DM1.CO.ID, GORONTALO: Seorang Kepala Desa (Kades) wanita di Desa Ayuhula, Kecamatan Dungaliyo-Kabupaten Gorontalo, Ibunda MI, terpaksa melaporkan seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Ayuhula berinisial IS ke pihak kepolisian, Kamis (24/11/2016), dengan pokok laporan pencemaran nama baik.
Dari investigasi yang dilakukan wartawan DM1 di lapangan ditemui sejumlah informasi yang mengindikasi, adanya oknum tertentu dengan menggunakan “bantuan” Babinsa yang diduga kuat ingin merusak citra dan nama baik MI selaku kades (ibunda) di Desa Ayuhula.
Dan sesuai hasil bincang-bincang dengan awak DM1, Ibunda MI mengisahkan kronologis kejadian hingga harus melaporkan sikap Babinsa tersebut. Begini kisahnya:
Bermula dari penggerebekan yang dilakukan oleh IS di kediaman Ibunda MI, di Desa Ambara, pada Jumat sekitar pukul 02 dini-hari (11/11/2016). Ibunda MI menyayangkan IS yang bertugas sebagai Babinsa di Desa Ayuhula namun melakukan penggerebekan di Desa Ambara.
Menurut Ibunda MI, penggerebekan itu sendiri dilakukan oleh Babinsa IS dikawal Ilham selaku Kapolsek Dungaliyo beserta Satgas Desa Ambara.
Penggerebekan tersebut ditandai dengan aksi dobrak pintu rumah Ibunda MI karena mendapat laporan dari seorang warga yang menyebutkan, bahwa Ibunda MI sedang melakukan perbuatan cabul di dalam rumahnya bersama dengan seorang pria.
Ibunda MI yang ketika itu sedang tertidur di dalam kamar, tiba-tiba kaget dan harus terbangun lantaran situasi di dalam di rumah pada dini-hari itu bagai kemasukan kawanan perampok.
Ibunda MI bertambah kaget karena ketika membuka pintu kamarnya, seseorang telah berdiri di depannya, yakni IS, yang tidak lain adalah Babinsa yang bertugas di desanya.
“Pak Is ada apa ini? Kenapa pintu rumah saya didobrak begini? Dia (Is) bilang, ibu ada laporan yang mana ibu ada tidur dengan seorang laki-laki,” ujar Ibunda MI menuturkan percakapannya dengan IS pada dini-hari itu.
Mendengar jawaban IS seperti itu, Ibunda MI pun kembali bertanya, “Lalu apakah pak IS berhasil temukan saya sedang ditiduri oleh laki-laki? Dan masyarakat mana yang laporkan ini?”
Meski tidak menemukan adegan cabul seperti yang disangkakan, namun Babinsa itu membeberkan bahwa laporan tersebut berasal dari orang yang bernama Sido.
Pada kejadian dini-hari itu, Ibunda MI mengaku sempat mengingatkan IS sebagai Babinsa yang harusnya terlebih dulu melakukan koordinasi untuk menggali inti persoalannya, paling tidak bisa dilakukan melalui handphone (HP), jangan main gerebek dan mendobrak rumah orang.
Anehnya (dari cerita Ibunda MI) Babinsa itu malah melempar HP milik Ibunda MI dengan mengatakan bahwa HP tersebut tidak aktif. Untung saja HP itu tahan banting, tombol dan display-nya masih utuh.
Dari cerita Ibunda MI, pada saat penggerebekan memang ada laki-laki lain yang sedang tidur di sofa ruang tamu. Namun laki-laki itu adalah orang yang selama ini bertugas menjaga dan merawat peternakan sapi dan ayam milik Ibunda MI.
Pada peristiwa penggerebekan itu, Babinsa IS sempat menggertak disertai ancaman ingin menghajar laki-laki yang dituding sebagai orang yang menjalin asmara dengan Ibunda MI. ”Melihat sikap dan lagak Babinsa yang ingin memukul laki-laki itu, saya langsung masuk ke tengah menghalangi. Kalau pak IS mau pukul dia, maka pukul dulu saya, sebab dia ada di sini karena saya,” ujar Ibunda MI mencontohkan penuturannya di saat kejadian dinihari itu.
Bukan hanya itu, menurut Ibunda MI, pada kejadian tersebut laki-laki itu didesak oleh pelaku penggerebekan untuk segera dibawa ke Mapolsek Dungaliyo untuk dilakukan proses pemeriksaan. Namun Ibunda MI menolak dengan tegas.
