Tiba Banjir Parah, Tanda Jakarta Tolak Ahok-Djarot

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, JAKARTA: Saat acara Serah Terima Jabatan (Sertijab), Plt. Gubernur DKI Sumarsono sempat melemparkan pujian kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). “Saya 33 tahun hidup dan bekerja di Jakarta. Kalau hujan sedikit, banjir. Untuk Pak Ahok, saya sampaikan sekarang tidak lagi ada istilahnya banjir. Yang ada adalah genangan air,” ujar Sumarsono di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2/2017).

Mengetahui adanya pujian seperti itu, sejumlah pendukung Ahok pun sangat kegirangan, lalu pada esoknya Ahad (12/2/2017) mereka pun buru-buru berkicau-ria di sejumlah media sosial, terutama di twitter. Di antaranya adalah @sarseh (sarah sechan), @budimandjatmiko (Budiman Sudjatmiko), @fadjroeL (Fadjroel Rahman), dan @jokoanwar (Joko Anwar).

Sarah Sechan: “Jakarta diguyur hujan hampir tiap hari dalam beberapa hari ini, tapi gak ada berita banjir. serius  nih gak ada yg kena banjir??”

Budiman Sudjatmiko: “Musim hujan kok Jakarta gak banjir2 sich? Ini pasti ada “yang salah!”

Fadjroel Rahman: “jakarta ini hujan melulu sekarang, pagi juga sore juga, tapi banjir tak ada, juga tak ada bendera parpol.. ke manakah si banjir itu?

Joko Anwar: “Hujan siang malam. Berhari-hari. Jakarta belum juga kena bencana banjir. Dan kau masih bilang Ahok gubernur gagal.”

Namun pujian Sumarsono dan juga kicauan sejumlah pendukung Ahok itu ternyata tak bertahan lama. Sepekan kemudian banjir parah pun tiba melanda ratusan titik (wilayah) Jakarta hingga kini.

Para netizen pun serentak memandang, bahwa pujian dan kicauan kegembiraan tersebut adalah salah satu sikap pamer keangkuhan dan benar-benar takabur, di mana seolah-olah menunjuk Ahok sebagai sosok yang paling hebat tiada tara.

Sejumlah lainnya bahkan memandang, bahwa banjir usai Pilkada dan pasca sertijab itu adalah satu tanda “keras” dari Tuhan bahwa alam (Jakarta) pun tak “sudi” jika Ahok-Djarot kembali aktif memimpin DKI.

Sebab, menurut Brigjen Pol (Purn) Anton T Digdoyo, saat Sumarsono ditunjuk Plt. Gubernur Jakarta nyaris tidak ada banjir sekalipun kerap diguyur hujan.

“Namun begitu Ahok diaktifkan (kembali) oleh Mendagri dengan penuh kontroversi, maka Jakarta mulai tergenang dalam bahasa pejabat, atau banjir dalam bahas awam,” ujar Anton, Selasa (21/2/2017).

“Ya, ini tanda bahwa alam (Jakarta) nggak mau (lagi menerima) Ahok,” tegas Anton yang juga dewan pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa (21/2/2017) sudah menerima 401 laporan mengenai banjir di Jakarta dan sekitarnya. Tinggi banjir terparah di Cipinang Melayu, Jakarta Timur dengan ketinggian 70 hingga 150 sentimeter.

(dbs/DM1)
Bagikan dengan:

Muis Syam

2,039 views

Next Post

Ahok Sinking Effect, Mega di Balik Tjahaja Purnama...

Rab Feb 22 , 2017
Oleh: Arief Gunawan* DI TAHUN 90-an Soe Hok Djin (sosiolog Dr Arief Budiman yang merupakan kakak kandung Soe Hok Gie) mengatakan, kalau diibaratkan petinju, Megawati itu seperti petinju yang tangguh, yang tahan terhadap berbagai tekanan dan gempuran. Tetapi ketika saatnya harus mengambil inisiatif, dia tidak tahu bagaimana seharusnya.