(DM1, Gorontalo): SAAT ini tidak sedikit Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan rhodamin. Dan mengacu pada data BPOM RI 2012, penggunaan formalin yang ditemui pada PJAS mencapai 9%. Sedangkan penggunaan bahan tambahan pangan, seperti pemanis buatan mencapai 20%-24%.
Para produsen juga belum memperhatikan kebersihan dan sanitasi saat pembuatan makanan. Dan makanan seperti itu berisiko mengandung bakteri Escerichia coli.
Dan berdasarkan pantauan BPOM, jajanan sekolah yang tidak sehat paling banyak dijual oleh pedagang keliling yang berjualan di luar area atau pagar sekolah, serta sebagian lainnya dari kantin.
Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada jajanan anak tersebut tentu saja dapat berakibat buruk, dan bahkan fatal terhadap kesehatan anak.
Para dokter spesial anak pun sering kali mengingatkan, bahwa efeknya memang tidak terlihat dalam jangka pendek, tapi akan muncul dalam jangka panjang. Misalnya, kerusakan pada ginjal dan gangguan dalam tumbuh kembang anak.
Olehnya itu, dalam upaya menjaga kesehatan dan keamanan Pangan Jajan Anak Sekolah, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Gorontalo bersama pihak Pemkot Gorontalo menggelar penyuluhan PJAS, di SD Negeri 30 Kota Selatan, Kota Gorontalo, Sabtu (24 September 2016).
“Harus ada langkah dari pemerintah untuk peduli dan menjaga serta mengawasi jajanan anak sekolah. Jangan lagi menunggu sampai ada yang sakit atau bahkan keracunan karena jajanan di sekolah,” imbau Walikota Gorontalo Marthen Taha.
Sementara itu, Kepala Balai POM Provinsi Gorontalo, Sukriadi Darma menjelaskan, bahwa pihaknya senantiasa berusaha menjamin dan menjaga mutu, gizi dan kesehatan jajanan yang beredar di sekolah-sekolah. “Sudah menjadi tanggung-jawab kami untuk mengawasi pangan dan obat,” tegas Sukriadi Darma.