadinya itu dari awal ke ujung, yakni dengan mengungkapkan kisahnya dari sejak berkenalan, menikah, hingga akhirnya terpaksa berada di ambang perceraian dengan Eta (nama samaran istri Masbro). Berikut ini adalah penuturan kisah Masbro yang dirangkum dalam bentuk naratif.
Masbro pertama kali menikah pada 2007. Sayangnya, wanita yang dinikahinya itu meninggal dunia pada 2013 dengan menitipkan sepasang anak (1 laki-laki usia 3 tahun, dan 1 perempuan usia 1 tahun lebih), bernama Dani dan Dini (keduanya nama samaran).
Sejak berstatus sebagai duda, Masbro mengaku melalui hari-hari panjang yang dipenuhi dengan banyak godaan yang berat dan sangat melelahkan. Sehingga ia pun berpikir untuk segera dapat mengakhiri masa lajangnya.
Ketika itu, ada 3 wanita yang “hadir dan muncul” sebagai sosok yang bisa menjadi pilihannya, karena tampak menyayangi kedua anak Masbro, di antaranya dengan kerap mengajak jalan-jalan ke mall atau menonton bioskop di Studio XXI. Dan ketiga-tiganya memang adalah pegawai eselon III yang telah mapan.
Meski begitu, Masbro ternyata pada akhirnya harus menjatuhkan pilihannya kepada Eta (inisial ED). Alasan Masbro memilih gadis dari Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) yang berprofesi sebagai guru SD itu, yakni karena telah yatim-piatu sejak kecil dan telah diasuh serta dibesarkan oleh ayah serta ibu angkatnya.
Masbro pertama kali mengenal Eta melalui media sosial (Messenger). Dari situ, saling tukar nomor telepon seluler dan WhatsApp, lalu menjalin hubungan asmara secara LDR (Long Distance Relationship: hubungan jarak jauh, Gorontalo-Bolmut). Namun juga sesekali Masbro menyempatkan diri mengunjungi dan menemui Eta secara langsung.
Setelah semakin akrab karena telah saling mengetahui latar-belakang masing-masing, Masbro dan Eta pun akhirnya melangsungkan pernikahannya di Bolmut, pada 13 September 2014 dengan suasana yang cukup sederhana.
Namun pasca menikah, keduanya masih harus berpisah jarak. Masbro harus kembali ke Gorontalo untuk melaksanakan tugasnya sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Sementara Eta juga masih tetap harus menunaikan tugasnya sebagai guru SD di Bolmut. Sehingga akhir pekan dimanfaatkan oleh Masbro berkunjung ke Bolmut untuk menemui Eta, istrinya. “Karena sekali seminggu saya harus temui dia, itu jarak panjang dan melelahkan dari Gorontalo ke Bolmut tidak terasa lagi,” kenang Masbro.
Namun pada akhirnya, Eta kemudian berhasil pindah mengajar dari Bolmut ke salah satu SD yang ada di Kelurahan Sipatana, Kota Gorontalo. Dan itu dapat terjadi berkat perjuangan Masbro yang tidak mengenal lelah melakukan pendekatan kepada kepala daerah serta pihak-pihak berkompeten di Bolmut, dan harus bolak-balik mengurus berbagai berkas yang dibutuhkan oleh pihak Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di empat daerah, yakni BKD Bolmut, BKD Provinsi Sulawesi Utara, BKD Provinsi Gorontalo, dan BKD Kota Gorontalo.
Kepedulian dan keseriusan untuk memberikan yang terbaik kepada Eta sebagai istri, sungguh benar-benar ingin maksimal diperlihatkan oleh Masbro. Bahkan ayah angkat Eta pun tak luput dari perhatian Masbro, yakni dengan memberikan satu unit hand-tractor pertanian dan sejumlah bibit jagung.
Menjadi suami Eta, Masbro mengaku sangat bersyukur karena Tuhan telah memberikan kesempatan untuk mengangkat derajat seorang anak yatim-piatu, karena dapat sekaligus menjadi ladang amal.
Bahkan Masbro juga mengaku sangat bahagia bisa menjadikan Eta sebagai istri. Sebab dengan begitu, kedua anaknya yang masih kecil itu (Dani dan Dini) tentu sekaligus mendapatkan ibu “baru” yang akan memberikan kasih sayang nan tulus, pengganti almarhumah ibu kandungnya.
