DM1.CO.ID, JAKARTA: Berhembus kabar dari balik dinding Istana Negara, Presiden Jokowi dalam waktu dekat ini dikabarkan siap-siap melakukan perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja jilid III, terutama di bidang ekonomi.
Presiden Jokowi disebut-sebut sangat kecewa dengan kondisi ekonomi negeri yang hingga kini masih sangat suram, bahkan masih kelihatan berantakan di sana-sini. Olehnya itu, Presiden Jokowi dikabarkan akan memanfaatkan benar-benar sisa waktu pemerintahannya untuk segera membenahi secara maksimal Kabinet Kerja, khususnya di bidang ekonomi.
Duet pasangan tim ekonomi inti Darmin Nasution dan Sri Mulyani, sejauh ini dianggap “mandul”, alias tidak mampu berbuat banyak dalam melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang diharapkan oleh Presiden Jokowi.
Bahkan di mata sejumlah pengamat, Darmin yang diberi amanah sebagai Menko Perekonomian selama ini benar—benar dinilai sangat minim terobosan, dan sama sekali tak ada langkah-langkah cepat dan tepat guna mengatasi kondisi ekonomi yang hingga kini masih saja suram.
“Keduanya (Darmin dan Sri Mulyani) sampai saat ini belum melihat siasat dan terobosan-terobosan untuk membuat pertumbuhan ekonomi RI lebih tinggi, misalnya menjadi lebih dari 6 persen, walaupun ekonomi dunia sedang stagnan,” ujar Abdulrachim K, seorang aktivis pergerakan perubahan, Senin (10/4/2017) di Jakarta.
Sinyal kekecewaan Presiden terhadap Darmin dan Sri Mulyani terlihat jelas ketika Presiden malah menunjuk Menko Maritim (Luhut B Panjaitan) sebagai penanggung jawab sidang tahunan IMF-World Bank Oktober tahun ini di Bali. “Ini tdak lazim,” lontar Abdulrachim.
Tak sedikit pihak dari berbagai kalangan menilai, dari segi kinerja dan prestasi Darmin sudah membuat kecewa Presiden Jokowi.
Meski telah mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi, namun hingga kini paket tersebut nyatanya tak mampu membuat Presiden Jokowi merasa bangga, juga tak ada yang bisa membuat hati rakyat jadi sejuk. Sebab, kondisi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri masih kelihatan sangat kerdil: Tahun 2015 hanya tumbuh 4,79 %; kemudian tahun 2016 tumbuh sebesar 5,02%; dan tahun 2017 malah diproyeksi hanya tumbuh sekitar 5,1%.
“Ini membuktikan bahwa Darmin tidak mampu mengidentifikasi masalah-masalah pokok yang menghambat pertumbuhan ekonomi, tidak mengerti betul masalah di lapangan dan tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan birokrasi di bawah koordinasi Kemenko (Perekonomian) termasuk menteri-menteri ekonominya untuk mewujudkan target-target ekonominya. Artinya, kemampuan operasional Darmin sangat lemah,” jelas Abdullarchim.
Begitupun dengan Sri Mulyani yang diberi kepercayaan sebagai Menteri Keuangan, sejauh ini nyatanya tak mampu menopang dan membangkitkan pertumbuhan ekonomi.
Padahal awalnya, Presiden Jokowi menaruh harapan besar kepada Sri Mulyani. Namun belakangan, Presiden Jokowi akhirnya dapat membaca langkah-langkah Sri Mulyani yang kelihatan sama sekali tak mampu menggerakkan ekonomi secara maksimal.
Sri Mulyani bahkan dinilai tak punya kreativitas, karena tak mampu menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (generator ekonomi baru).
Menurut sejumlah pengamat, seorang Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan seharusnya mampu menciptakan generator ekonomi baru agar mampu merubah struktur ekonomi menjadi lebih sehat, lebih berkelanjutan, lebih banyak yang menikmati pertumbuhan ekonomi, lebih berdaya saing dan sebagainya.
Anehnya, yang dilakukan justru sebaliknya. Sri Mulyani malah mengerem kegiatan ekonomi dengan memotong APBN-P 2016 sebesar Rp.133,8 Trilyun, setelah sebelumnya Menkeu Bambang Brodjonegoro juga telah memotong APBN 2016 sebesar Rp.50 Trilyun atas dasar Inpres Nomor 4 Tahun 2016.
Akibatnya, terjadi kelesuan ekonomi di banyak sektor, harga-harga kebutuhan pokok melonjak tinggi lalu stabil di atas hingga sulit untuk diturunkan kembali.
Dan inilah yang membuat rakyat makin terbebani. Di mana rakyat benar-benar diseret dan dipaksa berhadapan dengan situasi yang sangat sulit, lalu dibiarkan begitu saja tanpa diberi jalan keluar.
Dalam kondisi seperti itu, rakyat sudah pasti akan menangis, menjerit, bagai anak ayam yang kehilangan induknya.
Nampaknya ini bukan sekadar penilaian, tetapi secara fakta memang tak dapat dipungkiri, bahwa semua yang menjadi kinerja keduanya (Darmin dan Sri Mulyani) sama sekali tak ada yang bisa dianggap istimewa, justru makin hari kondisinya kian suram.
Kondisi ekonomi yang masih suram seperti saat ini, tentu saja membuat Presiden Jokowi hingga kini pun masih serba kebingungan, dan bahkan boleh jadi sangat sulit untuk bisa tidur nyenyak.
Hingga kabar Reshuffle jilid III itupun akhirnya mencuat. Menurut informasi yang diperoleh, Darmin Nasution akan tereliminasi. Sementara Sri Mulyani akan diberi alternatif tugas baru, yakni kalau bukan Dubes di AS, ia disorong menjadi Menteri Perdagangan.
Selain Darmin dan Sri Mulyani, disebut-sebut menteri lain yang akan diganti adalah Menteri BUMN (Rini Soemarno). Rini dikabarkan akan menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan posisi Teten Masduki. Namun ada juga pihak yang menyebut Rini masih dipertahankan di posisinya.
Selanjutnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (Susi Pudjiastuti) juga dikabarkan akan digeser ke posisi lain, boleh jadi menggantikan Rini Soemarno.
Meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak Istana Negara yang membenarkan kabar Reshuffle tersebut, namun kabar beredar menyebutkan, perombakan kabinet jilid III ini diduga kuat akan dilakukan Presiden Jokowi usai Pilkada DKI Jakarta, atau bahkan lebih
“Saya tanya langsung kepada Presiden mengenai isu ramai adanya sejumlah pergantian menteri, ya, dan kemarin dengan tegas Presiden menyampaikan bahwa sampai saat ini tidak ada reshuffle kabinet,” kata Staf Khusus Presiden Johan Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Namun menurutnya, tidak menutup kemungkinan perombakan bisa saja dilakukan dengan mempertimbangkan hasil evaluasi terhadap kinerja menteri. “Karena saya ngomongnya kan hari ini. Jangankan besok, lima jam ke depan kan enggak tahu kita,” katanya.
(dbs/DM1)