Wartawati: Restiana J. Cono~ Editor: AMS|
DM1.CO.ID, BONEBOLANGO: Berita kematian seorang wanita, Sria Nelvi Maksud, pada Ahad (8/7/2018), akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), cukup mengejutkan banyak pihak.
Bagaimana tidak, selain sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) al-Azhar Kota Gorontalo, Nevi (sapaan akrab Sria Nelvi Maksud) juga adalah mantan Putri Pariwisata Runner Up pertama Provinsi Gorontalo 2014.
Sarjana pendidikan dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) 2013 ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Aloei Saboe, Kota Gorontalo, pada Ahad pagi (8/7/2018) sekitar pukul 06.00.
Nevi meninggalkan dua anak yang masih Balita, seorang putri (3) dan seorang putra (5 bulan), serta seorang suami yang menikahinya pada 11 Oktober 2014.
Kondisi anak dari pasangan Arman T. Maksud dan Martin Detuage itu semula baik-baik saja, namun sepulang dari acara di rumah salah satu sahabatnya di Desa Lompotoo, tiba-tiba Nevi merasakan demam tinggi.
“Saya sudah menyampaikan agar segera minum obat, tapi dia (Nevi) cuek saja. Mungkin dipikirnya ini hanya demam biasa,” cerita Nita, kakak perempuan Nevi, di rumah duka di Desa Duano, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Senin (9/7/2018).
Saat diserang demam, Nevi sedang berada di rumah orangtuanya. Dan menurut keluarga, Nevi saat itu sempat menelepon Afidin Mataihu (suaminya) untuk segera menjemputnya. Nevi dan suaminya selama ini memang sudah memiliki rumah sendiri, mereka tinggal bersama di Perumahan Kaputi Indah, Kota Gorontalo.
“Tapi saya tidak sempat menjemputnya, karena saat itu saya sedang ada urusan mendadak,” sesal Afidin dengan sedih.
Nevi baru dilarikan ke Klinik Mirah, Kota Gorontalo, setelah menahan demam selama dua hari di rumah orangtuanya. Di klinik itulah, Nevi dirawat selama dua hari, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Aloei Saboe.
Setelah dilakukan diagnosa, pihak rumah sakit menyatakan Nevi terindikasi terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kondisi yang sudah payah, sehingga harus melakukan transfusi darah putih (trombosit).
Transfusi darah pun dilakukan dengan 15 kantong darah sebagai langkah awal pertolongan, menyusul 3 kantong terakhir. Total transfusi dilakukan selama kurang-lebih tiga hari.
Tapi pada Sabtu (7/7/2018), kondisi Nevi yang juga mantan karyawan BNI itu terlihat makin memburuk. Kondisi ini makin diperparah lantaran Nevi sudah tak mau sama sekali mengonsumsi makanan.
“Rasanya semua makanan yang masuk seperti sudah basi,” kenang sang ibu mencontohi keluhan yang dilontarkan Nevi ketika ditawari untuk makan sekalipun hanya sedikit.
Melihat kondisi yang sudah sangat payah, Nevi pun dilarikan masuk ke ruangan ICU untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih intensif.
Meski segala upaya sudah ditempuh, namun nyatanya Tuhan berkehendak lain, Ahad pagi (8/7/2018) sekitar pukul 06.00, Nevi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
“Sangat disesalkan di zaman modern ini tapi seekor nyamuk dapat merenggut nyawa orang yang sangat saya cintai,” ujar Afidin sendu.
Kepada awak DM1, sang ayah juga menitip harapan, hendaknya pemerintah tidak lengah untuk lebih memperhatikan lagi kondisi lingkungan masing-masing.
Sang ayah juga berharap agar pemerintah bisa lebih meningkatkan fogging atau tindakan pengasapan dalam membasmi nyamuk aedes aegypti demi mencegah terjadinya korban-korban berikutnya.
Kini, “sang putri” hanya bisa dikenang melalui foto dan memori untuk orang-orang yang mencintainya dan yang mengaguminya.
“Sekarang kita hanya berdoa semoga almarhumah (Nevi) dapat tenang di alam sana,” ujar Ayu Ahmad selaku sahabat dengan wajah yang sedih. (res/dm1)