Sayangnya, menurut Masbro, rasa bahagia dan bayang-bayang nan indah itu meleset jauh dari yang diharapkan. Bagai embun yang mengkristal dan berkilau indah nan sejuk, harus sirna tanpa bekas di atas helai dedaunan seiring meningginya sang surya.
Kasih sayang yang diharapkan dari Eta kepada kedua anak Masbro, beberapa saat sesudah menikah hingga saat ini, benar-benar tidak terwujud sebagaimana yang pernah diperlihatkan dan bahkan menjadi komitmen Eta sejak sebelum menikah.
Masbro mengungkapkan, Eta selama ini memandang si kecil Dani dan Dini adalah musuh besar. Ketika mengajar Dini di rumah, tak jarang Eta melontarkan suara sangat keras dengan nada membentak-bentak. Sehingga Dini tak hanya harus menangis terisak-isak, tetapi juga sudah sangat merasa ketakutan dan bahkan tertekan.
Begitu pun dengan soal makanan. Tak jarang ketika Masbro tiba di rumah sepulang dari kantor kerap menanyakan Dani dan Dini, apakah sudah makan atau belum? Keduanya selalu menjawab, sudah! Tapi anehnya, Dani dan Dini selalu ikut makan bersama Masbro dengan sangat lahap dan bahkan harus menambah makan berkali-kali, kendati Dani dan Dini telah menjawab bahwa dirinya sudah makan.
Seringnya mendapat “tekanan” dari Eta, membuat Dani dan Dini pun akhirnya juga tampak lebih banyak mengurung diri dalam kamar. Mereka baru bisa merasa “bebas” dan keluar dari kamar ketika Masbro sudah tiba di rumah, pada sore dan bahkan malam hari.
Bukan hanya Dani dan Dini yang mendapat perlakuan “tak layak” dari Eta. Tetapi Masbro mengaku dirinya juga sangat sering diperlakukan tidak layak sebagai suami.
Yakni, Eta sangat sering tidak menemani duduk Masbro ketika di rumah sedang menyantap makanan di meja makan. Sehingga dalam kondisi seperti itu, Masbro merasa mengaku sangat sedih dan berkali-kali nyaris menangis diam-diam, karena seolah tak punya istri yang bisa menemaninya duduk pada saat sedang makan.
Padahal, makanan yang disajikan itu dimasak oleh pembantu yang bahan-bahannya dibeli sendiri oleh Masbro di pasar selepas jam kantor.
Bukan hanya itu, menurut Masbro, ada yang lebih “parah” lagi yang kerap dilakukan oleh Eta, yaitu seputar kewajiban Eta sebagai istri terkait pelayanan kebutuhan biologis.
Masbro membeberkan, Eta sering menolak jika diajak dan diminta untuk urusan “ML”. Menurut Masbro, jika satu atau dua kali menolak, maka itu tentu tidaklah masalah. Tetapi penolakan itu sudah sangat berkali-kali dilakukan oleh Eta, dengan alasan lelah. Sehingga, berkali-kali pula Masbro harus terpaksa melakukan “swalayan” hingga tertidur dalam keadaan kecewa berat. Dan hal itu, kata Masbro, tentu saja sangat mempengaruhi emosi dan psikologisnya sebagai seorang pekerja yang berprofesi sebagai pamong-praja.
Meski begitu, Masbro mengaku tetap sabar dan hanya bisa diam seribu bahasa, alias tidak ingin marah dengan suara keras hingga harus ribut. “Saya kalau lagi marah itu, lebih baik diam,” ujar Masbro.
Masbro mengaku bingung dengan sikap Eta yang tidak mencerminkan sebagai istri. Yakni, di saat kewajiban sebagai istri belum mampu ditunaikan dengan baik, Eta malah menuntut banyak hak-haknya.
Dari perjalanan awal sesaat setelah menikah, menurut Masbro, Eta memang sudah berkali-kali minta untuk dibelikan rumah sendiri. Setiap kali melihat rumah yang ditawarkan melalui media sosial seperti Facebook, maka postingan penawaran rumah itu pasti langsung di-share oleh Eta ke Masbro, dengan harapan agar rumah itu bisa segera dibeli.