“Pak, bawa saya dulu, jangan bawa dia (laki-laki itu). Sebab dia adalah tanggung-jawab saya. Jadi dia harus tetap di sini (di rumah). Tapi sebelum saya dibawa ke polsek, bawa dulu saya ke pak camat. Pak ilham jangan berani bawa saya ke polsek, sebab saya ada atasan, bawa saya ke pak camat dulu. Setelah itu, silakan bawa saya ke polsek,” ujar Ibunda MI mencontohkan penuturannya pada kejadian pada dini-hari tersebut.
Permintaan Ibunda MI itupun disetujui oleh pihak Polsek untuk melakukan proses awal di rumah camat. Di sana, meski tak memunculkan diri, namun Ibunda MI mengetahui kehadiran Sido. Sehingganya, Ibunda MI pun meminta agar Sido segera memunculkan batang hidungnya dan segera menjelaskan seluruh yang menjadi modus persoalannya.
Ternyata benar, Sido sedang ngumpet di dalam toilet rumah dinas camat tersebut. “Pak camat menyusul ke situ (ke toilet) dan sempat bertanya ke Sido, lagi bikin apa di toilet. Sido menjawab katanya lagi habis buang air besar. Pak camat kemudian menyuruh Sido untuk segera menghadap ke saya, tapi Sido menolak karena mengaku takut bertemu dengan saya,” ujar Ibunda MI seraya menambahkan bahwa fitnah seperti ini telah dua kali dilakukan oleh Sido dan kawan-kawan terhadap dirinya.
Tentang tuduhan melakukan hubungan indehoi dengan laki-laki tersebut, Ibunda MI menjelaskan, bahwa laki-laki yang dimaksud itu selama ini sudah diperlakukan sebagai keluarganya sendiri.
Salah satu kamar tidur yang ditempati oleh keluarga lainnya, kata Ibunda, telah dipersilakan untuk juga ditempati istirahat buat laki-laki tersebut. Namun seperti malam-malam biasanya, laki-laki itu kerap keluar tidur ke sofa lantaran sering merasa kepanasan di dalam kamar karena kamar itu memang diisi oleh sejumlah keluarga lainnya, termasuk pada malam penggerebekan tersebut.
Setelah penggerebakan tersebut, Ibunda MI merasa tidak nyaman. Ia pun mulai mengorek keterangan di sana-sini. Hingga akhirnya selain mengetahui adanya “skenario” dari oknum yang ingin merusak dan menjatuhkan dirinya, Ibunda MI juga menemukan informasi tentang adanya persiapan-persiapan awal penggerebekan yang telah disusun oleh oknum tersebut.
Dan diduga kuat, oknum itu tidak lain adalah AB, suaminya sendiri. Hanya saja, suami Ibunda MI ini telah menikah lagi, dan telah 6 tahun tak lagi hidup bersama dengan Ibunda MI tanpa adanya putusan cerai, alias tanpa status.
AB adalah juga mantan Kades Ambara di kecamatan tersebut selama 2 periode. Ibunda MI sendiri adalah istri kedua. Itu artinya AB awalnya punya istri pertama, lalu menikah dengan Ibunda MI, namun kemudian menikah lagi untuk ketiga kalinya dengan wanita lain.
Tentang adanya persiapan-persiapan awal penggerebekan, Ibunda MI menemukan informasi bahwa rencana penggerebekan telah “dibahas” di rumah Kamarudin Dai, mantan Kades Dungalio.
Perencanaan itu, katanya, berlangsung dari sebelum Magrib hingga sekitar pukul 10 malam, setelah itu mereka mendatangi camat untuk melapor, dan disebutkan sebagai pelapor adalah seorang yang bernama Sido. Lucunya, si pelapor ini dikabarkan berdomisili di luar Desa Ambara.
Namun sekaitan dari seluruh rentetan kejadian tersebut, Ibunda MI beserta sejumlah pihak lainnya menilai, bahwa AB sebagai mantan suami nampaknya tak ingin ada laki-laki lain yang bisa mendekat (apalagi menikah) dengan Ibunda MI sesudah dirinya, sebab AB boleh jadi kuatir dan cemas harta dan warisan Ibunda MI bisa-bisa dikuasai oleh laki-laki tersebut.
Dan mengenai penggerebekan yang disertai aksi dobrak pintu tersebut, Ibunda MI menyatakan sangat keberatan karena diduga kuat dilakukan hanya untuk meladeni atau memenuhi selera dari oknum yang ingin merusak dan menghancurkan citra serta nama baiknya selaku Kades Ayuhula. Olehnya itu, Ibunda MI pun melaporkan sejumlah pihak, termasuk Babinsa IS, dengan tuduhan dugaan adanya upaya pencemaran nama baik.
Sementara itu, Rian selaku pemeriksa dari pihak Polres Limboto membenarkan adanya pelaporan tersebut tentang pencemaran nama baik. Dan, menurut Rian, sejauh ini sudah dilakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi.