RSUD Tombulilato: Pelayanan Luas di Gedung yang Sempit

Bagikan dengan:
Wartawan: Resti Djalil Cono~ Editor: Avi|*

DM1.CO.ID, BONEBOLANGO: Pemerintah saat ini telah mencanangkan Gerakan Bebas Pasung terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada 2019 mendatang.

Untuk mewujudkan hal tersebut, sejak tahun 2015 silam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tombulilato, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, telah menancapkan Program unggulannya yang disebut JPN (Jiwa, Paru dan NAPZA). NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif.

Implementasi JPN ini dibuktikan dengan telah dibukanya layanan Rawat Inap khusus bagi penderita gangguan jiwa. Dan ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan ini, baik di wilayah Bone Pesisir maupun Gorontalo.

Ditemui wartawan DM1, Noprizal Biya A.Md. Kep selaku Kepala ruangan NAPZA dan kejiwaan di sela-sela kesibukannya, pada Selasa (9/10/2018) menjelaskan, untuk bisa mendapatkan pelayanan ini, alur masuknya sama dengan pasien pada umumnya, dan telah di tanggung oleh BPJS.

“Yaitu harus melalui rujukan puskesmas, pengurusan BPJS serta rawat inap di rumah sakit ini,” ujar Rizal, sapaan akrab Noprizal Biya.

Namun Rizal menggambarkan, bahwa saat ini keadaan gedung serta fasilitas yang dimiliki rumah sakit ini, tak bisa dipungkiri masih sangatlah minim dan bahkan boleh dikata cukup memprihatinkan.

Mengingat hanya rumah sakit ini satu-satunya yang menyediakan pelayanan ini, maka Rizal pun menaruh harapan kiranya pemerintah daerah maupun pusat bisa memberikan perhatian lebih serius melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), terutama pembangunan gedung dan fasilitas penunjang lainnya.

Pihak rumah sakit, kata Rizal, sangat menginginkan pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone Bolango maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo bisa meninjau langsung keadaan kondisi RSUD Tombulilato.

“Masih banyak tanah kosong yang bisa dijadikan bangunan untuk menampung pasien-pasien di sini, tapi dananya yang belum menampung sepertinya” tutur Rizal tersenyum.

Rizal pun mengurai kondisi setiap ruangan di RSUD Tombulilato tersebut. “Khusus untuk NAPZA dan kejiwaan terdiri dari tiga ruangan isolasi, yakni satu ruangan untuk wanita dan dua ruangan untuk pria,” kata Rizal.

Ketiga ruangan isolasi tersebut, jelas Rizal, masing-masing dilengkapi 15 buah tempat tidur. “Dan itu sangat minim apabila terjadi pembludakan pasien,” ungkap Rizal.

Hal lain yang juga harus diperhitungkan, kata Rizal, adalah ketika seorang pasien dinyatakan sudah bisa pulang, namun tidak segera dijemput keluarganya, maka ruangan akan full kapasitas, sehingga kerap terjadi antrian pasien jiwa lainnya.

Rizal juga menerangkan, untuk NAPZA pelayanannya tidak seperti kejiwaan. “Pasien NAPZA harus menunggu keputusan hakim pengadilan, karena pasien ini berurusan dengan pihak berwenang sehingga wajib menunggu keputusan, baru kemudian bisa diadakan rehabilitasi,” ungkap Rizal.

Segala perawatan, lanjut Rizal, sangat diperhatikan buat pasien NAPZA dan kejiwaan di rumah sakit ini. “Mulai dari pemberian makanan yang telah ditentukan oleh pekerja gizi, hingga ke pemberian obat untuk pasien. Semuanya dilakukan dengan sangat cermat oleh perawat. Karena selain sudah kewajiban, perawat di sini adalah perawat yang sudah ahli dalam bidangnya,” terang Rizal.

Senada dengan Rizal, Neno Pakaya selaku Koordinator Rekam medik di RSUD Tombulilato menambahkan, untuk mengoptimalkan pelayanan, Instalasi Ranap Jiwa RSUD Tombulilato ini didukung oleh sejumlah tenaga profesional. Yakni, terdiri 1 dokter spesialis kejiwaan, 5 dokter umum dan 6 perawat.

“Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah kunjungan pasien rawat inap jiwa semakin meningkat, sehingga tiga ruangan dengan 15 tempat tidur yang tersedia tidak bisa lagi menampung jumlah pasien,” jelas Neno.

Baik Rizal, Neno, dokter dan paramedis yang ada di rumas sakit ini tentunya punya pengalaman suka dan duka dalam menghadapi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Kadang kalau mengamuk, kita dari pihak perawat harus lebih punya kekuatan ekstra untuk menghadapinya. Tapi kita senang karena dapat ikut menyembuhkan pasien yang ‘unik’ ini,” lontar seorang perawat, Hamka Daaliwa tersenyum. (rdj/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

5,421 views

Next Post

Punya 40 Nelayan, Desa Mootinelo Jadi Penghasil Ikan Terbanyak di Bone Raya

Rab Okt 10 , 2018
Wartawati: Dewi Mutiara Kartika~ Editor: Avi| DM1.CO.ID, BONE BOLANGO: Desa Mootinelo, Kecamatan Bone Raya, Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu daerah di Bone Pesisir yang memiliki keunggulan sebagai daerah dengan pemasukan ikan terbesar se-Kecamatan Bone Raya, karena didukung oleh faktor jumlah nelayan yang banyak.