“Tapi saya tidak pernah meladeninya, karena saya sudah pernah katakan ke dia, bahwa rumah saat ini adalah juga rumah kamu, kamu berhak menempatinya bersama semua anak-anak, dan tidak ada yang akan mengganggu, karena ibu mereka bukan cerai hidup, tetapi cerai mati,” ujar Masbro.
Meski Masbro mengaku sudah berkali-kali memberikan pengertian bernada nasihat, namun Eta nyatanya terus mendesak untuk dapat pula dibelikan rumah sendiri, terlebih ketika Eta telah melahirkan seorang anak.
Kendati merasakan adanya suasana yang sudah tidak nyaman, dan bahkan merasa tertekan dengan berbagai tuntutan dari istrinya, Masbro mengaku tetap berusaha sabar dan terus menyadarkan Eta bahwa untuk mebeli rumah saat ini belum bisa ditunaikan.
“Saya katakan ke dia, kecuali saya korupsi. Kau mau ajarkan saya korupsi? Kalau saya korupsi, maka saya penuhi semua keinginanmu, termasuk rumah. Tapi mohon maaf, saya masih dilindungi Allah untuk tidak sekali-kali korupsi,” ucap Masbro mengutip nasihat yang pernah disampaikannya kepada Eta.
Masbro menilai, sikap yang diperlihatkan Eta lebih mendekati kufur nikmat. Sebab, menurut Masbro, tidak sedikit kebutuhan lainnya yang diinginkan Eta, pasti dipenuhi. Seperti berbagai peralatan serta biaya kursus membuat kue sebagai salah satu usaha sampingannya. “Sampai-sampai saya ikut menjual kue hasil buatannya dengan cara menawarkan ke sejumlah pejabat atau teman-teman pegawai lainnya,” ungkap Masbro.
Bukan cuma itu, sepeda motor bekas yang rencana diinginkan oleh Eta, malah dibelikan dengan kondisi yang baru atas nama Eta namun tetap dibayar secara berangsur oleh Masbro.
Begitupun dengan sebuah bisnis MLM (Multi Level Marketing) yang digeluti oleh Eta. Ada puluhan juta yang sudah Masbro berikan kepada Eta untuk dijadikan sebagai modal guna melancarkan bisnis MLM tersebut.
Namun lagi-lagi Masbro mengaku harus bingung. Sebab, meski telah memenuhi berbagai kebutuhan penunjang usaha sampingan (pembuatan kue dan MLM itu), Eta nyatanya masih tetap tidak mampu sedikit pun meringankan beban Masbro, paling tidak menjemput di pintu dan memberi senyum di kala suami pulang dari kantor.
Kebingungan Masbro di antaranya adalah terkait gaji yang diterimanya sebagai pejabat tidak pernah dirasa bertambah. “Padahal saya ini eselon dua, tapi saya heran gaji yang saya terima selalu kurang,” ujar Masbro.
Ternyata setelah ditelusuri, kata Masbro, gajinya sudah dipotong secara otomatis untuk membayar utang-utang yang diambil oleh Eta tanpa sepengetahuannya. Tak hanya itu, ungkap Masbro lagi, uang-uang yang disimpan di dalam tas pribadi dan juga di kantong baju dinasnya selalu hilang. “Dan dia (Eta) memang jujur bahwa dirinya yang ambil uang tersebut. Cuma saya kecewanya karena saat ingin mengambil uang itu tidak diawali dengan bertanya atau izin. Yang terjadi adalah uangnya diambil lebih dulu, lalu nanti belakangan baru bilang,” tutur Masbro.
Itulah, lanjut Masbro, yang membuat kebingungan besar. Sebab, sudah dilengkapi peralatan dan juga diberi modal puluhan juta untuk usaha sampingannya, tapi uang di dalam tas dan kantong baju juga masih selalu saja diambil secara diam-diam. Dan diperparah lagi dengan berani mengambil utang di koperasi tanpa sepengetahuan suami. “Padahal gajinya sebagai guru tidak pernah saya tahu apalagi untuk mencampurinya,” ujar Masbro.
