DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR:
Masyarakat Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) mendadak dibuat heboh dengan munculnya kabar dugaan terkait adanya sejumlah kepala desa (kades) yang jadi korban maupun sasaran pemerasaan uang.
Dinilai heboh, sebab tindakan pemerasaan tersebut diduga dilakoni oleh oknum inspektorat Koltim, yang menjabat sebagai Kepala Subbagian (Kasubbag) Perencanaan, berinisial SAP, alias Sri.
Yakni, di mana SAP selaku Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), seharusnya mampu menegakkan pengawasan secara integral yang bersih dan jauh dari penyimpangan bersama aparat penegak hukum, tapi malah SAP sendiri yang mencoba mengotorinya melalui praktik dugaan pemerasan terhadap sejumlah Kades.
Tindakan pemerasan yang diduga dilakukan oleh SAP ini bukan saja membuat Kades Atolanu, Kecamatan Lambandia, bernama Idris sebagai korbannya. Akan tetapi, beberapa Kades lainnya juga sempat mengadukan SAP atas tindakan yang sama.
Inspektur Pembantu (Irban) Wilayah I, Muhammad Sadar kepada Kepala Biro DM1 Koltim, pada Senin (15/11/2021) menyebutkan, dirinya sudah menerima pengaduan dari beberapa Kades terkait permasalahan ini.
“Ada empat desa waktu itu. Tapi yang dia kuras hanya dua desa saja. Kades Sabi-sabilah kebetulan orang “buntu” jadi tidak bisa dia masuki. Jadi tiga desa ini, waktu turun pemeriksaan didampingi oleh Tipikor. Dua laki-laki dan satu perempuan. Itu pengakuan mereka kepada saya,”kata Sadar,
Pengakuan kades yang dikutip Sadar bahwa mereka juga sempat dipanggil secara tertulis dan diminta untuk memberikan data Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Akan tetapi, belum diberikan saat itu.
Berikut perbincangan dengan Muhammad Sadar kepada Kepala Biro DM1 Koltim:
“Begitu sudah diperiksa bicara uang mi sama Sri di kantor Inspektorat. Saat mereka datang ke saya, saya sampaikan bahwa yang menyelesaikan permasalahan ini bukan saya pak desa. Sisa pimpinan di dalam. Katanya mereka (kades) dimintai uang. Kalau bisa katanya jangan terlalu banyak. Saya bawa mi mereka masuk (menghadap) sama pak Husein (Inspektur),”
“Saya sampaikan, jadi begini pak Inspektur, ini kasian ada kades tetapi belum tentu begitu adanya sesuai hasil pemeriksaannya. Karena saya liat ini sudah lain. Tolong difasilitasi. Ditelponlah orang Tipikor. Dia bilang Inspektur, bagaimana kah dengan dua Kepala Desa saya ini? Dia (oknum Tipikor) bilang itu sudah saya serahkan ke Inspektorat. Tergantung Inspektorat,”
“Setelah itu, pak Inspektur mencoba menelpon Sri. Tapi tidak bisa tembus. Ditelponlah di rumahnya, di Unaaha. Ditanya, bagaimanakah ini Kepala Desa. Ini ada anunya dari Tipikor bahwa tergantung Inspektorat yang selesaikan. Saya dengar dia (Sri) dia bilang suruh saja berhubungan dengan Purbo (Irban wilayah II). Selanjutnya saya tidak tau bagaimana mi intinya, tapi saya bilang pada pak Inspektur, saya mohon dengan sangat kalau bisa jangan terlalu diporsir teman-teman Kepala Desa. Tidak lama datang Purbo. Dipertemukan lah mereka. Dimintai 50 kita satu orang. Stres orang. Pengakuannya sama saya mereka bayar itu (uang 50 juta) supaya aman,”.
Indikasi modus yang dilakukan seperti yang dikutip Muhammad Sadar dari pengakuan beberapa Kades, mula-mula Sri datang menemui mereka (dua kades) untuk melakukan pemeriksaan sesuai dengan tembusan laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima oleh Tipikor Polres Kolaka.
Setelah melakukan pemeriksaan, sesuai pengakuan kepala desa, Sri kemudian membeberkan bahwa ada temuannya dari kegiatan yang dilakukan terhitung sejak tahun 2017-2018 lalu.
Setelah itu, Sri bersama sejumlah koleganya menindak-lanjuti hal-hal yang dianggap temuan tersebut dengan cara turun melakukan pemeriksaan, baik fisik maupun administrasi ke sejumlah Kades, namun siapa yang menyangka jika ujung-ujungnya “berbicara” soal duit.
Sementara itu, Sri yang coba dihubungi secara terpisah, belum memberikan keterangan terkait dugaan pemerasaan terhadap dirinya. Upaya konfirmasi via telepon belum mendapat tanggapan dari Sri Asih hingga berita ini diturunkan. (rul/dm1)