Wartawan: Resti Djalil Cono~ Editor: Avi|
DM1.CO.ID, BONE BOLANGO: Selasa (11/9/2018), warga Suwawa dihebohkan dengan adanya kebakaran yang terjadi di Desa Lombongo, tepatnya di Jalan Wisata Pemandian Air Panas Lombongo.
Kejadian bermula saat Rahman Auwata (37), berniat hendak membakar sarang tawon yang berada di dalam mesin pendorong tekanan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bone Bolango, dengan alasan khawatir karena melihat anak-anaknya sering bermain di tempat tersebut.
Sebelum mengambil tindakan pembakaran sarang tawon, Rahman sempat menghubungi Awen Talamati (39) selaku Operator Mesin PDAM untuk mengutarakan keinginannya.
Menurut Awen, dirinya tidak langsung menyetujui permintaan Rahman tersebut, karena mengingat resiko yang akan terjadi. Tetapi saat Rahman menghubunginya, panggilan via handphone itu tiba-tiba saja terputus. Sehingga mungkin, Rahman berpikir bahwa Awen telah setuju.
“Saya tidak mengijinkan awalnya, tapi Rahman meyakinkan saya kalau semua akan baik-baik saja, apalagi dia mengatakan kalau sarang tersebut sudah cukup mengganggu bahkan sempat mencederai anaknya. Kemudian saat Rahman menelepon, jaringan terputus. Mungkin disitulah Rahman berpikir saya telah menyetujui keinginannya,” ujar Awen.
Eksekusi atas sarang tawon pun akhirnya dilakukan Rahman tepat pukul 21:00 Wita. Namun nahas tidak kurang dari 5 menit, api langsung membesar dan tampak asap hitam memenuhi langit Suwawa malam itu.
“Saya kaget, kenapa api tiba-tiba langsung membesar dan melahap mesin PDAM ini. Ternyata setelah saya ingat-ingat lagi, disitu ada solar dan saya lupa untuk mengeluarkan terlebih dahulu solar itu sebelum melakukan pembakaran,” papar Rahman yang berprofesi sebagai Abang Bentor.
Warga yang dikejutkan dengan kejadian itu pun, antusias ikut membantu dalam upaya pemadaman api.
Sebut saja Iwan Lakadjo (42), yang segera menghubungi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bone Bolango untuk meminta pertolongan. Namun sayang, kekecewaan justru didapatkannya.
“Saya sudah kurang lebih sepuluh kali menelpon pihak BNPB, tapi tidak ada jawaban. Sekalinya dijawab, mereka malah mengatakan tidak ada sopir yang bisa mengendarai mobil damkar,” ungkap Awen.
Menurut pantauan kru DM 1, kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut kurang lebih Rp. 200 juta, dan termasuk dalam pengeluaran anggaran untuk proyek mesin yang aktif digunakan.
Tetapi, dalam hal ini mesin tersebut tergolong mesin pasif, serta rencananya akan dibongkar dalam waktu dekat.
“Semoga hal ini bisa kita ambil hikmahnya dan jadi pembelajaran buat kita semua. Satu hal yang ingin saya tekankan kepada pihak BNPB, agar lebih menyiagakan pasukan untuk menangani hal-hal seperti ini. Karena pihak BNPB adalah harapan dan tumpuan kita, syukur tidak ada korban jiwa. Kalau tidak, maka saya menganggap pihak BNPB sangat tidak siaga dalam menanggulangi bencana kebakaran,” tutup Awen dengan tegas.
Sementara itu, Rio Anggai selaku Penyidik dari Kapolsek Suwawa mengatakan, belum ada kepastian yang diperoleh pihak kepolisian akan kejadian ini.
“Saya belum bisa menyimpulkan ini termasuk unsur kesengajaan atau memang murni kecelakaan, tapi nanti tetap akan dilakukan olah TKP. Sehingga, setelah itu baru kita bisa konfirmasikan bahwa ini benar-benar murni kecelakaan,” jelas Rio. (rdj/avi/dm1)