Selain bingung dengan hal tersebut, juga ada hal lainnya yang kadang Eta lakukan. Yakni, beberapa kali kesurupan hingga bertindak aneh-aneh. “Pernah saat saya duduk di rumah, dia mondar-mandir di depan saya, dan tiba-tiba dia roboh di dekat meja, untung kepalanya tidak terbentur di meja itu. Spontan saya langsung gendong. Tapi tiba-tiba dia mencekik leher saya sambil bersuara aneh-aneh,” ungkap Masbro.
Bukan cuma yang membingungkan dan hal-hal aneh lainnya, tetapi ada kebiasaan buruk yang juga sering Eta perbuat. Yakni, keluar rumah tanpa izin. Sehingga Masbro sebagai suami merasa seolah-olah tak dihargai. Bahkan Eta seingat Masbro telah tiga kali ingin turun (keluar/minggat) dari rumah, di antaranya hanya dipicu oleh persoalan belum terpenuhinya permintaannya untuk dibelikan sebuah rumah. Dan terakhir, kata Masbro, Eta kembali turun dari rumah sesaat setelah kejadian penggerebekan itu.
Sikap kufur nikmat dan tidak menghargai suami, menurut Masbro, sangat menonjol pada diri Eta. Selain kerap keluar rumah tanpa izin, salah satu bukti sikap tidak menghargai suami juga dilakukan Eta dengan berani menyuruh orang lain untuk mengintai dan membututi pergerakan Masbro di luar rumah.
Padahal, Masbro mengaku selama ini tidak pernah melakukan hal yang macam-macam seperti berselingkuh dengan wanita lain sejak masih dengan istri pertama (almarhumah). Masbro sangat menyayangkan sikap Eta yang sangat tinggi dan berlebih-lebihan kecurigaannya terhadap sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
Masbro mengaku sangat menginginkan Eta bisa terbuka berkomunikasi atau membicarakan dengan baik-baik jika ada sesuatu yang membuatnya curiga, bukan malah mengajak orang lain seperti pengacara dan polisi untuk membuntuti atau mengintai lalu menggerebek suami di rumah orang yang belum tentu melakukan perbuatan amoral, sehingga akhirnya berita penggerebekan itu pun menjadi ribut dan tersebar di mana-mana, dan menyeret orang-orang yang tak bersalah.
Parahnya, kata Masbro, pasca penggerebekan, Eta dengan sangat tega langsung melaporkan suaminya sendiri ke Polisi, seakan ia bangga telah berhasil menumbangkan suami yang seolah sebagai “musuhnya”. Bahkan di saat bersamaan, Eta lagi-lagi tak lupa meminta sebuah rumah dan uang Rp.50 Juta sebagai syarat sekaligus sinyal untuk mengakhiri pernikahan, alias cerai.
Dengan perlakuan seperti itu, membuat Masbro justru merasa dirinyalah yang dikhianati dan bahkan dizalimi oleh istrinya sendiri.
Sebab, menurut Masbro, pada malam kejadian penggerebekan itu, dirinya bersama Rindi tidak melakukan perbuatan asusila sedikit pun seperti yang dituduhkan oleh Eta.
Masbro mengaku kedatangannya malam itu tujuannya adalah sama dengan kedatangannya di hari-hari sebelumnya, yakni murni untuk membicarakan kepentingan bisnis. Selain itu, Masbro mengaku di malam itu sebelum penggerebekan, ia sempat mengajarkan anaknya Rindi mengaji, Surah Al-‘Adiyat (Kuda Perang yang Berlari Kencang).
Memang, kata Masbro, Rindi-lah yang meneleponnya untuk datang ke rumah itu, tetapi itu adalah atas suruhan ayahnya. Sebab, ayahnya Rindi adalah orang yang sudah lama Masbro kenal sebagai sosok pebisnis yang baik.
Sehingga untuk menambah penghasilan dan agar terhindar dari korupsi, Masbro pun mengaku lebih memilih untuk menjalin bisnis dengan ayahnya Rindi, yakni bisnis solar, perumahan, dan sewa mobil open-cab.
Saat DM1 menanyakan, mengapa di saat penggerebekan tidak langsung membuka pintu ketika terdengar ketukan, dan hanya lebih memilih bersembunyi di bawah ranjang di dalam kamar? Masbro kemudian menjawab, bahwa itu adalah atas anjuran ibunya Rindi melalui telepon saat persis pintu sedang diketuk dengan keras dari luar. “Saat pintu tiba-tiba diketuk dengan keras, saya langsung telepon ibunya Rindi yang rumahnya hanya bersebelahan dari rumah kejadian. Ibunya Rindi lalu minta supaya tetap tenang di dalam dan pintu jangan dibuka,” ungkap Masbro.
