Dibagi Saat Malam Pakai Mobil Kades Peatoa, Bantuan Covid19 itu “Berbau Politik”

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, KOLAKA TIMUR: Dua aparat Desa Peatoa, Kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara kepergok sedang berbagi bantuan Covid19 berupa sembako di Dusun I dan II, Selasa (13/10/2020).

Ironisnya, pembagian bantuan dilakukan pada tengah malam di musim pemilihan kepala daerah (pilkada) Koltim. Bantuan yang dibagi berupa mi-instan 1 bal, beras 1 kantung plastik, susu 2 kaleng, minyak goreng 2 kilogram, gula serta teh.

Sontak, sejumlah warga pun menaruh curiga dengan adanya pembagian bantuan Covid19 itu, yang sangat diduga lebih menjurus untuk kepentingan pencitraan politik dari salah satu pasangan calon (Paslon). Terlebih lagi, sistem pembagiannya sangat terkesan tebang pilih.

Terinformasi, dua aparat Desa Peatoa yang melakukan pembagian bantuan itu diketahui bernama Kasman dan Sudirman. Keduanya tertangkap mata oleh seorang warga Desa Peatoa, bernama Tamrin.

Tamrin mengungkapkan, mulanya ia mendapat informasi dari teman melalui telepon, bahwa ada pembagian bantuan yang mencurigakan.

“Malam itu, saya sudah mau tidur. Tiba-tiba teman menelpon. Katanya ada yang mencurigakan dari pembagian bantuan Covid19 di Dusun Satu. Saya ke sana, dan memang betul,” cerita Tamrin, Rabu (14/10/2020).

Tamrin mengurai kesaksiannya, bahwa Sudirman dan Kasman saat bergerak membagikan bantuan itu, memakai kendaraan (mobil) pribadi milik Kades Peatoa, Ahmadi.

Lampu sorot utama kendaraan itu, kata Tamrin, sengaja dimatikan. Mereka hanya menggunakan lampu weser (sein).

Karena penasaran, Tamrin pun mengaku harus terus mengintai pergerakan mencurigakan dari kedua aparat desa tersebut.

Tamrin kemudian merasa sangat heran, sebab paket yang disebut-sebut sebagai bantuan Covid19 itu, nyatanya di sebagian besar rumah para penerima bantuan terselip binder pasangan Tony Herbiansah-Baharuddin.

“Ada rumah warga yang seharusnya berhak menerima bantuan, tapi tidak diberi malam itu. Apalagi dia seorang janda yang tidak mampu,” ungkapnya.

Tamrin mengaku tetap membuntuti Sudirman dan Kasman sampai di kediaman bapak tirinya, tak jauh dari perbatasan antara Dusun I dan II.

Namun, saat Tamrin hendak memarkir sepeda motornya, dua aparat desa itu malah langsung pamit dan bergegas pulang.

“Begitu saya parkir motor, keduanya langsung buru-buru mau pulang. Saya bilang tunggu dulu, saya tanya mereka bantuan apa ini. Mereka jawab bantuan Covid19. Alasannya mereka bagi malam, katanya tidak sempat dibagi pagi karena mau ke sawah. Katanya juga mereka hanya disuruh (menjalankan perintah). Setelah itu mereka langsung pergi,” tutur Tamrin menirukan percakapannya dengan dua aparat desa tersebut.

Meski begitu, Tamrin mengaku sempat melihat isi mobil pribadi Kades yang penuh dengan tumpukan paket bantuan.

Menurut Tamrin, semestinya pembagian bantuan Covid dilakukan di balai desa. Dengan mengundang warga yang berhak  mendapatkan bantuan secara protokol kesehatan. Bukan dengan harus mendatangi warga di saat hari sudah gelap.

Sudirman maupun Kasman yang coba dikonfirmasi di rumah masing-masing, pada Rabu (14/10/2020), tidak berada di tempat.

Sementara itu, Ahmadi selaku Kades Peatoa saat ingin ditemui wartawan, terkesan berupaya menghindar. Ahmadi enggan keluar membukakan pintu rumahnya saat didatangi.

Parahnya, tetangga Ahmadi malah harus ikut berbohong dengan secara tiba-tiba muncul dan memberitahu wartawan, bahwa sang Kades (Ahmadi) sedang tidak ada di rumah. Padahal, sebelumnya, Ahmadi jelas-jelas baru saja terlihat masuk ke dalam rumahnya.

Dan yang lebih memprihatinkan, klarifikasi Ahmadi malah muncul di media sosial (Facebook). Ia membantah seluruh tuduhan yang diarahkan kepadanya terkait pembagian bantuan Covid yang sangat menyengat berbau politik pencitraan dari Paslon petahana itu. (rul/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

53,127 views

Next Post

Sepakat Boikot Berita Polda, Jurnalis Gorontalo juga Minta Copot Kabid Humas

Jum Okt 16 , 2020
DM1.CO.ID, GORONTALO: Jurnalis atau para wartawan di Provinsi Gorontalo, menyatakan sepakat melakukan boikot pemuatan berita-berita kegiatan Polda Gorontalo.