DM1.CO.ID, JAKARTA: Pertemuan Joko Widodo dengan Prabowo Subianto di MRT, Sabtu (13/7/2019). Dan pertemuan Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu (24/7/2019), sepertinya membuat Partai NasDem jadi “kepanasan”.
Terkait dua pertemuan tersebut, politisi Nasdem Akbar Faizal, nampaknya tak kuasa menahan “emosi dan cemburunya”.
Akbar Faizal melontarkan, bahwa kenaifan di ruang politik saat ini sedang terjadi.
Bukan hanya mempertanyakan rekonsiliasi yang sedang dijajaki dalam pertemuan tersebut, namun Akbar Faizal juga bahkan menuding, bahwa pertemuan itu dipaksakan.
Akbar Faizal pun menegaskan, bahwa membangun bangsa itu tidak harus satu bahasa, perbedaan-perbedaan itu adalah bagian dari membesarkan sebuah bangsa.
Untuk itu Akbar Faizal menekankan, bahwa Nasdem berharap Gerindra tetap di luar pemerintahan, karena oposisi itu bukan hal yang hina.
Di mata PDIP, lontaran atau ungkapan dari politisi Nasdem tersebut dinilai terlalu menaruh curiga terhadap kedua pertemuan yang dilakukan oleh tokoh bangsa tersebut.
Sehingganya, Partai Banteng mocong putih itupun tampaknya jadi berang dan “murka”.
“Kemurkaan” itu disampaikan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Kapitra Ampera, di Jakarta, belum lama ini.
Kapitra mengaku sangat terkejut, karena ternyata NasDem sedang menyiapkan diri untuk menjadi oposisi.
“Bahasa-bahasa yang dikeluarkan saudara saya ini (Akbar Faizal) tadi itu adalah bahasa-bahasa oposisi, dan (memang) lebih baik keluar dari koalisi, itu lebih bagus,” lontar Kapitra.
Kapitra pun menduga, bahwa jangan-jangan NasDem takut ketinggalan. “Kegundahan itu dimunculkan ke permukaan, bahwa dia (NasDem) akan takut kehilangan. Inilah yang membuat sedih. Ya, mudah-mudahan Nasdem jadi oposisi sesungguhnya,” ujar Kapitra.
Politikus PDIP lainnya, Dwi Ria Latifa, juga menilai pernyataan Akbar Faizal adalah tanda ketidak-sukaan dengan adanya pertemuan Jokowi-Prabowo maupun Megawati-Prabowo.
Menurut Dwi Ria, pertemuan itu ditafsirkan membuat satu masalah buat Nasdem.
“Yang kita bahas dari awal, keindahan pertemuan para pemimpin kita, yang pada Pemilu 2019 ribut sampai ke akar rumput. Dan ada pertemuan untuk memberikan kesejukan pada masyarakat dan pemimpin kita sudah bertemu. (Sayangnya) sudah, bertemu justru komplain ini,” tutur Dwi Ria.
Dwi Ria pun menduga, bahwa gusarnya Nasdem dalam pertemuan Megawati-Prabowo adalah terkait masalah kursi jabatan.
Terkait adanya desakan PDIP agar NasDem lebih baik keluar dari koalisi, lalu menjadi oposisi pemerintah, membuat tidak sedikit pihak pun ikut angkat bicara. Salah satunya, adalah Dr. Rizal Ramli.
Rizal Ramli yang dikenal sebagai pakar papan atas dan pejuang ekonomi kerakyatan itu mencoba memprediksi, bahwa hubungan PDIP dengan NasDem itu memanas, bisa jadi dilandasi karena selama ini NasDem menempati jabatan “basah” dan kekuasaan yang besar di dalam pemerintahan.
Sehingga 5 tahun Jokowi terlihat indikasi penyalahgunaan kekuasaan. Praktik seperti itu, menurut Rizal Ramli, harus segera dihentikan.
“Lima tahun Jokowi, jabatan ‘basah’ dan kuasa mereka (NasDem) dapat. Sehingga bisa bajak kader-kader partai lain, termasuk PDIP. Abuses of power seperti itu, sudah waktunya dihentikan,” ujar Rizal Ramli.
Kam Agu 1 , 2019
Ucapan Pemerintah Desa Dengi, Kecamatan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut): “Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, yang ke-74 Tahun”