Hal lain yang ditanyakan oleh DM1 kepada Masbro, adalah terkait akan adanya laporan kedua yang akan dimasukkan oleh Eta melalui pengacaranya ke Polres Gorontalo Kota, yakni motif menelantarkan istri dan anak. Termasuk tidak memberikan satu rupiah pun di saat menjelang lebaran Idu Fitri kemarin.
Mendengar dan mengetahui akan adanya laporan ke polisi dengan motif seperti itu, membuat Masbro tampak geleng-geleng kepala sambil tersenyum lalu menjawab dan menceritakan kejadian sebenarnya.
Bahwa jelang lebaran, Masbro mengaku telah menyuruh dan mengutus salah seorang keluarganya (sepupu) untuk menyerahkan kartu ATM kepada Eta agar dapat digunakan berbelanja kebutuhan lebaran. Tapi sungguh disayangkan, niat baik Masbro itu tidak digubris oleh Eta. Sehingga sang sepupu itu pun akhirnya harus pulang untuk kembali menyerahkan ATM tersebut ke Masbro.
Dan terkait tudingan yang menyebut Masbro ingkar terhadap janjinya (pemenuhan rumah dan uang Rp.50 Juta) yang telah ditanda-tanganinya di atas surat pernyataan, dibantah keras oleh Masbro.
Menurut Masbro, ada 5 developer perumahan yang telah ia hubungi untuk memenuhi janjinya kepada Eta, bahkan satu di antaranya sudah siap dinotariskan. Belum lagi sebuah rumah kawan Masbro yang juga sudah melalui tahap pembicaraan serius. Namun semuanya justru dipatahkan oleh Eta sendiri.
Sebab, menurut Masbro, Eta tidak ingin rumah yang masih berstatus HGB (Hak Guna bangunan) yang diperoleh secara KPR (Kredit Pemilikan Rumah), meskipun itu dibayar oleh Masbro setiap bulannnya secara berangsur. Eta hanya mengingkan rumah yang bisa langsung dibayar lunas dengan status SHM (Sertfikat Hak Milik).
Begitu pun dengan uang Rp.50 Juta, kata Masbro, Eta menginginkan supaya bisa diserahkan secara full. Sementara, Masbro mengaku belum sanggup untuk menyediakan uang sebesar itu secara full, melainkan juga disediakan secara berangsur, yakni untuk pembayaran pertama Masbro menyatakan siap menyerahkan Rp.20 Juta, sisanya akan menyusul untuk tetap dibayarkan di lain waktu.
“Dia kira saya ini hartawan. Kecuali kalau saya korupsi, maka itu semua pasti bisa saya beli. Tapi sekali lagi mohon maaf, meski ada kesempatan untuk melakukan korupsi, tapi saya pastikan itu tidak akan saya lakukan dengan seenaknya hanya untuk memenuhi nafsu terhadap materi,” ujar Masbro.
Dan kini, setelah melalui perenungan secara mendalam dan pertimbangan yang matang, Masbro pun akhirnya mengaku tak kuasa lagi mempertahankan pernikahannya dengan Eta. Gugatan cerai pun telah diajukan Masbro ke Pengadilan Agama sebagai satu-satunya pilihan untuk menghentikan bahtera pernikahannya dengan Eta.
Beberapa saat sebelum tulisan ini diposting, Masbro menghubungi redaksi DM1 untuk meralat tanggal pernikahannya. “Koreksi tanggal menikah 21 Mei 2014,” demikian Masbro via WhatsApp.
Sayangnya, saat DM1 mengonfirmasi cerita yang dilukiskan oleh Masbro itu mendapat bantahan dari Eta. Kepada DM1, pada Jumat petang (18/6/2021), Eta menyebutkan, bahwa semua pengakuan yang dikisahkan oleh Masbro itu betul-betul merupakan cerita yang diputar balik.
Dan saat ini, DM1 masih sedang menyusun dan melengkapi pengakuan serta bantahan Eta terhadap cerita yang digambarkan oleh Masbro tersebut, yang dinilai sangat jauh dari kebenaran. (dms/dm1)